Culik - 42

20 3 0
                                    

"Zhang Xiha si penggila uang"

Xiha menepuk nepuk kepala Airi pelan, seolah olah bangga sama Airi. Di dalam hatinya, Airi jijik di sentuh sama pembunuh saudara kembarnya itu. Yang Xiha kagumi itu adalah bagaimana Airi bisa mengingatnya. Padahal kejadian tragis itu terjadi sekitar 8 tahun, saat itu Airi masih sangat kecil ketika ia melihat kematian kakaknya. Bahkan Xiha sendiri tidak mengenali Airi ketika pertama kali bertemu, tapi setelah masalah Lami yang melibatkannya, Xiha jadi tahu latar belakang Airi karena adanya Chanyeol yang membela gadis itu. Dan Airi sendiri tahunya Xiha adalah musuh appanya karena ada tato di pergelangan tangan kiri laki laki itu, tato yang sama persis dengan orang yang 8 tahun lalu mencelakainha.

"kenapa diam? Bener kan?"

"penggila uang? Hm... Kayaknya keren, boleh deh kamu panggil saya begitu"

Xiha duduk bersila didepan Airi. Dari tadi pak kepsek alias Xiha mantengin muka Airi terus, alhasil doi risih dong. Tapi yang namanya Xiha gak nerima penolakan sekecil apapun itu. Lelaki itu menampar wajah Airi lagi.

"kenapa, kenapa kamu buang muka dari saya?! KENAPA?!"

"NGERTI KATA JIJIK GAK SIH?! JIJIK LIHAT ORANG YANG UDAH JADI BUDAK UANG!!"

Napas Airi memburu, udah cukup Airi nahan emosinya. Rasa kesal, dendam, benci, semua bercampur jadi satu. Yang awalnya Xiha marah marah, sekarang tengah tertawa mengerikan sambil memegangi kepalanya yang sebelah kiri.

"kalian gak tahu betapa buruknya kehidupan kami setelah Lisa pergi, semuanya hancur"

"salahkan ayahmu yang sok pintar itu, kenapa tidak mau memberikan perusahaannya pada kami!!"

"kalaupun appa kasih perusahaannya, kalian malah bikin hidup kami jadi tambah menderita!!"

Airi teriak didepan wajah Xiha. Doi muak dengan semua masalah yang dihadapinya selama ini, cuma ada satu sumber, yaitu uang.

.
.
.

"Jin, lu yakin? Kalau menurut gu–"

"iya, kalian balik aja duluan"

Lujin masang helm dan segara pergi pakai motor sport punya doi yang baru aja dianter sama orang kepercayaannya sedangkan anak kostan dan yang lain pulang pakai taxi online.

Dengan kecepatan diatas rata rata Lujin dan motor sportnya membelah jalanan kota yang gak terlalu ramai itu. Di dalam hatinya Lujin memaki dirinya sendiri yang gak becus jagain Airi, padahal baru kemarin lusa dia janji buat jagain Airi tapi sekarang udah ilang aja.

Flashback on

"jadi... Kamu punya cara apa untuk masalah ini?"

"biar Woojin yang jaga Airi. Lujin bakal sekolah sama Airi, jadi gak mungkin kalau Airi bisa kabur" jawab Lujin dengan mantap.

Chanyeol, Tao dan Kai saling tatap. Memang benar rencana Lujin itu bagus, tapi mereka gak bisa sepenuhnya percaya sama Lujin karena anak laki laki itu bisa aja luluh sama Airi.

"appa sama om gak usah khawatir, Woojin masih bisa bedain mana terang dan gelap, kok"

"sebenarnya bukan ini alasan saya kesini" ucap Kai.

Semua yang ada disitu menatap lelaki dengan 3 anak itu. Ia terlihat menahan emosinya yang bergejolak.

"saya kesini ingin membahas soal kematian Lisa. Pembunuhnya bukanlah orang suruhan, tapi memang psikopat yang gila dengan uang. Ternyata bukan Tuan Wen yang menyuruhnya, tetapi itu adalah motif psikopat itu sendiri. Bahkan Tuan Wen sudah mati ditangannya terlebih dahulu"

"ck, jadi ini alasan kenapa kita gak bisa menangkap pelakunya? Sial!" Tao menggebrak meja kecil didepannya. Badan Lujin sedikit tersentak karena kahet dengan emosi Tao yang tiba tiba itu.

"dan sekarang psikopat gila itu masih berkeliaran. Yang saya takutkan dia ada didekat Airi selama ini, Jin. Maka dari itu saya khawatir dengan kalian berdua nantinya" Kai menatap Lujin dengan tatapan yang benar benar memperlihatkan sisi orang tuanya yang selama ini ia sembunyikan.

"appa tenang aja, Woojin bakal lindungin Airi sampai kapanpun. Woojin janji"

Flashback off

Motor Lujin berhenti didepan sebuah rumah lusuh di pinggiran kota. Doi cek hpnya dan benar titik terakhir di gps Airi ada ditempat ini. Kalau dilihat dari luar, rumah itu bener bener gak keurus, tumbuhan liar udah merambat sampai atap rumah. Bahkan ada beberapa kaca jendela yang pecah dan rumput liar menghiasi bagian depan rumah itu. Tapi kalau dilihat secara teliti, lantai rumah itu gak cukup kotor untuk ukuran rumahs kosong. Lujin mulai berjalan ke pintu utama rumah itu, perlahan dibuka lah pintu itu. Didalamnya terpampang jelas ruang kosong yang penuh dengan debu, saking banyaknya Lujin dibuat batuk karenanya.

"Ai?"

Bulu kudu Lujin merinding, tapi sekarang yang jadi prioritas Lujin cuma satu, yaitu keselamatan Airi. Semua pintu di rumah itu udah dibuka Lujin, tapi doi gak nemuin apa apa. Gak sengaja mata Lujin nangkap sebuah kulkas di dapur.

"kulkas? Buat apa ada kulkas dirumah kosong kek gini?"

Setelah kulkas dibuka terlihat sebuah tangga mengarah ke bawah. Tanpa basa basi Lujin turun ke bawah, semakin ke bawah cahaya semakin redup. Samar sama diujung tangga ada cahaya warna kuning. Cahaya matahari? Gak mungkin, orang Lujin jalannya kebawah. Ternyata di ujung tangga ada sebuah ruangan sempit dengan sebuah lampu kuning sebagai pencahayaan. Mata Lujin menyapu bersih ruangan itu, gotcha! Ada pintu lain. Pintu itu dibuka dan langsung terpampang bagian belakang rumah itu, jadi rumah ini memang sengaja dirancang rumit agar musuh tidak bisa keluar. Karena Airi gak ada Lujin geledah geledah tempat itu, ada sebuah goresan di lantai dekat tiang kayu. Kalau dilihat lihat goresan itu bentuknya mirip makam.

"ayo pikir Lujin! Pakai otak lu!!"

Lujin langsung lari keluar menuju motornya. Doi kembali membelah jalanan yang udah basah karena air hujan. Karena pikirannya kacau Lujin nerjang lampu merah biar cepet sampai ke pemakaman terdekat. Bener aja di pemakaman itu ada mobil hitam yang terparkir dan ada sebelah sepatu Airi. Pemakaman disini terbilang jauh dari pemukiman penduduk, bahkan didepan pemakaman sudah ada hutan.

"GAK!!! SEMUANYA BOHONG!!!"










Sorry kalau banyak typo ya guys? Happy reading ❤
Ttd
Minchaoniee

My Little Sunshine [TAMAT]Where stories live. Discover now