4. Kesan Keempat : Pimpinan Pemberontak!

214 21 0
                                    

Dua wanita yang merupakan sepasang ibu dan anak itu spontan menatap sinis ke arah Gina. Dengan terang-terangan mereka menunjukkan ketidaksukaannya kepadanya yang sekarang tengah melempar tatapan tajam kepada mereka. Keduanya memang kompak, dalam merusak kebahagiaan orang lain.

Gina mengalihkan tatapannya ke arah ke enam maid yang sekarang menunduk hikmat (Hening Cipta kali ah). "Jangan tundukkan kepala kalian." Meski ragu, akhirnya mereka mengangkat pandangan menatap takut ke arah kedua wanita itu. "Jangan takut, kalian boleh kembali ke belakang." Dan sungguh, setiap kalimat yang keluar dari mulut Gina pasti akan dipatuhi oleh semua para pelayan di istana ini. Yang mana perintah dari seorang Argina bersifat mutlak tak terbantahkan.

Melihat hal itu, Silla merasa kedudukannya menjadi lebih rendah dari seorang anak kecil, "Berhenti! Atau kalian saya pecat semua!" ia kembali membentak.

Para maid itu menatap Gina meminta pertolongan. Gina menutup matanya sejenak dengan anggukkan kecil. Menerima tanda dari sang majikan, mereka semua memilih untuk pergi.

Bagus, sekarang mari kita saksikan bersama-sama drama bodoh ini.

Kedua tangan Argina disilangkan didepan dada lalu tak lupa menampilkan raut wajah tanpa ekspresi nya seperti biasa.

"Kamu!" tunjuk Silla ke Gina, kilat amarah di kedua matanya menjelaskan betapa marahnya wanita itu. "Apa hak kamu di rumah ini!?" Gina tetap diam menunggu kalimat dari orang ini. "Kamu! Tak lebih dari seorang penumpang disini! Perusak kebahagiaan orang lain! Anak tak tahu berterimakasih! Untuk apa kamu kembali lagi ke rumah ini!? Hei jawab!" raut wajah Gina tetap sama sedari tadi, hingga membuat Silla bertambah emosi.

Nisa menatap sahabatnya yang ia kenal memiliki temperamen buruk itu kini masih berdiri dengan tenang. Tak ada tanggapan yang berarti. Membalas ucapan wanita itu pun malas dilakukan. Gina melirik jam di tangan kirinya. Kemudian menatap kembali dua wanita yang berdiri tak jauh darinya itu.

"Sa, kita berangkat sekarang!" ujar Gina, beranjak dari sana. Nisa yang agak bingung dengan situasinya hanya mengikuti dari belakang. Tanpa niat membantah sama sekali.

Tak berselang lama terdengar pekikkan melingking dari dalam rumah, "ARGINA!!SAYA BELUM SELESAI SAMA KAMU!!"

Bodo amat!

Siapa yang peduli!

~~∞O∞~~

Nisa yang tengah mengendarai mobil super car-nya, sesekali menatap aneh ke arah gadis yang duduk di samping jok pengemudi dengan mata terpenjam. "Mm, Gin. Kita beneran ke tempat itu? Bukannya kemarin lo abis kena marah ya sama bokap lo?" akhirnya, setelah beberapa detik bergelut dengan egonya Nisa bertanya juga.

"Hmm."

"Tapi..."

"Nisa, please. Saya tidak mau kita kecelakaan sekarang."

Dan setelahnya, mereka diam. Hening. Hingga mobil Ferarri itu berhenti di depan gedung yang cukup terkenal di kalangan berduit atau orang-orang yang butuh hiburan malam, tempat yang menjadi tujuan mereka. *Tebak sendiri kalo mau

Tampilan bangunan dari luar memang hanya terlihat layaknya kafetaria biasa. Namun, sebenarnya itu hanyalah kamuflase belaka untuk mengelabui para petugas yang berwenang. Dibalik tampilan kafetaria sederhana itu, tersembunyi sebuah tempat untuk mencari kesenangan dunia. *Hayo tebak, tempat apa yang saya maksudkan

Gina keluar dari mobil disusul Nisa dibelakangnya. Keduanya memasuki kafetaria, bunyi lonceng pada pintu masuk terdengar membuat beberapa orang melempar tatapan kepada mereka.

Ketika Gina akan melangkah lebih jauh ke dalam kafetaria, Nisa mencegatnya. "Kita ke tempat lain aja, yuk!" ajak Nisa berharap sahabatnya itu berubah pikiran. Ada keraguan dalam dirinya, seolah ada yang mengatakan akan terjadi sesuatu didalam.

Mengerti kekhawatiran sahabatnya, Gina berujar untuk menenangkan. "Tenanglah, saya akan memastikan kita keluar dari tempat ini dengan selamat."

Meski masih ragu, Nisa akhirnya mengangguk mengekori langkah kaki sahabatnya yang memimpin. Selama menyusuri lorong demi lorong, Nisa kembali mengingat alasan mengapa mereka ke tempat ini. Ia melempar pandangan pada punggung Gina yang berjalan didepannya. Tatapannya sulit diartikan, entah itu marah kah, sedih, kecewa, ataukah tatapan khawatir.

🤔Sebenarnya, apa tujuan mereka ke 'tempat' itu?? Ada yang bisa tebak?? Nggak usah ditebak deh, bikin pusing aja! Mending kamu ngerjain apa kek yang lebih berfaedah! Selamatkan otakmu dari tulisan unfaedah ini, ok! Bye!

~~∞O∞~~

"Alasan terbesar saya tetap hidup. Yah, karena saya ingin hidup. Saya bukan orang bodoh yang harus mengakhiri hidupnya hanya karena tekanan batin. Maaf saya bukan mereka."

-Argina Khaislova A.

My Darkness Girl[TAMAT]Where stories live. Discover now