PART 3 : BANTUAN

9K 350 3
                                    

Tak terasa taksi yang membawa mereka telah sampai di depan rumah sakit. Setelah membayar super taksi itu dengan uang cukup banyak karena telah menunggu, Alina segera membawa Sky turun dari taksi dan menggandeng Sky masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera berjalan ke ruangan Senja. Saat sampai di depan ruangan Senja, dokter yang menangani Senja keluar dari ruangan Senja. Alina segera menghampiri dokter tersebut.

“Dokter, bagaimana keadaan anak saya, Dok?” Tanya Alina yang membuat Dokter itu menghela nafasnya.

“Keadaan pasien tak bisa dibilang baik-baik saja. Pasien sangat membutuhkan darah itu agar bisa kembali pulih. Apakah Ibu sudah mendapatkan darahnya?” Tanya Dokter itu.

“Belum, Dok. Tapi saya akan mengusahakan mendapatkan darahnya dengan segera, Dok.” Ucap Alina.

“Baik, Bu. Rumah sakit juga sedang mencari darah yang sesuai dengan darah pasien.” Ucap Dokter itu.

“Apa saya boleh melihat anak saya, Dok?” Tanya Alina.

“Tentu saja boleh. Kalau begitu saya mohon undur diri dulu.” Ucap Dokter itu.

“Baik, Dok.” Ucap Alina.

Setelah Dokter itu pergi, Alina dan Sky segera masuk ke dalam ruangan Senja. Di sana, Alina melihat Senja masih menutup kedua matanya. Alina segera menghampiri Senja dan mencium keningnya.

“Hai, anak Mama. Senja apa kabar? Senja kuat ya, Nak. Mama secepatnya akan cari darah buat Senja. Senja sabar, ya.”

Alina sudah tak tahan lagi. Ia tak sanggup melihat anaknya sendiri seperti ini. Air matanya bahkan sudah mengalir dengan deras sedari tadi. Alina segera mengalihkan pandangannya guna menghentikan air matanya yang terus keluar.

Namun, itu sepertinya tak berhasil. Air matanya masih terus keluar, seakan air matanya tak mau berhenti mengalir. Hati ibu mana yang tak sakit melihat anaknya seperti ini.

Saat Alina mengalihkan pandangannya, tak sengaja ia melihat Sky tertidur di sofa dalam ruangan itu. Sky sepertinya kelelahan karena ikut bersamanya mencari darah untuk Senja sepanjang hari ini.

Alina menghampiri Sky dan mengelus kepalanya pelan. Ia kemudian melepaskan jaketnya untuk menutupi tubuh Sky agar ia tak kedinginan. Setelah itu, Alina menurunkan badannya dan mencium kening Sky.

“Mimpi indah, Sayang.” Ucap Alina di telinga Sky.

Setelah mengucapkan itu, Alina berbalik menghampiri Senja dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Sky.

Alina kemudian memutuskan untuk keluar dari ruangan Senja. Ia membutuhkan udara segar untuk menyegarkan otaknya.

Alina memutuskan untuk pergi ke taman rumah sakit. Walaupun sudah malam, tapi taman ini tak sepi. Masih ada beberapa orang yang berada di taman ini, entah itu para pasien ataupun perawat di sini.

Alina kemudian memutuskan untuk duduk di salah satu bangku di taman itu. Alina menundukkan kepalanya dan memikirkan apa yang baru saja terjadi hari ini. Semua terasa begitu cepat, ia bahkan tidak bisa mencerna apa terjadi.

Alina yang sedang merenung tak menyadari bahwa ada yang berjalan mendekatinya. Orang itu semakin mendekat, berdiri di belakang Alina dan menepuk pundak Alina.

“Alina...”

Alina melihat ke arah belakang. Alina terkejut mengetahui siapa yang memanggilnya. Orang itu adalah Beesya, teman kerjanya.

“Ada apa? Kenapa kau bisa ada di sini? Apa kau menjenguk seseorang?” Tanya Beesya beruntun kemudian ia duduk di samping Alina.

Alina terdiam. Ia tak tahu apakah ia harus menceritakan hal ini kepada Beesya, meskipun Beesya adalah sahabatnya. Akhirnya setelah berpikir lama, ia memutuskan untuk menceritakannya pada Beesya. Mungkin itu akan sedikit menghilangkan rasa yang mengganjal di hatinya.

The Beautiful Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang