i. Brothers 🔞

21.5K 979 144
                                    

       Siang itu, kembali Renjun Darmawangsa berlarian dari kelasnya, mengejar Transjakarta yang akan berangkat pada pukul 13:40.

Maklum, situasi kota Jakarta yang macet membuat pemuda manis itu enggan membawa kendaraan sendiri, pun menyewa go-jek atau grab atau ojek online lainnya.

Pemuda yang duduk di kelas dua sekolah menengah atas itu mengusap keningnya yang basah akan keringat. Rasa lega terajut dalam dadanya kala mengetahui bus Trans belum hadir.

Sambil duduk dan menunggu bus datang, ia merogoh ponsel pintarnya dari dalam saku celana lalu memeriksa notifikasi.

Dan seperti biasa, ponselnya dipenuhi dengan panggilan tak terjawab dari sang kakak, juga pesan singkat yang menanyakan keberadaan dirinya.

Kakak

Kok belum pulang?

12:01

Kakak

Jangan aneh aneh kamu, Renjun.

12:04

Renjun memutar bola matanya sebal. Sebenarnya sang kakak bersikeras akan menjemputnya—kebiasaan pria itu apabila sedang off duty. Namun, hari ini, mobil mereka sedang dibawa ke bengkel.

Syukurlah. Renjun lega sekali rasanya. Karena sebenarnya, ia sedang tak ingin menyapa pria jangkung itu. Pertengkaran mereka dua hari yang lalu masih menyisakan amarah dalam dirinya.

Dengan sebal—karena teringat pertengkaran itu kembali—Renjun memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku. Nanti saja ia berbicara kepada kakaknya yang kelewat posesif.

Bus yang ditunggu datang, Renjun melompat masuk ke dalam. Pelajar yang baru pulang sekolah mendominasi isi bus Trans.

Renjun terdesak, ia nyaris menempel dengan dinding bus. Pemuda manis itu sedetik menyesali keputusannya untuk tidak memesan taksi online.

Tetapi hal itu tak berlangsung lama kala seorang pemuda melindunginya dari desakan penumpang, membuat Renjun terkukung.

Sebenarnya sederhana saja, pemuda itu berdiri di belakang Renjun, dadanya tersentuh dengan punggung Renjun, namun, ia tidak membuat Renjun semakin terdorong ke dinding bus.

Mau tak mau, Renjun merasa berterimakasih juga kepada pemuda yang tak diketahui identitasnya, maupun wajahnya itu.

Bus Transjakarta pun melaju semakin cepat. Dinginnya AC yang seharusnya dapat dirasakan, tak lagi dapat terasa. Sesak penumpang membuat udara dingin itu seolah buyar.

Bus berhenti di sebuah halte, para penumpang mulai turun, mengurangi tingkat kepadatan dalam bus.

Masih dua halte lagi, pikir Renjun. Setidaknya bus ini tidak lagi sesak.

Ia memberanikan dirinya membalik badan, mencoba menatap siapa gerangan sosok yang telah melindunginya dari himpitan.

Renjun berbalik, membuat sosok itu sedikit memundurkan dirinya. Keduanya bertatapan.

Renjun tidak mengenal pemuda itu- yang sepertinya satu sekolah dengan Renjun, melihat dari seragamnya-namun, pemuda itu tersenyum kecil kepada Renjun, membuat pemuda manis itu juga balas tersenyum.

“Hai,” sapanya ramah.

“Hai juga,” balas Renjun malu-malu.

“Namaku Jeno. Jeno Irawan. Kamu Renjun, kan?” Pemuda bernama Jeno itu mengulurkan tangannya.

Candles & Roses [Lucas x Renjun] 🔞Where stories live. Discover now