2

11 7 2
                                    

"Stef, cowok itu siapa ya?", Zenith penasaran dengan cowok yang hati nya baik tadi. Baik menurutnya karena sudah menyelamatkan takdirnya, kali ini. "Lo gak tau dia yang sering masuk kelas kita?", Ia menggeleng pelan. "Mana aku tau nadh, lagian aku juga gak hafal sama murid sini", "jauhin dia zen, bahaya!". Ia menggeleng pelan, dia masih berhutang budi untuk mengembalikan almet nya. "Biru Rigel Orion, panggilannya Biru kelas 12 IPA 2", Zenith menoleh mendapati suara Bintang, lalu tersenyum. "Jadi dia Rigel ya?" batinnya senang, ada ya seseorang dengan nama yang ia suka, si terang dari galaksi Orion. Ah sudahlah, buat apa juga dia suka dengan Rigel? bukankah dia hanya seorang Ceres? planet katai yang jauh dimensi dengan Orion?. Zenith melangkah pelan menuju lapangan untuk upacara bendera .

30 menit upacara berlangsung, dan kini telah selesai."Ikut aku buat balikin ini yuk ke kak Rigel", ajaknya pada Stef teman sebangkunya. "Rigel? panggilannya Biru kali", ia tertawa aneh siapa yang pernah memanggilnya Rigel?. "Aku kan suka bintang Rigel Stef , yaudah lah ayo kesana" Steffi mengangguk dan melangkah menuju kelas di ujung selatan gedung sekolah.

"Kak, bisa tolong kasih ini ke kak Biru?", Cewek cantik dengan nametag Ashley itu tersenyum. "Lo pacar Biru ya?", Zenith melotot dan menggeleng. "Nggak kak, yaudah ya aku duluan permisi". Nggak mungkin juga Biru suka sama itu anak. Setelahnya Ashley masuk kelas dan mendapati bangku Biru masih kosong.

Bugh, jelas sekali suara orang yang berkelahi tadi. Zenith merasa ketakutan, tapi tak ayal dia juga menyusuri sumber suara itu. Astaga! tepat diujung hutan jati sekolahnya itu ada dua orang berkelahi. Gak salah lagi, dia Biru! batinnya menolak seluruh akal sehatnya. Ia tak lagi berpikir rasional, segera saja menghampiri cowok itu. "Kak udah!" hasilnya nihil. Biru dan cowok yang ditinjunya itu semakin menjadi-jadi. "Lanjutin atau aku lapor Pak Helmy!", akhirnya mereka menoleh ke sumber suara. Sial! Biru begitu terkejut melihat kedatangan gadis itu. "Ngapain lo disini? lo gak punya otak kalau nanti gue salah sasaran balik hajar lo?", Zenith terkesiap dengan gertakan Biru. "Ya kan aku gak sengaja kak" ucapnya memelas, berharap agar Biru sedikit leleh mendengarnya. "Dek, sekarang silahkan lo pergi dari sini!" itu suara cowok yang habis dihajar Biru, namanya Alfi. "Yaudah lah kak, kakak silahkan lanjutin berantemnya. But i wanna say thanks for lending me your suit, lagian kalau kakak berantem ujung-ujungnya sakit kan gak baik." Selepas memberi sedikit ceramah untuk Biru dan Alfi dia langsung pergi. Zenith tidak mau sekalipun untuk terlibat kasus yang membuat namanya jadi terkenal. Ia hanya ingin hidup tenang, damai, aman dan sentosa.

Di sisi lain, keduanya terdiam. Biru sedikit terkejut melihat ekspresi super biasa dari gadis itu. Gadis yang mirip dengan seseorang di luar wilayahnya. "Gue gak mau basa-basi lagi, kalau lo masih mau gangguin Ashley gue gak akan pernah maafin lo fi!", Alfi pun terdiam. Alfi adalah anak kelas sebelah nya Biru, bahkan bisa dibilang mereka sudah kenal dari SMP. Entahlah, tapi Alfi sudah menjalin hubungan dengan Ashley, di belakang Biru. "Gue cabut!" Biru segera meninggalkan hutan jati itu. Begitulah sosok Biru yang mudah menghajar orang, tapi dengan cepat memaafkan orang itu. Ashley pasti bangga punya sahabat sebaik lo, kini Alfi termenung,"Biru sama sekali gak dendam sama gue, arrgghh!".

*
Kantin, pukul 9.30 pagi. Suara murid tampak riuh. Zenith dan teman-temannya sekarang menuju kantin. Ia sudah tidak mempermasalahkan kejadian tadi, anggap saja urusan dengan Biru selesai.

"Shil, pesenin aku nasi pecel ya" ucapnya. Shilla mengangguk dan mulai menelusuri isi kantin dengan Bintang. Sekarang hanya tinggal Steffi dan Zenith seorang. "Jadi urusan lo sama Biru udah selesai?" Zenith hanya mengangguk. "Lo liat sebelah kanan lo sekarang!", Ia langsung menoleh dan mendapati Biru dan 2 kawannya. "Terus urusan nya sama aku apa?" ia sama sekali tak mengerti. Steffi sudah jenuh dengan sikap Zenith, masak ada cowok ganteng kayak gitu dibilangnya baru tau?. "Gini deh je, Biru itu cowok ganteng yang pesonanya bikin cewek luluh. Nah itu kenapa gue kaget ketika dengan santainya dia minjamin lo almamater, kalaupun dia mau minjamin jas itu orang paling tepat adalah Ashley yang kita temui pagi tadi. Satu hal yang perlu lo tahu, dia itu bahaya! gue udah memperingatin lo buat jauh-jauh dari dia, untungnya lo anak pinter". Steffi segera minum es teh manisnya karena terlalu lelah menjelaskan detail tentang Biru. "Oh iya satu hal, kalau lo mau suka-sukaan mending sama seseorang di sebelah kiri lo, namanya Bima Aksara. Tapi itu sudah jadi rahasia umum kalau Bima sama Biru punya hubungan yang sama sekali gak baik." Zenith langsung menoleh di sisi kirinya. Aura Bima lebih terang, seperti galaksi Bima sakti yang mampu memberi kehidupan. Keduanya jelas sangat berbeda 180°. Zenith segera mengamati lagi sisi kanannya, Biru orang yang tak dapat mengekspresikan perasaannya dengan mudah. Kedua temannya bahkan berteriak seperti membuat lelucon, dia tetap diam. Entahlah, sekarang itu bukan urusannya. Dia hanya perlu makan dan segera kembali ke kelas.

*
Kelas 11 IPS 1, pukul 10.45 mata pelajaran matematika. Untuk ukuran Zenith yang gila belajar, hal ini hanyalah angin segar yang lewat. Dia sudah selesai makan pecel Mak Tini, sekarang dia tidak boleh seperti Steffi. Lihat saja, 15 menit saja Steffi sudah tidur.

"Logaritma dasar sudah selesai, ibu akan tantang kalian untuk menyelesaikan soal ini. Ini soal Matriks logaritma, yang bisa silahkan!" ucap Bu Nadia menawarkan. Zenith langsung mengerjakan soal yang menurutnya seperti penjumlahan saja. "Temui saya di ruang guru" bisik Bu Nadia yang dibalas anggukan olehnya. "A+ untuk yang lain bisa bersaing dengan Zenith". Semuanya mengangguk mengiyakan perkataan Bu Nadia.

"Saya lihat kamu berpotensi, kenapa kamu tidak ikut kelas olimpiade saja?" Zenith sudah bisa menebaknya. "Tidak bisa bu, maaf", Bu Nadia tampak kecewa. "Kenapa zen? saya lihat kamu berprestasi waktu SMP dulu. Catatan kejuaraan olimpiade kamu banyak lagi," Zenith tetap menolak dengan cara halus. Sebenarnya dia ingin, bahkan sangat ingin. Tapi itu dulu, waktu ayah bundanya masih ada.

Selepas pembicaraannya dengan Bu Nadia, dia kembali ke kelas. Pikirannya sekarang kosong, ingat ayah bundanya di surga sana. Dia begitu bingung hingga akhirnya, brak tubuhnya menabrak dada bidang seseorang itu. Sepersekian detik kemudian dia jatuh dalam pelukan cowok itu, "Ah maaf!" ucapnya tak sengaja. Ia belum sempat melihat cowok itu, perlahan ia membuka matanya dan mendapati- "Hai, maaf ya gue tadi salah lihat. Gitu dong mata nya dibuka, gue gak gigit lo kok", sadar dengan posisi itu keduanya segera balik ke posisi semula. "Bima Aksara, panggil aja Bima!", Zenith segera membalas uluran tangan dia. "Zenith Athanasia Ceres, kak" Bima tampak tersenyum. Cantik , ia sadar perkataannya dan langsung menampar pipinya sendiri. "Kakak gila ya?" Astaga, mulut seorang Zenith memang lah tidak bisa diatur. Sekalipun menggunakan bahasa baku dan benar!. "Eh e enggak kok. Yaudah gue duluan ya Zenith" Bima tampak salah tingkah dengan gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Zenith?.

*
Gerbang sekolah, pukul 14.30. Zenith harus jalan sekitar 120m untuk keluar gang dan menemukan angkutan umum disana. Ia harus hemat, tante Greta masih lama pulangnya. Ia juga sungkan kalau harus terus minta tante Greta.

Tin tin tin, klakson motor itu memekakkan telinganya. Sekarang malah tepat berhenti di depannya. "Siapa ya?", kilatan mata warna biru itu tajam sekali. "Naik!", Zenith tampak ketakutan. "Kan aku gak kenal kamu, masak kamu mau culik aku sih?" cowok itu segera membuka helm nya. Betul, itu Biru!. "Eh kakak ya, ehm sorry kak aku mau pulang naik angkot aja!" Biru langsung menarik agar Zenith menaiki motornya. Setelah naik dia melesatkan motornya. "Kakak ngapain sih mau nebengin aku?", oke Zenith cukup bersabar untuk menghadapi Biru. "Lo Ceres kan?", satu nama itu akan selamanya ia ingat. Hari ini, ada seseorang yang memanggilnya Ceres. Sama seperti ayah bundanya.

Grazie, RigelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang