11- Kecewa atau Bahagia?

46 4 0
                                    

CHAPTER SEBELAS CERITA DERARTHA.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT. DUKUNGAN DARI KALIAN SEMUA SANGAT BERARTI. TERIMA KASIH.

*****

Pergi ya pergi. Kalo perlu pergi jauh bahkan sampai langit ketujuh. Gue gak peduli lagi.

*****

Rerimis diluar sana semakin deras. Gemuruh petir terdengar. Dera yang masih duduk didepan pagar sekolah untuk berteduh, hanya dapat merenung. Ia mengusap-usap lengannya yang terasa dingin karena udara disini semakin menusuk.

Hari semakin sore dan papanya tidak kunjung datang untuk menjemput dirinya. Dera berharap ia dapat pulang dengan cepat dan bertemu dengan kasur kesayangannya.

Namun nihil.

Hanya ada motor yang berlalu lalang ditengah hujan. Dera bertopang dagu. Bosan. Kenapa papanya begitu lama menjemput dirinya? Sialan emang.

"Lo kenapa disini?"

Pertanyaan seseorang dari belakang membuat Dera kaget. Tangannya mengusap dadanya, untung gak jantungan.

"Ngapain lo disini?"

Menyadari siapa yang ada disampingnya, Dera bertanya dengan nada judes. Tidak peduli lagi dengan perasaannya.

Artha menyodorkan satu cokelat dengan surat yang mengikatnya dengan pita cantik berwarna biru. "Gue minta maaf."

"Gigi gue sakit."

"Masa sih? Kok gue liat tadi lo makan banyak makanan dikantin?"

"Kalo gitu, gue enggak minta makan cokelat."

"Perasaan gue lo kayaknya makan cokelat black hunter dikantin bareng yang lain," ujar Artha semakin membuat otak Dera mencari alasan.

"Ih, apa salahnya mengalah sih? Nyeselin lo ah," Dera hendak pergi namun ditahan lagi oleh Artha dengan senyum merekah.

"Serius enggak mau maafin gue?" Artha tersenyum sambil memamerkan cokelat yang ada ditangannya. "Baca dulu gih notenya," ujar Artha.

Tangan Dera mengambil kertas yang mengikat pada cokelat itu.
Kemudian membukanya dengan penuh tanya dan bingung apa isi dari surat tersebut.

Dear, Dera.
Selamat siang.
Udah maafin aku enggak? Kalo gak, bsk aku tanya lagi:)

Aku, Artha idolamu.

"Ih, sejak kapan gue idolakan lo? Ogah!" Dera buru-buru mengambil cokelat yang ada ditangan Artha dan menyembunyikannya tepat dibelakangnya.

"Gue ambil ya?"

Artha tertawa lepas. Kelakuan Dera seperti anak kecil. Lucu. Ditambah lagi mukanya yang mini membuat kesan dalam dirinya makin terlihat.

"Jadi gue dimaafin nih?" Artha mencolek lengan Dera sambil tersenyum bahagia.

"Iya iya. Tapi enggak ada Sasha?" Fpancingan Dera tepat pada sasaran. Seketika muka Artha menjadi datar.

"Kenapa harus bawa-bawa nama itu sih? Kesel gue lama-lama," ujar Artha sambil menendang-nendang angin.

"Iya iya maaf yah?" pinta Dera sambil membuka cokelat yang diberikan Artha.

"Enggak pulang? Udah mau malam," Artha menarik lengan Dera tanpa aba-aba dan menariknya menuju parkiran.

"Ish pelan-pelan, Artha. Lo mau gue mati karena keseret? Ngeri ah," ujarnya sambil berusaha melepaskan tangan Artha pada lengannya.

"Lo yang bilang lo juga yang ngalamin. Yuk pulang entar Lo dicariin lagi," Artha menyuruh Dera untuk segera naik ke atas motornya.

"Pegangan lo jatuh baru tau rasa," ujar Artha keras dibalik helmnya.

Rintik hujan masih turun membasahi mereka berdua. Diatas motor dengan tertawa gembira. Malam itu Dera merasakan apa arti dari semuanya.
Artha itu baik. Namun terkadang menyebalkan tapi dia punya sisi manis yang bahkan sangat manis.

"Cie yang senyum-senyum sendiri. Mikirin gue kan? Hayo loh," ujar Artha sambil melirik Dera yang berada dibelakangnya.

"Apaan sih, Arthaa. Nyeselin loh ah," Dera memukul pelan bahu Artha membuat tawa Artha pecah.

"Ada yang baper tuh," celutuk Artha tiba-tiba membuat Dera kembali mencubit perutnya.

"Ish. Nyeselin lo ah," Dera menunjukkan ekspresi lucu dan menggemaskan.

"Emangnya Lo yang gue maksud? Tuh liat pembaca udah pada senyum-senyum. Lo aja tuh yang kepedean."

Seulas senyum menghiasi bibir Dera.
Artha memang berhasil membuat moodnya berbolak-balik.

*****

Dera membuka aplikasi instagram miliknya lalu menuliskan sesuatu untuk menambah ke ceritanya.

Ada rindu yang belum tersampaikan.
Tetapi malam ini sudah tersampaikan sepada dia sang magnet hati.
Entah sudah beberapa kali ku
dibuat jatuh hati.
Good night!:")

"Cie yang bucin. Kakak punya pacar yah?" Seorang anak kecil berumur 8 tahun tampaknya mengganggu Dera yang tengah menuliskan sesuatu sambil tersenyum.

"Ish apa-apaan sih? Udah sana ke kamar," ujar Dera cukup terkejut dengan kehadiran sang adik dibelakang.

"Tapi aku pengen pinjam pewarna kukunya," pintanya sambil menunjuk peralatan Dera diatas meja.

"Iya iya tapi jangan semua. Awas kalau semua kamu ambil," peringat Dera sebelum ia kembali fokus pada layar handphone nya.

"Kak Dera punya pacar!!" teriak Ratu lalu keluar dari kamar cengengesan.

Dera menjerit frustasi. "Jangan teriak-teriak, Ratuu!"

"Bisa-bisa gue kena marah lagi. Lagian gue enggak pacaran sama Artha. Dasar Ratu," ujarnya.

Artha:")
Belum bobo?

Dera tersenyum membaca pesan dari Artha. Lalu ia membalas pesan tersebut.

Dera:")
Belum baru mau sih

Artha:")
Besok gue jemput yah
Jangan telat

Dera:")
Okey, sip

Artha:")
Good night, Der.

Dan seketika perasaan Dera menjadi hangat. Lalu ia menarik selimut dan memioih untuk tidur. Besok ia tidak boleh terlambat karena seseorang spesial menjemutnya.

Selamat malam.

*****

Hai teman-teman semua.
Udah lama enggak update cerita ini.
Banyak alasan sih yang membuat aku enggak up cerita ini.
Tapi Minggu kedepan ini, aku bakalan usahain up buat kalian.

Love you so much guys!❣️🖤

DERARTHA (Slow Update)Where stories live. Discover now