14. Bukan sebuah keterpaksaan

900 194 28
                                    

Penolakan kencan.

Taehyung pulang dengan setumpuk pikiran tidak jelas dalam otaknya. Wajahnya kusut, muram dan urung untuk pulang ke rumah. Lebih memilih menghampiri sahabat sehidup sematinya yang seusai mengantar si pacar pulang.

"Kau kenapa sih? Sekali saja tidak merengut begitu kalau bertemu aku, bisa tidak sih? Kau jelek, malas. Pergi sana."

Begitu kata Jimin ketika melihat Taehyung yang baru saja memasuki kamarnya.

"Hmm, aku ditolak. Tolong jangan banyak bicara tidak penting," katanya, sambil membaringkan tubuhnya di ranjang, memejamkan netranya sembari menghembus kasar napasnya hingga poni tersentuh ke atas.

Gemas, Jimin terkekeh pelan kalau memang ini perihal si gadis Choi.

"Coba cerita, aku malas dengar kalau tidak jelas. Mulutmu itu biasa bicara banyak, kalau hanya menggerutu tapi ingin ku mengerti, jangan harap."

Matanya memutar malas, bibirnya dikecurutkan, "intinya, dia ku ajak kencan. Tapi ditolak," katanya sembari memejamkan kembali kedua netranya, kemudian, "ugh! Sakit sekali," katanya lagi dengan jemari yang sudah mencengkram kaus bagian dadanya.

Jimin terbahak, "ya, kau memang bodoh, Kim! Aku juga kalau jadi dia, jelas menolak."

"Sial, bedebah!" Katanya dengan bibir yang semakin mengerucut gemas, "memang aku kurangnya dimana?"

"Kau serius mau bertanya padaku? Tidak langsung dengannya saja?" Ujar Jimin dengan nada penuh canda.

"Serius sedikit bisa tidak sih?!"

"Sekarang, jawab dulu. Akui bahwa kau benar sayang, akui kalau kau benar mau mengejarnya dan menjadikannya kekasih. Baru setelah itu, kau tau dimana kurangmu dan ku bantu solusinya."

Taehyung diam.

Jelas tidak langsung menjawab apa yang Jimin katakan barusan. Di pikirannya tiba-tiba mendadak banyak sekali ingatan perihal kemarin-kemarin, dimana ia memang dengan sengaja menjauh.

Nanti Tzuyu malah semakin diincar, bagaimana?

"Jadi bagaimana, Kim?"

Persetan—

"Iya! Aku menyukainya, aku sayang, tapi tidak cinta—tidak, maksudnya, aku cinta, sayang, aduh bagaimana sih ini!!" Katanya sembari mengusap kasar wajahnya frustasi.

Berakhir Jimin mengusak gemas pucuk kepala sahabatnya, sambil tertawa pelan, "iya, sudah. Aku mengerti, sungguh. Hanya butuh pengakuan kok."

Mulai saat itu juga, Jimin berjanji pada dirinya sendiri akan membantu, membuat semuanya berjalan sedikit lebih mudah. Setidaknya Taehyung bisa sekali lagi merasakan dengan benar, bagaimana seharusnya semua berjalan. Merasa bahagia, memiliki kekasih.

***

Tepat tiga puluh menit sebelum kelas di mulai, Tzuyu pasti sudah ada di dalam kelas. Menunggu sembari mebaca kembali materi minggu dengan tambahan suara cibiran yang terdengar samar di telinga.

Kedua earphone tanpa musik terpasang di telinga, seolah ia tidak mendengar apa-apa. Padahal, kenyataan dia tau persis, kalau yang sedang mereka cibir adalah dirinya.

Pandangan tidak nyaman dari mereka yang baru saja masuk juga terasa sekali meski tidak bertatap langsung. Semakin tidak nyaman sampai pada akhirnya, yang dia temukan adalah si pemuda Kim bersamaan dengan segaris bibir senyum malu-malu dan kedua alisnya terangkat.

"Kau serius sekali, sampai aku datang pun kau tidak sadar," ujarnya, sembari menopang dagu di depan si gadis Choi.

Luar biasa kaget dengab kedatangan Taehyung dan sekarang dada sebelah kirinya semakin berdebar ketika mendapati Taehyung tersenyum dan menopang dagu di hadapannya.

SUGARPLUM |TAETZU|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang