|2|

936 126 38
                                    

Jongin memejamkan matanya perlahan. Dia lelah dengan semua ini. Perjodohan paksa yang dilakukan oleh orangtuanya membuatnya lebih dari kata terpuruk. Awalnya, Jongin merasa dia adalah lelaki yang paling bahagia. Ia menampung ilmu di perguruan tinggi yang terkenal dan ia memiliki seorang kekasih bernama Oh Sehun yang begitu tulus mencintainya. Dia bahagia dengan kehidupannya bersama Sehun. Tidak peduli status lelaki yang menjabat sebagai kekasihnya itu adalah putra dari sepasang petani.

Jongin bahagia. Dia mencintai Sehun lebih dari apapun. Hingga keluarganya tahu tentang Sehun. Mereka menolak keras hubungan Jongin dengan Sehun. Mencari begitu banyak lelaki untuk mereka jodohkan dengan Jongin. Dan pilihan mereka jatuh pada mimpi buruk Jongin, Park Chanyeol. Chanyeol memang tampan, matanya sejernih air sewarna langit malam, bibirnya tebal menggoda banyak wanita dan bottom, serta tubuhnya yang tinggi. Chanyeol bisa dikatakan sempurna seandainya sifatnya mencerminkan fisiknya.

Tapi, tidak begitu. Chanyeol adalah seorang psychopath. Jongin tahu karena Chanyeol selalu mengejarnya sejak ia masuk sekolah menengah. Chanyeol seumuran dengan Sehun dan dengan kata lain, mereka satu angkatan dan lebih tua dari Jongin. Chanyeol tahu mengenai hubungan Sehun dan Jongin, lalu tebak apa yang terjadi. Chanyeol menyingkirkan Sehun dari kehidupan Jongin.

Dan apa yang dimaksud menyingkirkan bukan hanya mengusir Sehun tapi, Chanyeol, lelaki tak berperasaan itu, membunuh Sehun dan keluarganya. Yang membuat Jongin lebih terpuruk lagi adalah fakta bahwa dibalik kematian Sehun dan keluarganya, ialah yang menyebabkan semuanya.

~•~

Secercak cahaya mentari berusaha menembus kokohnya pertahanan yang menghalau sinarnya masuk ke dalam ruangan yang ditempati Jongin. Mata bulat Jongin perlahan terbuka. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit berwarna hitam legam. Ruangannya remang-remang dengan tirai yang menutup seluruh jendelanya. Mata Jongin terasa bengkak dan sembab.

"Kau sudah bangun, ayo makanlah dulu," suara serak menyapa indra Jongin.

Jongin melihat sekitarnya. Perasaannya asing. Dia seolah merasa tidak mengenali ruangan remang ini meski kenyataannya, sudah lebih dari sebulan ia menempatinya. Senyuman miris ia singgungkan di bibirnya.

"Tinggalkan aku sendiri," ujar Jongin.

Dia ingat. Dia berada di kamarnya dan Chanyeol. Benar, dia sudah menikah dengan Chanyeol sebulan yang lalu. Bukan pernikahan yang ia inginkan tapi, melihat yang Chanyeol lakukan pada Sehun, Jongin tidak ingin membahayakan siapapun lagi. Yah, meski pada kenyataannya ia tidak menghargai Chanyeol seperti ia menghargai Sehun.

"Jongin, berhentilah bersikap seperti ini. Apa harus kuingatkan? Kau itu sekarang istriku," desis Chanyeol.

Jongin hanya memandang Chanyeol nanar. Matanya terlihat sayu dan seolah menggoda. Chanyeol menangkup pipi gembil Jongin. Menatap Jongin setajam pisau sebelum kemudian mencium bibir tebal lelaki berkulit tan itu.

"Humphh..." Jongin tidak bisa melawan.

Apa yang bisa ia lakukan kini hanyalah meremas pundak Chanyeol dan memandang mata Chanyeol yang juga memandangnya. Chanyeol melepaskan Jongin. Diraihnya dagu Jongin memaksa kedua mata kelabu itu memandangnya.

"Kau bedebah gila, bagaimana bisa aku menghormati seorang psychopath sepertimu sebagai suamiku," ujar Jongin tajam.

Senyuman miring dilontarkan Chanyeol pada Jongin. Tubuh Jongin bergetar dan Jongin tidak akan berbohong kalau ia takut pada Chanyeol. Orang yang tidak memiliki hati nurani. Jari Chanyeol yang kasar dan panjang mengelus pipi gembil Jongin.

"Kau takut padaku. Jangan membodohi dirimu sendiri dengan melawanku," ucap Chanyeol.

Jongin memalingkan wajahnya. Dia memandang lurus keluar jendela. Mengingat apa yang sudah Chanyeol lakukan pada Sehun...

"Aku takut padamu tapi, lebih baik aku mati daripada harus bersamamu," ujar Jongin yang seolah menantang.

Chanyeol baru akan menampar Jongin ketika ia mendengar suara pintu yang diketuk. Geraman rendah keluar dari bibir Chanyeol. Dijambaknya rambut Jongin, memaksa Jongin mendangak dengan mata basahnya menatap Chanyeol.

"Kuperingatkan padamu, Park Jongin, kau milikku. Dan jangan pernah menantangku lebih jauh lagi," gertak Chanyeol.

Chanyeol melepaskan Jongin dengan kasar. Membuat Jongin hanya bisa menunduk diam tanpa bisa melawan hingga Chanyeol pergi. Tubuh Jongin perlahan kembali meringkuk. Tangisnya kembali pecah. Dia merindukan Sehun. Sehun yang pasti akan melindunginya, memeluknya, dan memberinya kenyamanan serta kehangatan yang tidak bisa ia terima dari orang lain. Jongin sangat merindukan Sehun.

~•~

Chanyeol melangkahkan kakinya memasuki sebuah rumah tua yang masih terlihat terawat. Bunyi decitan kayu terdengar seiring ia menginjakkan kakinya ke lantai rumah tua itu. Dihirupnya aroma rumah yang sudah lama tidak ia tempati atau bahkan kunjungi. Mata bulatnya ia edarkan ke segala arah seolah mencari sesuatu.

"Apa kau di sini?" gumamnya pelan.

Chanyeol menarik sebuah laci putih yang berdebu. Diambilnya sebuah foto yang sudah pudar. Meski sudah pudar, terlihat jelas di sana bahwa itu adalah foto Chanyeol dan seorang lelaki manis berkulit putih bersih.

"Aku menemukannya," ujar Chanyeol.

Dielusnya foto yang memaparkan wajah lelaki manis itu. Senyum tipis menghiasi wajah Chanyeol. Kenangan pahit yang membuatnya begitu tersakiti.

"Dia manis... sama sepertimu," ujar Chanyeol.

Mata Chanyeol perlahan terpejam. Bibirnya terbuka sesaat sebelum kemudian kembali tertutup. Dia sudah berjanji pada lelaki di foto itu. Dia mencintai lelaki manis itu, sangat.

"Tapi, dia adalah musuhmu kan?" senyuman Chanyeol perlahan memudar.

Matanya terbuka kembali merasakan hembusan angin menerpanya dari belakang. Chanyeol kembali meletakkan foto itu. Ia memasukkan jemarinya ke saku celana kainnya. Dia sadar, ada orang di belakangnya.

"Kau di sini," ujar Chanyeol dingin.

"Aku tidak akan datang jika kau menepati janjimu," suara serak itu menusuk langsung ke telinga Chanyeol.

Chanyeol hanya tertawa sarkas. Ia berbalik memandang lelaki yang kini berhadapan dengannya.

"Aku tidak pernah mengingkari janjiku," ujar Chanyeol.

Bibir Chanyeol perlahan menyunggingkan senyum miring yang membuat lelaki di hadapannya begitu geram. Sebelum lelaki itu sempat melontarkan kata-kata tajamnya, Chanyeol melangkah mendekati lelaki itu. Ia meremas pelan pundak lelaki itu.

"Lagipula, apa yang kau bisa seandainya aku mengingkari janjiku? Kau lemah, kau tidak memiliki apapun," ujar Chanyeol di telinga lelaki itu.

Lelaki itu menggeram keras. Bibirnya bergemeletuk karena kemarahannya. Memang, ia tidak bisa melakukan apapun tapi, ia akan berusaha melindungi Jongin. Namun pemikirannya kembali diruntuhkan oleh perkataan Chanyeol.

"Bahkan kau, tidak akan dan tidak akan pernah bisa melakukan apapun,"

TBC

Voment kuy :>

Kalian mau ada cerita lain yang udh lama kalian tunggu? Coba komen deh. Semoga Frey masih sanggup~ ^^

Baby Don't Cry {HunKai}Where stories live. Discover now