Surat untuk kutitipkan

38 2 0
                                    


Suara burung berkicau pagi ini,matahari mengintip di sela-sela jendela kamar dan menembus kelopak mata. Aku menarik diri dari tempat tidurku dan membuat secangkir kopi. Mengambil pena dan kertas untuk mulai menulis. Aku melihat makhluk bumi mulai menjalani aktivitasnya, petani yang bersiap ke sawah dan anak-anak mulai berangkat sekolah.

Sinar matahari perlahan menerangi seluruh penjuru ruangan, sedang aku masih belum mengotori si putih kertas. Apakah ada yang salah denganku? Ternyata secangkir kopi dan indahnya matahari terbit tak dapat memberi inspirasi untukku,mereka hanya memanjakan diri saja. Hanya kamulah topik terhangat, mengalahkan hangatnya secangkir kopi, topik yang tak bosan-bosan aku gunakan untuk semua tulisanku.

Kau begitu istimewa, sampai bisa membuatku tergila-gila. Menurutmu hal yang kau lakukan, bukanlah apa-apa, tapi bagiku itu luar biasa. Kemudian aku berpikir, apakah kita bisa bersama? Apakah aku bisa memecah keheningan di antara kita? Aku rasa, aku tak mampu melakukan itu. Tahun demi tahun silih berganti tapi kau masih saja tak bisa melupakan masa lalumu bersamanya. Memendam rasa itu mudah, yang sulit adalah menahan rasa cemburu, bila melihatmu dengan yang bukan aku.

Jatuh cinta tak pernah direncanakan, jika itu adalah sebuah perencanaan, aku tak akan pernah memilih jatuh hati padamu. Kau tahu betul bagaimana rasanya menjalani aktivitas dengan hati yang patah, semua yang seharusnya terkendali, malah jadi berantakan.

Angin berhembus kencang seolah mengerti isi kepalaku. Daun berjatuhan bersamaan dengan air mataku.

Lalu kuseruput kopiku dan menyeka air mataku. "sudahlah jalani saja" kataku menguatkan diri. Lalu kuambil lagi pena dan kertas yang sudah jauh dihembus angin dan memutuskan menulis sesuatu tentangmu.

alkamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang