Shut Up, Malfoy! [1]

6.5K 564 47
                                    

Warning!

Twoshot, Tahun ke-3

You can say that it's THE SEQUEL OF MY LATEST FIC, "DAMN YOU, GRANGER!". So, if you guys have not read it yet, I suggest you to read it first then come here afterwards! 😘 THANK YOU!

• Fluffy Romance - Comedy •

.

Oh, btw, this fanfic was actually inspired by my own short video edit of DraMione (lmao) that I posted on Instagram @msloonyanna (but now, it's on YT too). Check it out!

Sorry for the typos and all mistakes (if I did). Happy Reading!
.
.

"Granger ...." Draco sibuk menetralkan detak jantungnya yang seakan menggila di balik dadanya. "Kupikir ... kupikir ... damn it! Kupikir, aku menyukaimu."

Hermione mendelik kaget tepat di saat pintu ruangan sang matron terbuka dan menampilkan sosok wanita yang kini usianya hampir memasuki empat puluh tersebut. 

"Mr. Malfoy, kau harus meminum ramu—"

BUK! 

"Argh! Damn you, Granger!"

~•♡•~

Harry Potter © J. K. Rowling

Shut Up, Malfoy!
© MsLoonyanna
(Ms. Loony Lovegood)

.

"Merlin, dasar Malfoy sialan!" Hermione mengumpat kasar di bawah napasnya. Sedari tadi yang ia lakukan di atas kasur hanyalah berguling ke sana dan kemari. Ia tak bisa tidur dan semuanya karena seorang pemuda pucat berambut pirang! Siapa lagi kalau bukan Draco-fucking-Malfoy?

Hermione jengkel. Sangat jengkel. Ia kembali berguling sebelum terdiam selama beberapa detik dalam posisi menelungkup. Rambut megarnya memenuhi hampir seluruh kasurnya, tetapi ia tak peduli. Toh, tak ada yang melihat. Teman-teman sekamarnya, Lavender Brown, Parvati Patil, dan Fay Dunbar sudah tenggelam dalam dekapan mimpi beberapa jam lalu. Jujur, ia iri terhadap mereka. Puas terlelap tanpa adanya beban pikiran yang merambat di sekitar kepala.

Betapa beruntung! pikir Hermione masam sebelum merasa konyol lantaran telah memupuk kilat cemburu yang bahkan terdengar sangat tak masuk akal.

Sebenarnya, jika ia mau tidur, maka mudah saja. Masalahnya hanya satu. Kepala cerdasnya tak bisa berhenti memikirkan rambut platina serta sorot abu dari seseorang yang selama ini ia anggap sebagai musuh—oh, tidak. Kata itu lebih tepat untuk Harry. Ia lebih menganggap Draco Malfoy sebagai ... ugh! Bagaimana menyebutnya? Rival? Oke, itu terdengar tak terlalu buruk. Bagaimanapun, secara akademik, pemuda pucat itu selalu berada satu tingkat di bawahnya. Fakta yang sewaktu-waktu dapat membuat Hermione panik luar biasa. Demi Merlin! Ia tak ingin predikat murid tercerdas meninggalkan namanya!

Andai saja Draco tak bersikap seperti seekor kecoak kecil menjijikan yang selalu membuat Hermione uring-uringan, maka kemungkinan ia akan mudah menyukai pemuda tersebut. Menyukai, huh? Bukankah itu sebuah kata yang sangat konyol bila disandingkan di antara namanya dan nama Draco?

Shut Up, Malfoy!Where stories live. Discover now