10. Kami Memainkan Kuis Kematian

103 37 0
                                    

Kami melaksanakan upacara pemanggilan setelah gelap, di dekat lubang sepanjang enam meter di hadapan septic tank. Septic tank itu berwarna kuning cerah, dengan wajah tersenyum serta kata-kata merah yang dicat di sisinya: PT PEMBUANGAN KOTORAN GEMBIRA. Rasanya tidak cocok dengan suasana pemanggilan orang mati.

Bulan purnama muncul di langit. Awan-awan perak berarak di angkasa. "Minos seharusnya sudah di sini sekarang," kata Jungkook, mengerutkan kening. "Sudah gelap gulita."

"Mungkin dia tersesat," kataku penuh harap. Jungkook menuangkan root beer dan melemparkan daging panggang ke dalam lubang, lalu mulai berkomatkamit dalam bahasa Yunani Kuno. Segera saja serangga-serangga di hutan berhenti bercericip. Dalam sakuku, peluit anjing dari es Stygian bertambah dingin, membeku di sisi kakiku.

"Suruh dia berhenti," bisik Tyson kepadaku. Sebagian dari diriku setuju. Ini tidak alami. Udara malam terasa dingin dan mengancam. Tapi sebelum aku mengucapkan apa-apa, arwah pertama muncul. Kabut belerang merembes keluar dari tanah. Bayang-bayang menebal menjadi sosok-sosok manusia. Satu bayangan biru melayang ke tepi lubang dan berlutut untuk minum.

"Hentikan dia!" kata Jungkook, sementara menghentikan rapalannya. "Cuma Eun-bi yang boleh minum!"

Aku menghunus Reptide. Hantu-hantu mundur sambil mendesis bersama-sama saat melihat bilah perunggu langit pedangku. Tapi sudah terlambat untuk menghentikan arwah pertama. Dia sudah memadat menjadi sosok pria berjenggot yang berjubah putih. Mahkota emas melingkari kepalanya, dan bahkan dalam kematian matanya menyala-nyala dengan kekejian.

"Minos!" kata Jungkook. "Apa yang kau lakukan?"

"Mohon maaf, Tuan," si hantu berkata, meskipun dia tidak kedengaran terlalu menyesal. "Bau sesaji ini sedap sekali, aku tidak tahan." Dia mengamati tangannya sendiri dan tersenyum. "Senang melihat diriku lagi. Hampir dalam bentuk padat—"

"Kau mengganggu upacara!" protes Jungkook. "Pergi—" Arwah-arwah orang mati mulai berdenyar terang, menampakkan bahaya, dan Jungkook harus berkomat-kamit lagi untuk menghalau mereka.

"Ya, memang benar, Tuan," kata Minos dengan girang. "Silakan terus merapal. Aku hanya datang untuk melindungimu dari para pembohong yang akan menipumu ini." Dia menoleh kepadaku seolah aku ini semacam kecoa. "Park Jimin ... wah, wah. Putra-putra Poseidon belum membaik selama berabad-abad, ya?"

Aku ingin meninjunya, tapi kurasa kepalanku yang pertama akan langsung menembus wajahnya. "Kami sedang mencari Jeon Eun-bi," kataku. "Enyahlah."

Si hantu terkekeh. "Aku tahu kau pernah membunuh Minotaurku dengan tangan kosong. Tapi hal-hal yang lebih buruk menantimu di dalam Labirin. Apa kau benar-benar percaya Daedalus akan membantumu?"

Arwah-arwah lain bergerak-gerak gelisah. Seulgi mengeluarkan pisaunya dan membantuku menjauhkan mereka dari lubang. Grover begitu gugup sampai-sampai dia menempel ke bahu Tyson.

"Daedalus tidak peduli pada kalian, Blasteran," Minos memperingatkan. "Kalian tak bisa memercayainya. Dia teramat tua, dan lihai. Sikapnya getir karena merasa bersalah telah membunuh dan dia dikutuk para dewa."

"Bersalah karena membunuh?" tanyaku. "Siapa yang dibunuhnya?"

"Jangan mengubah topik!" geram si hantu. "Kau menghalang-halangi Jungkook. Kau mencoba membujuknya agar meninggalkan tujuannya. Aku akan menjadikannya penguasa!"

"Cukup, Minos," perintah Jungkook.

Si hantu mencibir. "Tuan, mereka ini musuhmu. Kau tidak boleh mendengarkan mereka! Biarkan aku melindungimu. Akan kubuat pikiran mereka gila, seperti yang kulakukan pada yang lain."

"Yang lain?" Seulgi terkesiap. "Maksudmu Kim Jongin? Itu perbuatanmu?"

"Labirin ini milikku," kata si hantu, "bukan milik Daedalus! Yang masuk tanpa izin layak memperoleh kegilaan."

Adventures of Demigod #4 (k-idol)Where stories live. Discover now