Gia dan Ya!

9.9K 323 35
                                    

Kepala Gia terasa berat. Ia butuh sesuatu untuk meredakan rasa sakitnya. Minum obat sudah tidak mempan. Beberapa saat lalu Gia sudah meneguk dua obat sakit kepala sekaligus. Hasilnya nihil. Bukan rasa sakitnya menghilang yang ada malah Gia semakin kesakitan. Mungkin obat yang dikonsumsinya sudah beralih fungsi. Yang semestinya menghilangkan rasa sakit ini malah menambahi sakit.

Sakit kepala Gia disebabkan karena banyak pikiran. Gadis itu sedang memikirkan dua jawaban. Soal penawaran Triple G juga ajakan balikan Ganesh. Gia memegangi kepalanya. Rasanya ingin sekali ia membenturkan kepala ke tembok atau benda apapun yang mempunyai tekstur keras.

"Kamu mau nggak balikan sama aku?" tanya Ganesh beberapa jam lalu.

Tadi Gia hanya diam. Tidak menjawab pertanyaan Ganesh. Bukannya tak mau menjawab, tapi ia bingung harus menjawab apa. Kalau boleh jujur Gia mau-mau saja balikan dengan mantannya. Tapi kalau  balikan itu sama artinya dengan ia menyerahkan takdir hidupnya pada Ganesh. Kalau Gia kembali menjalin kasih dengan Ganesh dipastikan ia tidak bisa cari uang untuk memenuhi kebutuhan. Ingat, saat ini Gia butuh uang bukan pasangan.

Sejak menyerahkan diri pada Jessi, Gia sudah membulatkan tekadnya. Ia akan bekerja menjadi wanita hina. Kata Jessi tidak papa melakoni pekerjaan ini selama Gia bisa mengimbanginya dengan ibadah. Jessi juga berjanji akan mengajak Gia beribadah setiap sabtu-minggu ke Gereja. Gia sempat tertampar keadaan. Jessi yang sudah senior dalam dunia malam saja masih ingat pada Tuhan. Lalu Gia? Gadis itu memilih berhenti percaya pada kuasa-Nya semenjak keluargnya terpecah.

*Toktoktok*

Suara ketukan pintu terdengar. Membuat manik Gia tertuju pada jam dinding kamarnya. Pukul sebelas malam. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Gia menegapkan badan. Ia berlarian kecil untuk bisa membukakan pintu si tamu.

"Puji Tuhan gue nggak salah ketuk pintu rumah orang." Jessi. Tamu itu adalah Jessi.

Gia membelalakan maniknya. Ada perlu apa cewek itu datang ke kontrakannya? Apa ada masalah atau sesuatu yang penting? "Masuk, Je." ucap Gia memersilakan.

Jessi menuruti apa kata Gia. Ia masuk dan duduk di karpet. Hell, kontrakan Gia tak ada sofa atau kursi. Semua tamu di rumah ini akan dipersilakan duduk di lantai yang sudah dialasi karpet.

"Maaf, Je, beginilah keadaan kontrakan gue." ucap Gia tak enak hati. "Btw lo mau minum apa?" sambung Gia bertanya.

"Apa aja." berjeda. "Tapi kalau ada yang dingin ya." tambahnya nyengir kuda.

Gia menganggukan kepala. Ia masuk ke dalam kamar untuk mengambil uang. Di kontrakannya tak ada kulkas jadi Gia putuskan untuk membelikan Jessi minuman dingin di warung dekat kontrakan. Gia berpamitan pada Jessi. Jessi yang baru tahu sebuah fakta baru membuatnya tidak enak hati. Ia meminta Gia untuk mengurungkan niat. Tapi sudah terlanjur. Gia sudah keluar rumah menuju warung depan.

Sepeninggal Gia, Jessi melihat-lihat kontrakan sederhana ini. Melihat ke sekitar. Ke langi-langit ruangan. Selama ini Jessi masih kurang bersyukur. Akhir-akhir ini ia meminta Ayahnya untuk membelikan unit apartemen baru. Yang lebih luas. Yang lebih bagus. Tapi setelah melihat kondisi kontrakan Gia pikiran Jessi langsung berubah. Ia lebih bersyukur.

"Maaf lama." ucap Gia entah sejak kapan muncul ke hadapan Jessi. Gia mengeluarkan dua botol teh kemasan juga dua kaleng minuman soda. Ia menyuguhkannya di hadapan Jessi. "Seadanya ya, Je. Hehe." katanya tersenyum garing.

Who is My Baby's Daddy? Where stories live. Discover now