Dosen killer

35 2 0
                                    

Assa POV

Setelah memasuki apartemenku, aku mulai berfikir tentang perkataan penguntit itu.

Apa katamu? Penjahat? Penguntit? Pesta? Apa maksudmu gadis aneh? Apa menurutmu yang kau lakukan sudah benar dengan memakai kain putih untuk menakut nakuti orang? "

Apa maksudnya dengan memakai kain putih untuk menakut nakuti orang?

Aku mengecek pakaian yang ku kenakan.

Astaghfirullah, ternyata mukenahku masih ku pakai. Jelas penguntit itu mengiraku demikian.

Lalu apa dia tak tahu apa yang kulakukan hingga mengklaimku sebagai orang yang pekerjaannya menakut nakuti orang!

Dasar penguntit kudet!. Umpatku.

Aku melihat jam yang tergantung di dinding di atas lemari kecil.

"Huh, cepat sekali jam itu melaju?"gumamku.

Jam menunjukkan pukul 4:00 aku segera menunaikan kewajibanku. Setelah itu menyiapkan buku buku kuliahku. Tunggu, bukankah aku kemarin membeli dua buku? Lalu dimana satunya?

🌸🌸🌸


Sesampainya di kampus aku segera berlari menuju kelas. Hari ini aku kesiangan karena sehabis sholat tadi  tertidur. Untung saja aku selalu memasang alarm untuk bangun jam 6:30 jadi masih ada waktu untukku bersiap walau hanya 1 jam. Pagi ini katanya dosen budaya tidak hadir, dan kelasnya nanti akan dibimbing  oleh dosen pengganti. Tapi ntahlah, mungkin saja dosen budaya yang ori sedang berhalangan.

Sesampainya di kelas, ntah itu bisa di sebut keberuntungan atau keburukan ternyata..... Kim Seokjin berada di depan kelas!.

Kali ini aku masih terpaku di depan pintu.

"Untuk apa kau masih di sana? Cepat masuk atau kau kulaporkan dosenmu!" Kata pria itu dingin. Apa dia dosen penggantinya?

Semua yang ada di kelas itu sekaligus Aku hanya melongo. Apa dia sekejam itu saat menjadi seorang dosen budaya?

Aku hanya mengangguk dan masuk lalu duduk di tempatku.

"Siapa yang menyuruhmu duduk?"tanyanya tajam.

Apa? Lalu aku di suruh berdiri maksudnya?

Aku berdiri dari tempat dudukku.

"Lalu bapak dosen budaya mau saya melakukan apa?"tanyaku kesal.

"Kau berdiri di depan sini. Dan bawa buku serta alat tulismu." Tunjuknya pada lantai kosong di sampingnya.

Dasar dosen kejam! Umpatku.

Akhirnya aku menurut karena aku tak ingin mendapat nilai buruk dalam daftar nilaiku.

"Baik sekarang keluarkan makalah kalian dan kumpulkan kepada saya" katanya tegas.

Apa seorang Idol ketika menjadi dosen akan sekiller ini?batinku.

🌸🌸🌸

Suasana kantin hari ini sedikit ramai. Hari ini adalah hari yang menyebalkan.

Astagfirullah assa tak ada hari menyebalkan, Allah hanya menciptakan tujuh nama jangan menambahnya sendiri!! Runtukku.

"Dorr"ucap seorang gadis berjilbab hijau yang berusaha mengagetkanku.

"Yah ngga kaget ya?" tanyanya.

Aku hanya diam sambil menikmati coklat dingin supaya pikiranku ikut dingin.

Sekarang aku memang sudah mulai jajan di kantin karena ternyata kantin ini menyediakan makanan makanan halal karena mahasiswa disini mayoritas yang beragama Islam.

"Bil, ternyata papanya RJ kalau jadi dosen killer banget yah" kata Mira sambil menyeruput coklat panas yang baru dipesannya.

"Iya sih, lebih killer dari dosen sebelumnya" kataku malas, aku dan Mira memang satu universitas, satu fakultas pula.

"Bersyukurlah sabil. Ternyata pak dosen killer yang super duper tampan itu hanya sehari disini" katanya dengan tatapan yang menurutku aneh.

"Lalu untuk apa dia kesini?, toh cuma sehari. Lebih baik tak usah ada kelas budaya hari ini daripada dia yang mengisi kelasnya." Kataku mengeluarkan uneg unegku yang sedari tadi kutahan.

"Denger denger sih karena dulu Seokjin itu pernah kuliah disini dan jadi mahasiswa kesayangan dosen budaya. Dan kalau dosen budaya ngga masuk ya diganti Seokjin yang ngisi kelas. Gitu sabil." Jelasnya. Dan hanya kubalas dengan anggukan.

"Sabil nanti setelah kelas aku mau main ke apartemenmu, sekalian kita ke cafe indo, rindu Indonesia aku udah." Katanya antusias .

Dipikir pikir benar juga, aku malah merindukan kari ayam buatan umi dan nasi goreng depan gang rumahku. Huh rasanya waktu berjalan sedikit lamban.

"Ayo, kenapa ngga sekarang aja? Bukanya kelas hari ini udah selesai?" Tanyaku penuh semangat.

"Iya juga ya? Ya udah ayo mumpung aku udah laper" balasnya cepat.

Akhirnya hari ini kami pergi bersama ke cafe indo dan setelah puas kami pulang ke apartemenku.

Setelah menaiki lift menuju lantai 4 kami menyusuri beberapa apartemen, karena apartemenku berada di bagian ujung.

"Sabil kayaknya aku nanti nginep semalem deh, mumpung besok kuliahnya libur. Sekalian aku mau kepo sama penguntit yang tinggal di apartemen 37. Kali aja itu idol kpop" katanya sambil terkekeh saat sampai di dalam apartemenku.

"Jangan ngaco deh ra! Nanti kalau dia beneran penguntit bukan idol K-Pop gimana coba? Terus nanti kalau jadinya kamu yang diapa apain gimana? Kamu di mutilasi misalnya?" Tanyaku sambil bergidik ngeri sendiri membayangkan.

"Jangan berpikir yang aneh aneh sabil! Nanti kalau ternyata dia yang punya apartemen beneran gimana? Dan ternyata dia orang baik? Nanti jatohnya kamu suudzon sama orang itu! Hati hati jatuh cinta sama penguntitnya loh!" Katanya menakut nakuti ku.

"Tuh kan mulai ngaconya! udah ah, kalau dia beneran yang punya apartemen ya udah. Berarti persepsi aku bahwa dia pembobol pintu itu salah. Dan masalahnya udah selesai, titik."kataku, mungkin saat ini aku sudah kehabisan kata kata.

"Iya deh bil, terserah kamu. Yang penting aku kenyang, mau tidur." Katanya sambil menenggelamkan wajahnya di bantal sofa.

Aku hanya menggeleng pelan. Selang beberapa menit tak ada suara dan pergerakan. Apa dia sudah tidur? Cepat sekali.

"Ra, Mira, almiraa ayo pindah ke kamar"

"Hmm"gumamnya

"Pindah kamar di sini dingin loh." Kataku sambil menepuk nepuk pipinya

Tak ada respon lagi, mungkin dia lelah berceloteh sepanjang hari. Pikirku.

Aku segera ke kamar mengambil bantal dan dua selimut dan kembali lagi ke sofa ruang tamu yang kebetulan sofa panjangnya ada dua.

Mau bagaimana lagi tak mungkin kan aku mengangkatnya kan? Lebih baik aku ikut tidur di sofa menemaninya daripada harus mengangkatnya sampai kamar.


Future From SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang