4 .

10 0 0
                                    


Asrama . Tempat ini lagi lagi memaksaku untuk terlihat baik baik saja , setelah beberapa menit lalu kami harus mendengarkan berjuta kata makian dari Pembina apel untuk beberapa kawan ku yang telat . ya walau bagi ku ini semua tak terlalu seberapa di banding hari hari biasa yang kami harus medapat jatah telat .

" Wih kalung baru " . Ujar seseorang yang kini tengah duduk di hadpan ku .

Aku pun hanya membalas dengan senyuman bukanya apa , kawan ku yang satu ini memang tergolong orang yang super duper kepo bahkan kekepoannya sampai taraf yang aku dan kawan kawan sekamar ku akui luar biasa .

" Ditanya malah senyum seyum sakit gigi ya " . Ucapnya sambil memandang ku jengah .

" Iya " .

" Dari ? " . Tanyanya sambil mengedipkan sebelah matanya .

" Teman " . Jawabku singkat .

" Ayo lah Bang Arta jangan bohong deh sama dede Liant " . Godanya sambil mencolek dagu ku . sedangkan aku hanya mampu menepis semua godaannya .

" Yuli jangan goda Abangnya " . Ujar tegas Kak Radit dari arah pintu .

" Ih...papa Radit dedek kan Cuma penasaran " . ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya .

" Biasa lah bang Yuli kepo " . Ucap ku sambil memasukan kalung ku kedalam kaus yang aku kenakan .

" Yula yuli , Lian , enak aja panggil aku yuli " . cercanya sambil mulai beranjak dari tempat duduknya .

" Nama mu kan Yulian Toro ya udah la di pangil Yuli aja " . Ujar Bang Radit sambil merkacah pinggang .

" Lian napa sih , Yuli kayak gua apaan aja sih nyet " .

" Enak aja sih kan situ kayak cewek " . Ujar ku sambil mencolek dagu Liant , namun bukannya merespon seperti biasa ia malah menarik bajuku berusaha untuk mencium ku hingga tanpa sadar kalung yang aku kenaka terlepas dari leherku .

" Kalung salib siapa ini ? " Tanya bang Radit tegas . sedangkan aku dan Lian hanya bisa berdiri mematung berusaha mencari kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang bang Radit ajukan .

" Kalung Lian bang " . Ujarnya sambil menyikut lengan ku sedangkan aku hanya bisa diam tanpa tau harus mengatakan apa .

" Kamu bohong sama saya Liant , kamu kan budha " . Ucapnya tegas tanpa mengalihkan pandanganya dari kami .

" Saya bang " . Jawab ku sambil menundukan wajah , jujur saja aku juga bingung mengapa bang Radit marah , apa lagi hanya karena hal sepele .

" Oh jadi kamu main rahasi rahasian sekarang ya Arta " . Ujarnya sambil tersenyum sinis .

" Enggak bang " .

" Lalu ini dari siapa ? " .

" Dari teman bang " .

" Teman ? " . Tanyanya sambil terus menatapku , aku pun hanya menghelang napas dalam dalam berusaha mencari sisa kesabaran yang aku miliki .

" Ya mau gimana gak teman bang kalau posisi ku tak lebih dari sekedar sahabat " . Ujarku lesu .

" Kamu aja yang enggak peka coba aja kamu peka dikit pasti udah ketahuan ini mah kode " Ujarnya sambil memberikan kalung itu pada ku .

Andai saja ini benar kode darinya pasti aku akan bahagia bahkan aku rela menggendong Liant keliling asrama hanya demi ini namun sayang sekali ini hanya tanda kasih seorang adik kepada kakak .

" Ternyata hal menyakitkan bukan lah penolakan namun berbeda anggapan lah lukan paling nyata "

HujanWhere stories live. Discover now