29. kita? tim ratu!

414 81 16
                                    

Siang ini, kantin ramai dengan seluruh omnivor kelaparan yang sedang berlomba - lomba melahap mangsanya. Seperti halnya si Dilan, pecel lele menjadi mangsanya kali ini.

Binar tak tega melihatnya yang makan selahap itu, seperti tak pernah makan seumur hidup, "pelan - pelan sih, Mik."

"Gila, Mik, lu latihan karate apa penyiksaan diri sih? Sampe selaper ini?" Tanya Senja yang juga kasihan melihat Mika.

Tadi, kisaran jam 10 - 11, ekskul karate mendadak memotong jam pelajaran untuk menyeleksi siswa - siswa yang akan diikutkan pada lomba yang diadakan oleh SMA Nusa Satu —sang kakak dari Nusa Dua— lomba ini rutin dan NADA pun selalu mengirim kontigen terbaiknya. Hanya saja, ekskul karate belum menyeleksi kontigennya kemarin.

"Penyiksaan diri!" Ceplos Mika asal.

"Hush!" Tegur Binar.

"Ya lu bayangin aja, Nja, Bin, tadi pagi gua gak sarapan. Istirahat pertama kepotong buat nyalin PR, lah tiba - tiba Pak Kai nyuruh ngumpul coba!" Sungut Mika ditengah mulutnya yang penuh.

"Yaudah kan yang penting, lu juga kepilih buat wakilin NADA. Ayo, tunjukin ke NASA sama NAGA (Nusa Tiga) kalo NADA gak selemah itu!" Ujar Fajar menyemangati.

Memang, ketika ketiga Nusa bersaudara itu mengadakan kompetisi, NADA —yang entah mengapa— selalu kalah ketika karate hingga menjadi bahan olokan kedua sekolah.

"Iye, Jar, sama gua mah bakal abis. Gua sikat semua!" Akhirnya makan siang Mika habis. Namun, ia kembali berdiri dan menuju kedai pecel lagi. Rupanya, kelaparan Mika tidak sampai disini dengan bukti —ia kembali membawa sepiring pecel ayam kali ini.

"Sumpah lu kayak zombie, serem banget," Ujar Senja yang menatap horror keganasan Mika.

Binar tertawa lalu mengabadikan wajah Mika dalam story instagram nya.

"Wajah lu melas banget kayak gembel," Timpal Fajar tertawa.

"Lu semua emang suka tertawa diatas penderitaan orang lain ya? Gapapa gua mah ikhlas, asal lu pada bahagia." Mika berkata prihatin.

"Ehm —kita boleh duduk disini ga? Meja penuh semua soalnya," Intrupsi suara seseorang membuat mereka menoleh dan menghentikan guyonan.

"Lah biasanya juga langsung duduk, kenapa harus izin?" Fajar pertama kali menyahut pada Cakra.

Senja dan Binar sontak menggeser tempat mereka.

"Ng —yang lain mana?" Tanya Starla takut - takut.

"Biasa, tuh disana." Tunjuk Fajar, Starla mengangguk.

Senja dan Binar saling lirik. Binar sudah menunjukkan raut tidak sukanya, sedangkan Senja berusaha biasa saja —karena jika tidak, ketika pulang nanti, ia akan diceramahi panjang lebar oleh Fajar.

"Alhamdulillah, kenyang gua!" Seru Mika memecah hening. Ia mengembalikan piring dan mencuci tangan.

Sepeninggal Mika, tidak ada lagi yang membuka suara. Cakra dan Starla yang fokus pada makanannya. Fajar, Senja, dan Binar yang sibuk bertukar pandang.

"Musik sama Dance udah ngirim kontigen, Nja? Bin?" Tanya Cakra basa - basi.

"Udah," Jawab Senja singkat. Binar hanya mengangguk.

"Dunia panas banget kenapa ya," Mika berceloteh saat kembali dan langsung menyedot es teh milik Binar.

"Iyalah panas ngeliatin orang pacaran, untung jauh." Sarkas Binar.

"Lebih panas lagi kalo ngeliat ada orang yang sering susah ke siapa tapi pas seneng ke siapa." Timpal Mika.

Fajar mendelik tidak suka kearah pasangan di depannya, "apaan sih lu berdua," Desis Fajar. Ekspresi Cakra dan Starla langsung berubah, mereka berpandangan.

sajak tanpa suara✔Where stories live. Discover now