[0.2]

1.9K 127 12
                                    

"Kalau Taehyung? Bagaimana?"

(Seokjin hening. Setengah dalam dirinya, mengatakan ya, kelampau senang kalau misalnya kepanitiaan yang dijalani, mesti bersama pangerannya. Setengahnya lagi, ketakutan, takut-takut nanti Taehyung sadar, kalau dirinya suka melihat lebih dari sepuluh kali.

Soalnya, menurut artikel yang dia baca, jika seseorang melihat lebih dari sepuluh, artinya dirinya sedang jatuh cinta. Dan, well, Seokjin adalah sebuah bukti nyata, kebenaran teori itu.)

"Jangan deh," Jimin bersahut sambil melirik Seokjin sesekali. (Apa?  Sahabatnya tentu saja, merespons dengan gerakan mulut tanpa suara.) "Kalau dilihat dari track record-nya, dia tidak pernah tuh masuk divisi acara."

"Tapi, katanya, dia kreatif. Bisa jadi, dia bakal nyumbang banyak ide buat acara nanti," timpal, aduh, sumpah, bukan maksud Seokjin jahat. Tetapi, namanya susah dihapal, apalagi ia banyak ikut kepanitiaan. Jadi, ya, maaf saja.

"Gimana, Seokjin? Dari tadi, kamu diam saja," Yoongi bertanya kemudian. Huh, padahal dari tadi, Min Yoongi ini, tenggelam dalam hening juga. Memang mantan pacarnya ini, pasti punya dendam. Kusumat malah, kalau kata Namjoon waktu itu. Ya iyalah, siapa yang tidak kesal, diputuskan saat hari jadi pertama?

Seokjin berdeham. "Kalau dia begitu bagus ... masukkin aja. Aku tidak keberatan."

Hasil rapat, ditentukan, detik itu pula,  Seokjin tahu, minggu depan, setidaknya Taehyung bisa dia pandang, tidak sejauh dari lapang menuju kelas.

***

"Aku pasti sudah gila," ujar Seokjin, tiba-tiba di tengah makan siang. Rambutnya diberikan sentuhan awut-awutan, sehabis tangannya bermain dengan hitam legam miliknya.

"Memang," dua sahabatnya bersahut kompak. "Sejak kapan, kamu waras, coba? Aku tanya?" Jimin meneruskan. Oh ya, kali ini, Lemon Tea, ia taruh jauh-jauh dari jangkauan Seokjin. Maaf-maaf saja, dia tidak akan tenggelam pada kesalahan yang sama ya.

"Tidak asyik," Seokjin menimpali sambil mengerucutkan bibir. "Harusnya, aku tidak bilang seperti itu tadi!" Rasa frustrasinya makin menjadi, Jimin tahu itu. Habisnya, suasana hati sahabatnya bisa dilihat dari rambut. Makin berantakan, artinya, makin kacau dirinya.

"Lah, tadi, aku udah coba bantu lho," Jimin berkicau dengan kesal.

Sementara, Namjoon terdiam dengan bingung hinggap di kepala. "Memangnya ada apa?"

"Harusnya, kamu ikut kepanitiaan event kali ini, Joon. Puas deh, kamu ketawa nanti, serius," Jimin terkekeh. Menertawakan sahabat itu kenikmatan yang tiada dua. "Taehyung masuk divisi yang sama dengan Seokjin."

Namjoon mengerjapkan matanya pelan-pelan. Satu, dua, tiga, kemudian pecahlah tawanya! "Sumpah? Jim, divisi acara masih butuh orang tidak? Aku mau ikut."

"HEI! Aku tidak akan begitu lagi kok! Masa kalian bahas hal yang lalu-lalu!" Kerucutan di bibir Seokjin makin membengkak. 

"Aku tidak yakin," ucap Namjoon, skeptis. "Terakhir kali, kamu jatuh cinta kan...," gelak tawa menutup kalimat itu. Oh, Jimin sudah menenggelamkan matanya sampai tak terlihat.

"Habisnya, kutukanmu itu tidak hilang-hilang!" Jimin berujar kali ini, tentu saja, masih dengan mata bulan sabit sembari memegangi perut, efek dari tawa terlalu terpingkal-pingkal.

Sepertinya, kalian belum tahu ya? Seokjin itu seperti dikutuk! Iya, terkena pelet, eh bukan, pokoknya semacam begitulah, setiap kali dia jatuh cinta. Makanya, kalau-kalau, ia suka pada seseorang, pasti saja ada hal buruk menimpa. Sama seperti, waktu terakhir kali, dia suka dengan ..., ah jangan dibahas sepertinya. Nanti Seokjin mengamuk. (Jadi, kalian tahu kan, kenapa ia selalu hanya memendam dan melihat Taehyung dari jauh?)

Kalau Seokjin suka duluan, jatuhnya selalu tidak bagus. Waktu pacaran dengan Min Yoongi sih, dia terlebih dahulu yang suka. Jadi, ya, bisa pacaran. Meski cuma berjalan satu bulan. (Itu pun, karena ia yang memutuskan. Siapa coba, mau punya pacar posesif? Bukan Seokjin, pastinya.)

"Jim, bantu aku, please." Nah, rambut Seokjin sudah terangkat ke atas semua. Artinya, ia sudah sampai titik kluminasi, puncak dari segala puncak rasa putus asa. "Pokoknya, jangan sampai, aku berdua saja dengan Kim Taehyung. Tamat sudah kalau begitu jadinya." Membayangkan jika hal itu terjadi lagi, rasanya film horor yang tontonnya minggu lalu, tiada bandingannya.

"Aku mau-mau saja kok bantu. Cuma ...," Jimin memenggal kalimat, sembari melirik-lirik Namjoon sekejap, kemudian terkekeh kecil sampai membesar tawanya dan berurai air mata. "Namjoon harus ikut kepanitiaan juga. Biar aku punya teman, menertawakanmu, Seokjin."

"Sialan!"

***

Get That One [BOYFRIEND SERIES #2, TAEJIN FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang