Lantai 4

17 0 0
                                    


Ditengah hiruk pikuk siang ini, beberapa mahasiswa sibuk masing-masing, mengangkat berbagai topik. Pertandingan, percintaan, perselisihan dan hal konyol yang baru saja dilakukan.

Lihat perempuan yang terbahak bahak itu, matanya berkata seolah ingin meminta tolong, semalaman disiksa karena dagangan kemarin sore tak habis terjual.

Kurus pucat, laki-laki itu mengangkat satu topik konyol untuk dijadikan bahan lawakan, ia adalah yang paling benci dengan rumah yang sudah tidak seperti rumah, bertahun menahan kerasnya suara pertengkaran kedua orang tuanya. Berpisah lalu memaksanya menjadi yang tertua. Harus menjadi yang paling kuat diantara yang paling lemah.

Yang paling menarik adalah perempuan di pojok sana, ia selalu memakai baju lengan panjang, menutupi goresan ditangannya, setiap malam menangis di pojok kamar, dengan sebilah pisau. Keragu raguan menyelimuti diri, tak ada seorang pun yang bisa diandalkan, tak ada yang mau mendengar, ia sendiri berteriak dalam hati. Hari ini, kemarin, dan besok hanya ditemani si "depresi".

Tak semua yang kita lihat sesuai dengan topeng yang dipakai.

Ini hanya tentang bagaimana kita menyikapi mereka dengan kata yang baik, berguna, bermanfaat.

Ini bagaimana kita menyikapi beban yang ada pada diri.

Setiap kepala, setiap manusia, setiap rumah punya masalah masing masing.

Hanya bagaimana kita menyikapinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

alkamarWhere stories live. Discover now