Empat

10.5K 975 111
                                    

Zeylyna masih asyik bergelut dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Tidurnya semakin nyenyak saat dia bermimpi di kelilingi oleh ribuan anak-anak kucing. Rasanya begitu nyaman dan hangat.

Tak berselang lama, Zeylyna merasa tidurnya terusik. Belaian lembut pada wajahya seakan membuatnta terbangun dari mimpi indahnya. Zeylyna tak langsung membuka matanya, rasa kantuk yang melanda membuatnya kembali tertidur.

Namun, Zeylyna dibuat resah saat sentuhkan di wajahnya semakin intens. Hingga akhirnya Zeylyna terpaksa membuka matanya.

Saat Zeylyna membuka matanya orang yang pertama Zeylyna lihat adalah calon suaminya, Zidan.

Zeylyna langsung terlonjak dari tidurnya saat sadar jika Zidan ada dihadapannya. Zeylyna bersyukur saat melihat pakaiannya masih lengkap. Bukan apa-apa, Zidan itu orangnya mesum. Bisa aja kan dia ngapa-ngapain Zeylyna waktu Zeylyna tertidur.

"Kamu ngapain pagi-pagi kesini? Mau mesumin aku ya?"

"Aku cuma mau bangunin kamu."

"Kamu ga boleh ke kamar aku. Nanti ketahuan Papa. Papa orangnya suka ngintip."

"Aku udah ijin Om Arkan kok buat masuk kamar kamu."

"Kamu kesini mau ngapain sih?"

"Mau ketemu sama calon istri lah."

"Kuping aku panas kamu ngomomg kayak gitu."

Zeylyna membenamkan wajahnya pada bantal. Tak terasa tinggal beberapa minggu lagi mereka akan menikah. Segala upaya yang Zeylyna lakukan untuk menggagalkan pernikahan mereka selalu gagal.

Sebenarnya Zidan bukan tipe yang buruk untuk di jadian suami. Selama ini, Zidan selalu bersikap manis kepada Zeylyna. Terkadang Zidan juga mengalah jika Zeylyna mulai tidak mau disalahkan.

Namun, tetap saja. Zeylyna belum siap untuk menikah. Menjadi seorang istri dan ibu, membuat Zeylyna pusing sendiri.

Zeylyna memang mimiliki sifat yang manja. Menjadi anak terakhir sekaligus anak perempuan satu-satunya menjadikan Zeylyna diperlakukan seperti ratu di rumah ini. Bagaimana bisa Zeylyna menikah, jika dirinya masih menggantungkan orang lain untuk mengurusi dirinya sendiri.

"Aku ga mau nikah sama kamu."

"Sekarang apa lagi alasannya?"

"Kamu playboy."

"Lebih tepatnya mantan playboy, Zey."

Zeylyna mendesah. Dia masih mengingat betul, selama satu bulan ini sudah ada lima belas wanita yang menghampiri mereka. Ada yang marah, menangis, bahkan berpura-pura hamil. Untung saja, Zidan bisa mengatasi semua itu.

"Kamu beneran ga mau batalin pernikahan kita?"

Zidan menggeleng.

"Aku ga mau nikah, gak mau!"

Zeylyna memberengut, kini dia mengguling-gulingkan tubuhnya untuk melampiaskan rasa kesalnya.

Tak terasa aksinya tersebut membuatnya terjatuh ke lantai. Tapi, bukannya mengaduh sakit atau apa, Zeylyna malah bergerak seperti cacing kepanasan.

Melihat itu Zidan hanya bisa geleng-geleng kepala menatap kelakuan calon istrinya.

"Sayang."

"Kenapa?"

Lah dia nyaut.

Zeylyna menghetikan aktivitas guling-gulingannya. Kembali menatap Zidan dengan tatapan polosnya.

Zidan turun dari ranjang, menghampiri Zeylyna yang masih terlungkap di lantai.

"Kamu ngapain guling-gulingan di lantai kayak gitu?"

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang