3. A New Day

1.7K 166 51
                                    

Sinar matahari pagi mulai menembus celah tirai jendela. Tetapi tetap saja tidak mampu mengusik kedua insan yang masih saja sibuk bergelung dengan selimutnya.

Tampaknya Euna dan Jimin masih kelelahan akibat resepsi pernikahan mereka. Pernikahan mereka memang diadakan secara tertutup tapi tetap saja sangat mewah sekali. Euna bahkan sampai bingung berapa uang yang dikeluarkan Jimim untuk menyiapkan pesta pernikahan yang luar biasa itu dalam waktu seminggu saja.

Euna mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang menerpa hazelnya. Hingga akhirnya ia mulai mengumpulkan kesadarannya dan melihat jam di dinding.

06.30 KST

Sial! Ia terlambat untuk menyiapkan sarapan pagi. Ia mulai bangkit dari ranjang tetapi ada sesuatu yang menahannya. Tangan Jimin melingkari pinggangnya.

"apa apaan ini?"

Euna mulai melepaskan diri secara perlahan agar tidak mengusik tidur manusia disebelahnya ini. Ia terlalu malas untuk berbicara dengan manusia satu itu.

Setelah selesai melepaskan diri, Euna segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya sebelum ia turun kebawah dan menyiapkan sarapan.

Ya, Euna saat ini sudah tinggal di rumah Jimin. Saat memasuki rumah ini untuk pertama kali, Euna sempat terpukau melihat betapa luas, mewah dan megahnya rumah ini. Euna tak habis pikir bagaimana ia hanya tinggal sendiri bersama beberapa maid yang hanya datang pada pagi hari dan pulang pada sore hari atau malam hari untuk mengurus rumah ini.

Euna keluar kamar mandi menggunakan bathrobe sebelum mengambil pakaiannya di dalam koper yang belum sempat ia rapihkan. Sebelum turun untuk memasak sarapan, ia masih menatap Jimin yang tentu saja masih bergelut dengan alam bawah sadarnya dengan nyaman. Euna memutuskan untuk meraih remote AC dan menaikkan suhunya sedikit untuk membangunkan pria itu sebelum memasak sarapan.

***

Euna masih bergelut dengan bumbu bumbu dapur. Ia memutuskan untuk memasak japchae yang mudah dipagi hari. Beberapa maid di rumah itu sempat menawarkan bantuan, tetapi Euna menolak secara halus bantuan mereka karna Euna berpikir mereka pasti lelah setelah membersihkan rumah bak mansion ini.

"mengapa kau menaikkan suhu AC-nya? Aku kepanasan dan jadi terbangun." ucap Jimin sembari duduk di bangku bar dan menatap punggung sang istri yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"memang itu tujuanku. Mandilah dan cepat sarapan." ucap Euna tanpa menatap Jimin.

Jimin tersenyum mendengarnya. Ia tak pernah merasakan bahagianya memiliki seorang istri. Tahu begitu, lebih baik Jimin menikah saja dari dulu. Tidak perlu menunggu usianya 29 tahun seperti sekarang dulu pikir Jimin.

"aku belum mendapatkan jatah pagiku." ucap Jimin sembari berjalan mendekati Euna dan memeluk wanitanya dari belakang.

Euna yang merasa terusik pun hanya menghela nafas mengahadapi pria itu. "jatah apa? Tidak akan ada jatah apapun. Ingatlah Jim, pernikahan ini hanya bertujuan untuk memperbaiki nama baik kita berdua."

Jimin tak menghiraukan hal itu dan malah mengecup pipi Euna secara kilat. "kalau tidak dapat bibirmu, pipimu saja tidak apa apa." ucap jimin sembari melepaskan pelukannya dan berlari pergi saat mendapat tatapan tajam Euna.

Euna bahkan tak habis pikir bagaimana pria semacam Jimin dapat hadir di dunia ini.

***

"kau ingin ke butik? Aku akan mengantarmu." ucap Jimin kepada Euna sembari memasangkan jam tangan pada pergelangan tangannya dan kemudian menyodorkan dasinya kepada Euna.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang