1. Pulang

15.5K 2K 155
                                    

Dear readers kesayangankooh supaya unggahan lancar jaya ditunggu partisipasinya di cerita ini yaaa 😘😘😘

Langit timur berhias rona fajar adalah momen yang selalu mengingatkanku pada Liwa.

Kota paling barat dari Provinsi Lampung yang kaya budaya. Berlian yang tersembunyi dalam kurungan kabut, dominasi warna hijau dedaunan, juga perbukitan yang sunyi.

Di Liwa aku dikenal sebagai Dalom Putri , panggilan yang lama terlupa karena terbiasa memperkenalkan diri hanya sebagai Arista Arditha Patranegara.

Tujuh belas tahun lalu aku tinggalkan kota kecil ini di hari ke empatpuluh satu kematian ayah, dan hari ini kembali kematian yang membawaku pulang.

Guncangan roda mobil yang melintasi jalanan tak rata membuatku mengalihkan pandangan dari langit sebelah timur pada pria di sebelah.

"Kaget?" pertanyaan itu membuatku tersenyum canggung. Sejak menjemputku di bandara semalam, sepupu jauhku itu tidak banyak bicara.

Dia masih kaku seperti dulu. Hanya menjawab saat ditanya dan nyaris tidak pernah membuka obrolan.
Membuat kebersamaan selama hampir tujuh jam dengannya terasa membosan.

"Kapan kita sampai?" tanyaku tak sabar.

"Dua jam lagi," jawab Aziz seraya menutup mulutnya yang menguap dengan punggung tangan kiri. Kelelahan menyetir nyaris semalam suntuk rupanya mulai menyerang.

"Kamu lelah banget kayaknya."

"Eh ya, sedikit."

"Mau ganti? Nggak akan lama, lagi pula aku sudah cukup tidur," desakku padanya.

Aku melihat Aziz tersenyum sekilas, kemudian menepikan Innova yang dikendarainya ke pinggir jalan. "Hati-hati!" pesannya sambil membuka pintu lalu keluar dari dalam mobil untuk berpindah.

Aku beranjak ke tempat yang tadi didudukinya, setelah melihatnya duduk nyaman, kulajukan mobil dengan perlahan.

Menyusuri jalan menuju Liwa seakan menarikku kembali pada masa kecil yang pernah terhenti di sini. Terenggut oleh kecelakaan tragis yang menewaskan orang yang paling kusayang.

Tikungan di tepi sungai Way Batubrak, tempat di mana mobil yang dikendarai ayah tergelincir dan jatuh ke sungai dari ketinggian enam meter menghantam batu sebesar kerbau yang menyebabkan Ayah tewas seketika di tempat kejadian.

Batu itu masih ada. Tidak hancur, masih sekokoh tujuh belas tahun yang lalu. Tapi ayahku tidak pernah kembali, sama seperti senyuman bunda yang tak pernah muncul lagi.

"Ristha," suara Aziz menyadarkan dari kenangan yang berkelebat dalam benakku. Aku menoleh, ekspresi di wajahnya menunjukkan kalau dia menangkap kegelisahanku. "Semuanya sudah berlalu," suaranya halus bagai bisikan yang justru membuat hatiku terasa perih karena munculnya kesadaran bahwa di tempat ini aku dipaksa kembali ke masa lalu.

Dipaksa mengatasi ketakutanku.

tbc

Pic kredit by @pebriyansah06 Instagram

Note :

*Punyimbang :
Punyimbang berasal dari kata Pun dan Nyimbang, Pun berarti yang dihormati dan dituakan, sedangkan Nyimbang berarti mengimbang dan mewarisi.

Punyimbang adalah pemimpin adat yang diperoleh secara turun temurun,
Punyimbang seperti ini dianut oleh Ulun Lampung Saibatin, sedangkan
Kepunyimbangan dalam arti kedudukan seseorang sebagai pemuka adat di
samping urutan kedudukannya sebagai anak laki-laki tertua menurut garis hierarki
keturunan.

Dengan adanya Kepunyimbangan ini maka keluarga Lampung mempunyai
pemimpin berdasarkan keturunan laki-laki atau patrilineal.

Putri Sang PunyimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang