CHAPTER 2

8 1 0
                                    

Cicak cicak di dinding

Diam-diam merayap

..............................

"Mana suaranya?"

"Kurang keras!" Bentak kakak tingkat yang menghukumku. Setelah aku ditarik paksa oleh pria tadi, aku dikumpulkan dengan mahasiswa yang melanggar aturan lain. Aku disuruh menyanyikan lagu "Cicak cicak" tidak lama setelah seorang kakak tingkat membaca nametag milikku.

"Cica?" sebutnya, "woi ada cicak cantik nih!" Seorang pria pendek nan gembul mencoba membully diriku.

Kemudian, dua perempuan yang termasuk pantia juga datang ikut campur. Wajahnya imut tapi berlagak judes ketika bercakap. "Kamu telat kenapa?" Tanyanya sambil memelototkan mata.

"Emm, saya tidak telat Kak hanya saja...," penjelasanku terpenggal.

"Hanya apa? Hanya alasan!" Bentakknya kemudian.

Tanganku mengepal erat. Rasanya ingin sekali menonjok kakak tingkat itu. Aku dihukum untuk menyanyikan lagu "Cicak cicak" sudah berlangsung kurang lebih lima belas menit. What the hell? Parah! Mempermalukan diri ini namanya. Mataku sudah mulai panas, sepertinya air mataku akan tumpah tak tertahan. Aku mencoba mengkerjapkan mataku, berusaha agar air mata bisa terbendung. Aku pun meminta izin pergi ke kamar mandi, dan untungnya mereka mengizinkan. Kakiku langsung bergegas pergi dari tempat itu. Entah ke mana kakiku berlari aku tak peduli, yang penting aku tak mau menangis di depan mereka. Cengeng ya, aku?

Ya begitulah diriku adanya. Namaku Fanissa Meysana Sarasvati Ningrum, dari kecil sudah biasa dipanggil Cica. Aku cengeng hari itu, padahal di hari-hari sebelumnya aku termasuk gadis yang tangguh. Entahlah aku tak tahu nyaliku tiba-tiba menciut ketika itu. Diriku tak peduli kalian menganggapku lemah atau apapun penilaianmu. Aku berharap kalian bisa memahami posisiku.

"Udah jangan nangis," lontar seseorang pria yang sedang menjulurkan minuman dingin tepat di pipiku.

"Gilang? Eh kamu kuliah di sini juga?" Tanyaku heran. Nama pria itu Gilang Mahardika Sanjaya. Dia adalah teman semasa SMP-ku dulu. Kami cukup akrab semasa itu, kemudian lost contact setelah lulus.

"Enggak. Cuma numpang ke toilet tadi."

"Elah, bercanda mulu dari dulu nggak berubah ya!"

Humoris kesan pertamaku terhadap Gilang. Karakternya yang baik dan easy going juga membuatnya mudah mendapatkan teman.

"Lagian masih pake nanya, ya di sini mau kuliah lah," jawabnya yang menertawaiku.

"Kamu kok bisa nemuin aku di sini?"

"Aku nggak sengaja ngeliat kamu dihukum terus lari ke sini," jelasnya, "padahal aku tadi juga diberi hukuman di tempat tadi."

Kami melepas tawa kecil di sebuah bangku tak jauh dari toilet aula kampus. Mengingat dan bercerita lantang perihal kenangan pertemanan kami semasa dulu. Sesekali mataku mengamati wajah Gilang dan juga lingkungan sekitar. "Manis juga ternyata," gumamku.

"Huh? Tadi kamu bilang apa Ca?" tanya Gilang yang ternyata mendengar perkataanku.

"Eh, bukan apa-apa!" Untung saja Gilang tak mendengarkan secara jelas ucapanku. Padahal maksudku memuji "manis" itu kutujukan untuk pria yang tengah berdiri di sana. Mataku tak sengaja menangkap sosok pria yang tengah bercengkrama dengan teman-temannya. Aku tak salah lagi dia kakak tingkat yang menyeret lenganku pagi tadi.


KUY TUNGGU CHAPTER SELANJUTNYA :)

SEMOGA SUKA YA GUYS!!!

DON'T FORGET TO VOTE :*

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 07, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MY FREAKY BOYFRIENDWhere stories live. Discover now