[s2] 3.7 rumah mereka

2K 216 24
                                    

Setelah pria itu pergi, Jira berjongkok. Rasanya seluruh badannya melemas seketika.

Pemilik dompet itu adalah Mark, sahabatnya dari kecil yang berhasil membuat hatinya terisi penuh hanya dengan pria itu. Sayangnya besok Mark akan menjadi suami orang.

Mark tidak banyak berubah, masih seperti dulu saat terakhir kali mereka bertemu. Hanya saja pipinya semakin tirus dan terlihat seperti orang yang kurang tidur.

Jira masih memandangi Mark yang sekarang berdiri di halte seberang komplek Jeno ini. Sejujurnya ia ingin sekali mendekat dan berkata ia sangat merindukannya. Namun mungkin Mark sudah melupakannya. Terbukti saat keduanya bertatapan tadi, Mark tidak mengenalinya.

Air matanya tiba-tiba turun, sangat deras. Muncul perasaan tak rela bahwa besok Mark akan mejadi suami dari temannya sendiri, Yeri. Jira ingin bersama Mark, bahagia seperti dulu.

Lalu Jira mengeluarkan hp-nya, mencari kontak Jeno untuk segera ia telfon.

"Halo Ra?"

"Jen...

"Hey, what's wrong with you? Kamu nangis?"

As expected, Jeno selalu tahu Jira menangis, bahkan hanya dengan suaranya.

"Kamu boleh ke sini gak? Tapi bawa kendaraan, aku lemes banget, nggak kuat"

"Iya, emang kamu di mana?"

"Depan komplek"

"Hah? Kamu jalan sampe depan komplek?"

"Iya"

"Astaga Jung Jira!"

Tentu saja Jeno terkejut, karena komplek rumahnya ini sangat luas dan rumah Jeno terletak di ujung komplek. Jadi untuk jalan kaki ke depan komplek itu sangat jauh.

"Jangan ke mana-mana, aku ke situ sekarang"

Tut tut tut

Tak lama kemudian, Jeno datang dengan mobil hitamnya. Ia segera turun ketika melihat Jira berjongkok di pinggir jalan.

"Ayo masuk dulu, gak enak diliatin orang" Ucap Jeno sambil menuntun Jira untuk masuk mobil.

Saat keduanya sudah di dalam mobil, Jeno membiarkan Jira menyelesaikan tangisannya dulu sambil menenangkannya. Setelah itu, baru ia akan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Nih" Ucap Jeno sambil menyodorkan tisu. Jira mengambilnya, lalu mengusap seluruh wajahnya yang benar-benar basah karena air mata.

"Jeno, a—aku ketemu Mark..."

Ah pantesan, Batin Jeno.

Setelah itu Jira menceritakan bagaimana ia bertemu Mark tadi. Dengan cepat Jeno memeluknya erat, menenangkan wanita itu dengan mengusap-usap punggungnya.

"Mark lagi kecapean kali? Makanya dia gak terlalu merhatiin siapa yang dia temuin" Ucap Jeno.

"Tapi kan..."

"Nggak, Mark gak mungkin lupain kamu, Ra.."

Kemudian Jira mendongak, menatap Jeno dari jarak dekat. "Jen.."

you, you, youWhere stories live. Discover now