O5

4.5K 569 143
                                    

Para wartawan sudah berkumpul di bagian luar istana Deoksugung untuk menyiarkan pawai yang sebentar lagi akan dimulai. Tidak hanya wartawan dalam negeri, namun juga dari luar negeri turut datang dan melaporkan berita besar ini. Barisan wartawan itu berdiri dan mengambil gambar sebanyak dan sebisa mungkin, karena ini adalah momen langka, dimana Putra Mahkota menikahi orang yang bukan bangsawan dan juga dalam dua dekade terakhir keluarga kerajaan mengadakan kembali pernikahan.

Taeyong diantar oleh Dayang Choi dan dua dayang lainnya untuk pergi menghadap Jaehyun yang sudah menunggu di depan kereta kuda. Putra Mahkota itu terus mengamati pengantinnya yang mungil itu. Entah karena terpesona atau karena khawatir Taeyong akan melakukan kesalahan. Pawai berlangsung dengan sangat meriah. Arak-arakan marching band, tentara, dayang, serta abdi istana menambah kemeriahan pawai tersebut.

Orang-orang yang berada di pinggir jalan semakin histeris begitu kereta kuda yang membawa kedua mempelai muncul. Putra Mahkota Jung Jaehyun tersenyum dan melambaikan tangan pada rakyatnya sepanjang perjalanan menuju istana utama. Sementara Taeyong hanya menunduk, gugup dan grogi karena ia tidak terbiasa melakukan hal seperti itu sebelumnya.

Banyak yang membawa spanduk dan foto-foto Jaehyun tapi banyak juga yang membawa spanduk bahkan ada yang panjangnya hampir lima meter. Spanduk itu berisikan penghinaan untuk Taeyong, ia tidak pantas untuk Putra Mahkota atau Ia terlalu biasa untuk Putra Mahkota yang luar biasa. Taeyong tidak memperdulikan hal itu dan berusaha tersenyum bahagia dihari pernikahannya.

Sementara arak-arakan berlangsung, anggota keluarga kerajaan yang lainnya memantau upacara pernikahan dari televisi. Ibu suri bersyukur dan bahagia sekali karena upacara pernikahan berjalan lancar tanpa hambatan sedikitpun. Beliau merasa senang karna upacara itu berlangsung dengan lancar tanpa kesalahan apapun.

Ibu Suri memuji Permaisuri yang sudah mendidik Taeyong dengan benar dan memberikan tanggung jawab untuk mendidik cucu menantunya mengenai peraturan istana. Dengan bibir yang tersenyum lebar ia menerima perintah itu.

"Mama, selamat atas pernikahan Seja Jeoha. Semoga mereka selalu diliputi kebahagiaan sampai akhir hayat." Youngho memberi ucapan selamat yang tulus pada ibu Jaehyun sementara perempuan itu hanya tersenyum kecil menyambutnya.

"Hwanghu Mama? Apakah anda sedang tidak enak badan?"

"Aku baik-baik saja Gongju."

"Tapi anda tidak terlihat bahagia dan antusias melihat pernikahan Seja."

"Eonnie—" Soojung yang mendengar ucapan sepupu perempuannya itu kemudian menoleh dan dihadiahi senyuman lebar Jisoo.

Jika bisa diibaratkan dengan suatu hal, maka Jisoo dengan senang hati akan menganggap dirinya adalah permukaan danau yang tenang. Begitu tenang sehingga tidak akan ada orang yang tahu betapa dalam dan makhluk apa yang berada di dalamnya. Jangan pernah menganggap senyuman pada wajah cantiknya selalu tulus dan polos, kau tidak akan tahu betapa berbahaya ia.

Permaisuri berdehem pelan dan nampak berusaha tersenyum lebar. Permaisuri Jung Sooyeon, adalah orang yang paling keras kepala. Suaminya bahkan mengakui hal itu, ia tidak akan pernah puas jika kemauannya belum terturuti.

Alasan Jisoo mengatakan hal itu pasti untuk mempermalukannya di depan hampir semua anggota keluarga minus Raja dan Putra Mahkota. Entah apa yang berada di dalam benak perempuan muda itu, akan tetapi ia dapat merasakan hal yang tidak beres. Ia akan memastikan hal ini setelah pernikahan selesai sebelum semuanya terlambat.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih karena telah khawatir."

"Mungkin Hwanghu Mama sedang memikirkan Wang Jeonha karena beliau masih belum terlalu pulih keadaannya. Tentunya sebagai istri merawat dan menjaga suami yang tengah sakit membutuhkan tenaga ekstra." Ujar Ibu Suri menengahi pembicaraan mereka.

The Prince [JaeYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang