131. DoubleB -Who are You?

436 22 9
                                    

Bukan cinta yang membuatku kuat. Cinta adalah salah satu kelemahanku. Jalan terbodoh yang tanpa sadar kupilih untuk mengarungi hidup. Terjerat dalam mata berliannya. Terjerumus dalam raut manisnya, Terhipnotis oleh ucapan lembutnya. Hingga kini hatiku benar-benar terperangkap dalam jebakan cintanya.

Sedih... senang... bahagia...

Kata-kata yang tak pernah kuperoleh saat ini. Menguap bagai air. Menghilang bagai embun. Semua ekspresi diriku lenyap seketika.Malam ini sungguh berbeda. Kedatangannya yang secara tiba-tiba mengusikku dari mimpi tak berarti. Kemudian bisik lembut yang bergumam dari bibir basahnya.

"Datanglah kesini Hanbin-ah"

Kau dengar bukan?

Ia menggerakkan tangannya. Mengisyaratkanku untuk mendekat. Bukan menjawab atau sekedar tersenyum. Bibirku terasa membeku. Membatu seketika bagai tertepa angin dingin dari kutub selatan. Perasaanku menghilang.

Tanpa sebuah rasa. Raga dan jiwaku mati. Bukan mati dalam arti yang sebenarnya. Hanya saja aku merasa jiwa ini terlepas dari singgahsananya. Mengembara ke tempat yang aku sendiri tak tau dimana.

Apa yang terjadi denganku ini?

Apa karena penampilannya yang begitu menakjubkan malam ini?

Berbalut kelamnya kain yang terjahit rapi membentuk sebuah pola. Setelan tuxedo rapi dengan dasi yang terikat di lehernya.Dan satu yang membuatku merasa aneh dengan penampilannya kali ini. Sebuah kain hitam seringan sutra tengah tertepa angin. Meliuk-liuk mengikuti irama udara. Hampir mirip sebuah jubah yang terselempang di leher jenjangnya.

Kosong...

Ku tatap ia dengan mata kosongku. Seolah aku salah satu penderita kelainan otak sejak lama. Berdiri mematung. Menatap tubuh tegaknya. Merasakan gerak gestur tangannya yang tak henti menari di antara kulitku. Merasakan lembutnya telapak berjemari lentik nan hangat.

Aroma mint yang menguar begitu kuat dari pori semunya. Kilau rambut kelam yang tertepa temaram lampu kamarku. Benar-benar membuatku tak berkutik.

Tanpa kuhendaki. Secara otomatis tanganku menyibak selimut yang membalut tubuhku. Dengan pandangan mata yang terus bertaut dengan biji obsidiannya.

Seperti robot yang dikendalikan oleh si operator. Otakku bergerak tanpa perintah. Tanpa perlawanan. Tanpa penjelasan dan tanpa satu pun pertanyaan yang terselubung. Bagai konduktor di area medan magnet. Tubuhku tertarik kearahnya. Menempel erat tanpa jeda. Dada yang saling bersentuhan, hanya terbatasi selembar tipis pakaian tidurku dan tuxedo gagahnya. Berbagi udara dengannya yang tak lagi bernafas.

Eh? Tidak bernafas?

Ya. . Jika bernafas adalah pengertian dari keluar masuknya udara melalui lubang hidung. Aku tak melihatnya. Tak juga merasakan getaran antara gesekan udara hangat dari nafasnya dengan udara malam yang dingin.

Tapi sesuatu yang dingin aku rasakan. Tidak persis bersuhu 0° seperti es. Hanya kehangatan yang hambar terasa dari kulit pucatnya. Mata tajamnya seolah menyembunyikan suatu makna absurd. Begitu tajam bagai belati yang siap menghukumku.

Tuhan~
Apa yang terjadi dengan Bobby hyungku?

Kilau hitam onixnya perlahan memudar. Menjadi coklat tajam dengan secepat kilat.
Mataku membelalak lebar tanpa sadar. Tanpa satu kata pun yang mampu lolos dari bibirku. Matanya yang kini berubah kebiruan. Bagai sebuah layar televisi yang dapat merubah warna secepat kilat.

Perlahan wajahnya mendekat. Tanpa melepas jeratan. Mata biru itu terhubung dengan bola mataku. Seolah terdapat benang tak kasat mata, meraup cahaya bersama, menyalurkan rangsangnya ke saraf penglihatan. Hingga kulihat gambaran pada biji matanya. Bagai slide tanpa jeda. Bergerak begitu cepat.

Mimpi atau ilusi kah ini?

Detik yang berlalu secara irasional. Tak dapat dijelaskan, tak mampu diartikan bahkan tak sanggup untuk sekedar dipertanyakan.

Film yang berputar di layar matanya. Menjadikanku dan dia sebagai tokoh utamanya. Berkisah tentang manisnya hubungan kami. Awal pertemuan, saat kami mulai mengikatkan kata cinta dalam hidup kami hingga berakhir dengan sebuah kisah vampire yang diperankan olehnya.

"Kau sudah mengerti dengan maksud kedatanganku malam ini bukan?" tanyanya dengan seringai tajamnya.

Lidahku masih kelu. Otakku semakin tumpul. Tak dapat mencerna apa yang baru saja aku saksikan dalam matanya. Irisnya berubah warna lagi. Bagai terbakar api. Warna kebiruan pada pupil itu kini sukses terlapisi kilat merah yang mendominasi.

Bibir tipisnya menyunggingkan senyum sinis. Menunnjukkan deret rapi gigi putih dan sepasang gigi kelinci yang menjadi ciri khasnya. Seulas cahaya menepi ke arah pandangku. Sepasang taring yang sebelumnya tak pernah kulihat, kini memanjang. Semakin memanjang hingga beradu dengan gigi taring bawahnya.

Dia?

Bobby-hyungku. Apa yang terjadi padanya?

Mimpi macam apa ini?

Tidak mungkin ini nyata. Semoga anggapanku salah. Kumohon siapa pun segera bangunkan aku dari mimpi buruk ini sekarang. Tolong!

"Bukankah cinta benar-benar sudah membutakanmu Hanbin-ah?"

Bobby berucap dengan nada dinginnya yang mendominasi.

"Kini kau tau kan siapa aku sebenarnya?"

Mata Bobby berkilat merah. Bibirnya masih menyunggingkan senyum remeh. Menyuguhkan taringnya yang terlihat menyeramkan.

Hanbin masih terpaku. Matanya mulai berair. Hatinya berdenyut sakit. Hingga tetes demi tetes airmatanya meluncur turun di pipi tirusnya.

"Kau benar-benar mudah untuk dipermainkan, Kim Hanbin.."

"..."

_+_+_+END+_+_+_

What will happen next??

Feel free mau berimajinasi apa untuk kelanjutan fic ini.

Kira-kira siapa sih Bobby sebenarnya?

Mind to share your idea?

Write your wildest imagination in comments...

Thank for read and vote.. ^^

-rezt-

"131" EstoriesWhere stories live. Discover now