Process Part 2

117 11 19
                                    


Anak laki-laki itu terus menerus mengayunkan pedang asli yang diberikan sang guru sebelum beliau pergi meninggalkannya berlatih seorang diri. Rambut kemerahannya mencuat kesegala arah. Berantakan, dengan panjang sepunggung layaknya singa liar nan buas lagi lapar.

"Lagi!"

"Lagi!"

"Ayunkan pedangmu, bocah!"

"Aku memang tengah mengayunkannya, Sabito-san!" Erang anak lelaki itu kesal.

"Tanjirou, mana semangat lelakimu!"

"GAH!" Teriaknya membahana sembari bergerak meliar. Kewaspadaan diturunkan sedikit demi sedikit hanya demi sebuah pergerakan yang lebih tegas, tepat, tanpa kesia-siaan.

Lelaki bernama Sabito mengikuti pergerakan lawan bertandingnya hanya berlindung dibalik pedang kayunya. Beberapa titik tubuh lawan ditekannya ataupun ditendang. Menyebabkan sang lawan bernama Tanjirou terjatuh dengan wajah penuh debu dan peluh.

"Hari ini latihan sampai di sini, Tanjirou." Sosok dengan topeng rubah dan rambut berwarna mencolok itu pun hilang dibalik kabut gunung Sagiri.

"Hari ini kau sudah lebih baik, Tanjirou." Sebuah sosok anak perempuan dengan kimono khas miliknya yang memiliki motif bunga-bunga tengah duduk bersandar pada salah satu pohon besar di belakang Tanjirou.

"Makomo!"

"Urokodaki-san akan banga padamu."

"Tapi aku masih belum terbiasa akan tempo pergerakan Sabito-san." Keluh Tanjirou.

"Kau pasti bisa. Kau hanya perlu bergerak dan mempelajari."

.

Tak jauh dari tempat Tanjirou berlatih, Kazuka tengah bersembunyi dari iblis tingkat rendah yang tengah mencari mangsa. Iblis dengan bentuk aneh itu meraung sembari bergerak kearah di mana Kazuka bersembunyi. Berdecak kesal, Kazuka pun berlari memutari batu besar tempatnya bersembunyi dan menggerakkan pedang nichirinnya dan dalam sekali tebas, kepala sang iblis rendah lepas dari tubuhnya dan semua anggota tubuh iblis itu pun hilang tak bersisa.

Setelah dirasa tak ada lagi iblis di sana, Kazuka pun berlari melewati gunung Sagiri dan mengitari perumahan warga untuk memastikan sejenak akan habisnya semua iblis di sana. Namun pergerakannya tertahan oleh pria dengan topeng merah khasnya, 'tengu'.

"Siapa kau?"

"Selamat malam, Urokodaki-sensei." Ujar Kazuka sembari membungkukkan badan. Gagang pedang nichirinnya digenggam erat. Berjaga-jaga jikalau teman sesama mantan pillar dari gurunya itu menyerangnya tanpa ampun.

"Hm, apa aku pernah mengenalmu?" Tanya Urokodaki pelan.

"Tidak secara langsung. Tapi Saya merupakan murid dari Jigoro Kuwajima-san." Jawab Kazuka sesantai mungkin.

"Mengapa murid dari mantan pillar mengubah ideologinya dan membuang harga dirinya hanya demi keabadian tak jelas begini?" Tanya Urokodaki dengan tenang. Namun Kazuka tahu, Urokodaki membencinya.

"Saya tidak berubah karena keinginan saya sendiri. Ketika alam kematian sudah mendatangi diri saya, Akaza mengubah saya dengan keinginannya sendiri. Dan karena bantuan iblis baik, saya bisa bersembunyi dari matahari." Terang Kazuka.

"Hm..." keraguan jelas nampak dari postur tubuh Urokodaki.

"Saya memang tidak ada bukti untuk perkataan yang saya ucapkan barusan. Hanya saja, saat ini saya hendak menemui Jigoro-sensei." Ujar Kazuka sembari memohon.

"Tidak tidak. Aku percaya pada perkataanmu. Karena ada seorang iblis dan kakaknya yang sekarang sedang tinggal denganku." Sahut Urokodaki sembari menunjukkan postur santai yang menjelaskan bahwa ia serius dengan kalimatnya.

KATAME [ONE EYE] | Kimetsu No YaibaWhere stories live. Discover now