4

3.7K 429 70
                                    

.

Setelah seminggu menjalankan misi dan kekurangan tidur, Soobin baru bangun setelah 27 jam tidur tanpa bangun sama sekali. Awalnya Kai sangat cemas karena Soobin terlihat seperti orang pingsan.

"Kapten akan tidur panjang setelah menjalankan misi. Tidak apa-apa, itu memang sudah kebiasaannya."

Perkataan Jeon itulah yang membuat Kai akhirnya tenang. Dan setelah 27 jam berlalu, Soobin bangun dengan wajah yang jauh lebih segar. Ia langsung menuju dapur dan meminta makanan apapun yang ada.

Tampaknya koki di rumah ini pun sudah tahu pola hidup Soobin, jadi mereka mampu menyediakan banyak sekali makanan dalam waktu singkat. Kai duduk di seberang meja, memperhatikan Soobin yang makan dengan sangat lahap. Wajar, perutnya kosong selama 27 jam. Hal yang pertama kali Soobin lakukan sudah pasti mencari makanan.

"Aku ingin ke ibukota."

Soobin mengangkat kepalanya, menatap Kai. Kedua pipi Soobin masih menggembung, terlihat lucu di mata Kai.

"Apa?"

"Selama pindah ke sini, aku belum sekalipun jalan-jalan di ibukota. Jadi yah... aku ingin keluar."

Soobin mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya, dengan raut wajah berpikir. Ia kemudian mengangguk.

"Oke, tapi Jeon harus menemanimu."

Jeon yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan mengangkat alis. Kai melirik Jeon, kemudian menatap Soobin dengan pandangan bingung.

"Aku bisa pergi sendiri."

Soobin menenggak minumnya, baru kemudian berkata, "Tidak boleh."

"Tapi ibukota 'kan aman."

"Tidak ada yang aman setelah kau menikah denganku, Kai."

Kai menelan ludah. Untuk sesaat, ia lupa telah menikah dengan siapa. Ingatkan Kai, bahwa Soobin adalah pemimpin prajurit Hexagon, orang yang paling dicari kalau ada yang ingin melenyapkan seseorang.

"T-tapi—"

"—ditemani Jeon atau tidak sama sekali."

Kai urung bicara. Soobin tahu, Kai kini kesal padanya.

"Kalau begitu, kenapa bukan kau saja yang menemaniku?"

Kai tersadar, bahwa kalimatnya barusan seperti seorang kekasih yang kesal karena tidak mau ditemani oleh pasangannya. Kai menatap Soobin salah tingkah. Tentu saja Soobin menyadari hal itu.

"Maksudku..."

"Iya, Kai. Aku ingin sekali menemanimu ke ibukota, tapi ada hal mendesak yang harus aku urus."

Kai menggigit bibir bawahnya.

"Baiklah, aku akan pergi bersama Jeon."

___

Kai berbalik, melihat Jeon yang berjalan dua langkah di belakangnya.

"Ya, Tuan Muda?"

"Kenapa kau berjalan di belakangku?"

Ditanya seperti itu, Jeon malah kebingungan. Ia selalu berjalan di belakang Soobin, karena memang seperti itulah posisinya, pelindung Tuannya.

"Jangan anggap aku sama seperti Soobin. Kita berjalan seperti teman, oke? Teman tidak berjalan di belakang teman."

Jeon terpaku saat Kai menarik ujung pakaiannya untuk berjalan di samping Kai. Teman. Jeon mengulang kata itu di dalam hati. Merasa sangat asing.

"Siapa namamu?"

Jeon menoleh, melihat Kai menunggu jawabannya dengan tatapan penasaran. Mereka sudah ada di tengah-tengah ibukota setelah menaiki kuda dari mansion Soobin. Sejauh yang Jeon perhatikan, Kai sangat mahir menaiki kuda. Didikan Count Huening pasti sangat bagus, mengingat belakangan ini banyak sekali Tuan Mudah dari kalangan bangsawan lebih suka menggunakan kereta kuda saat berpergian.

MIDDLEMIST | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang