chapter 04; Hesitancy

996 154 9
                                    




—SELAMAT MEMBACA—


"what i have with you i don't want it anyone else".

***

Yerim merebahkan tubuh nya menatap langit- langit sambil memikirkan perkataan jungkook tempo hari yang membuat dirinya bahagia setengah mati, kalau bisa dihitung. Jarang— Jarang sekali jungkook bisa bersikap manis padanya. Terkadang jungkook itu bisa menjadi pria yang dingin dan lembut di satu waktu, entah kenapa memikirkan nya membuat jantung nya berdebar tak karuan.

Tapi disisi lain pun yerim ada rasa ragu yang menghinggap di hatinya, entah ragu dalam dalam hal apa, Ragu dengan perkataan jungkook atau ragu dalam rasa yang dimilikki yerim saat ini. Tak bohong juga bahwa dirinya begitu senang bisa menghabiskan waktu singkat bersama jungkook, padahal biasanya jungkook adalah manusia yang malas jika diajak menemani atau berjalan-jalan walau hanya sebentar, rasanya hari kemarin adalah hari yang tidak bisa yerim—lupakan.

"ah ternyata begini rasanya" gumamnya, masih dengan senyum yang melebar. Sampai sampai kantuk pun menyerang nya dan tertidur dengan perasaan yang bahagia. Mimpi indah.

***

Di lain sisi berbeda dengan jungkook, ia juga memikirkan perkataan nya tempo hari. Apakah ini tidak berlebihan memberikan harapan kepada seseorang yang sudah jelas sangat mencintai nya, ia tau pasti yerim senang dengan perlakuan jungkook yang hangat kepadanya. Yerim itu termasuk wanita yang biasa biasa saja berbeda dengan wanita yang berada di sekolah nya, terlalu fanatik kepada jungkook. Itulah mengapa ia ingin yerim menjadi kekasih nya, kekasih permainan lebih tepatnya.

Jungkook rasanya ingin mengutuk mulut laknat nya ini yang bisa-bisa nya mengeluarkan kata-kata manis seperti kemarin—tak habis pikir.

"haishh" gumam jungkook frustasi sambil mengacak rambut nya

***

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, yerim sudah siap dengan baju sekolah nya. Ia turun menuruni tangga dan melihat wanita setengah baya yang masih sibuk berkutat dengan peralatan dapur nya.

"ibu" panggil yerim.

"oh yerim-ie sudah siap ternyata" balas sang ibu dengan lembut nya

"sepertinya hari ini aku tidak sarapan bu" balas yerim sambil meneguk susu yang sudah disiapkan

"lho kenapa? Kau mempunyai riwayat maag yerim-ie nanti kau bisa sakit"

"dijadikan bekal saja bu nanti yerim makan di sekolah"

"oh begitu baiklah, akan ibu siapkan"

Yerim menunggu sang ibu menyiapkan bekal untuk dirinya.

" ini bekal nya jangan lupa dimakan, ingat penyakitmu yerim. Kau sudah mau ujian jangan membuat dirimu bisa sakit..," kata sang ibu memperingati anak gadis nya.

" iya ibu, aku berangkat dulu."

Tidak butuh waktu lama juga yerim untuk bisa sampai ke sekolah nya, berjalan perlahan sepanjang koridor dan menuju ke kelas.

"yerim-ah" panggil seorang perempuan yang kini berlari menuju dirinya.

"ada apa in ha-ya? kenapa kau berlari seperti ini?" tanya yerim yang melihat sahabat nya dengan nafas tersenggal-senggal.

"kau sendirian datang ke sekolah?" tanya in ha tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan yerim.

"ya seperti yang kau lihat aku sendirian mau dengan siapa lagi memang" balas yerim tanpa menatap in ha dan berjalan mendahului in ha.

"ini aneh, tadi pagi aku melihat jungkook datang bersama yein". Gumam in ha.

Yerim yang mendengar perkataan in ha langsung memberhentikan langkah nya, walaupun in ha mengatakan dengan suara yang kecil namun yerim masih bis mendengar nya.

sepertinya keraguan yang semalam sempat ia pikirkan benar-benar terjadi.


—TO BE CONTINUED—

Kalau kalian tahu ini ada beberapa scene yang aku hapus dan judul nya aku ganti, aku gak mau bikin cerita ini jadi tidak jelas—maafin aja kalo penulisan nya masih rada amburadul :))

 When I Am GONE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang