Blah

7.2K 311 11
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



༛༛ ༛ ༛༺༻༛ ༛ ༛༛

Malam mulai menyelubungi terowongan. Terowongan sunyi memecah jalanan. Tak ada satupun kendaraan melewati terowongan ini. Tak ada cahaya yang meneranginya. Hanya kesepian yang menyeruak mengelilingi.

Perlahan, secercah cahaya mulai tampak. Semakin dekat menerangi terowongan sepi. Suara deru mesin mengiringi perjalanan cahaya tersebut. Hingga cahaya tersebut berhenti tepat di depan terowongan.

"Buat apa kemari?"

Suara itu terdengar lirih. Namun masih bisa di dengar oleh seseorang yang berada di balik kemudi.

"Rindu."

Pemuda di balik kursi penumpang hanya terdiam. Lebih memilih memandang lurus terowongan gelap di depan. Seolah-olah hal itu lebih menarik daripada memandang orang di balik kemudi.

"Ayo turun." ajak pemuda di balik kemudi.

Keduanya turun. Berjalan perlahan menuju pembatasan terowongan dengan jalanan terbuka. Bagi orang awan terowongan ini memang menyeramkan apalagi pada malam hari. Pikiran-pikiran negatif mungkin mulai bermunculan. Tak bisa menampik keras apabila kejadian-kejadian yang tak diinginkan bisa terjadi.

Itu persepsi orang awam.

Tapi tidak untuk kedua pemuda ini. Terlihat santai seolah-olah tempat ini aman seperti tempat lain. Tak terlihat takut sama sekali. Padahal cahaya satu-satunya hanya berasal dari mobil yang mereka berdua kendarai.

"Rindu terus menghantui, padahal kamu ada di sini bersamaku kan?" Pemuda bersurai hitam membuka percakapan.

Pemuda disampingnya hanya bergumam tidak jelas. Pikirannya masih melayang. Entah memikirkan apa, ia tak tahu. Kedua netranya masih tetap memandang dalam ke arah ruang hitam di depan.

"Felix, kamu dengar aku kan?"

Lee Felix, pemuda itu mulai mengalihkan perhatiannya pada pemuda bersurai hitam. "Iya, aku dengar Jisung."

Han Jisung, pemuda bersurai hitam itu menghela nafas. Ia merasa seperti ada yang kurang saat ini. Dalam relung hatinya sangat hampa padahal Felix, kembarannya ada bersamanya saat ini.

"Kita pulang?"

Anggukan kecil dari Felix adalah keputusan mereka saat ini.

                 ༛༛ ༛ ༛༺༻༛ ༛ ༛༛

"Jisung, ayo sarapan nak."

Suara lembut mengalun memenuhi indra pendengaran Jisung. Jisung segera bangun dan mencuci wajahnya. Kakinya melangkah menuju meja makan yang sudah di penuhi oleh kedua orang tuanya.

Tangannya menarik salah satu kursi. Memilih mendudukkan diri tepat di hadapan sang ibu. Netra hitam kelamnya berkelana di meja makan. Dahinya sedikit berkerut melihat ada satu menu makanan yang sangat tabu  berada di sini.

Señorita - Harem Felix!Where stories live. Discover now