[Prolog]

6 0 0
                                    

[Prolog]

Ditengah kota yang terselimuti cahaya langit merah. Bulan di atas langit kota yang berada di pinggir laut dengan pelabuhan kecil berwarna merah. Ombak laut terasa tenang dan awan-awan terasa melambat bahkan terlihat tidak bergerak.

Namun, bukan itu yang membuat suasana yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang melebihi tentang langit dan bulan merah yang tentunya bukan menyebabkan suasana yang tak biasanya ini terjadi.

Karena....

Bangunan-bangunan di kota yang terlihat hancur. Jalanan yang terlihat retakan yang sangat panjang hingga ke pusat kota. Jembatan penyebrangan terlihat sangat hancur dengan puing-puingnya yang berjatuhan di jalan yang retak. Sisa asap ledakan dapat dilihat di beberapa bangunan yang hancur dan ada satu hal yang aneh, melebihi kehancuran yang terjadi yaitu...

Tidak ada orang sama sekali dikota itu. Tidak ada korban yang mati atau terluka terlihat dimanapun. Bukan berarti tidak ada. Karena....

Ditengah persimpangan jalan dengan lampu lalu lintas yang terus berkedip berwarna merah tanpa henti di empat sisi jalan. Di jalan yang mengarah ke pantai kota, ada beberapa, orang yang berdiri di jalan yang retak itu. Ada 6, tidak ada 12 sosok yang berdiri menghadap lautan kota.

Diam. Sunyi. Terasa sangat tenang. Seakan tidak suara angin, suara ombak maupun reruntuhan puing yang berjatuhan terasa membisu dengan ke 12 sosok yang hadir.

"Hei, apakah sekarang sudah berakhir?" Sebuah suara dari seorang remaja perempuan memecahkan keheningan yang berlangsung tadi.

"Mengenai itu, kayaknya masalah disini belum selesai." Kata seorang lelaki tinggi di samping belakang remaja tersebut.

"Eh!, masih belum, padahal sebentar lagi shift-ku. Aku harus cepat karena itu." Remaja tersebut merasa kaget dengan jawaban lelaki yang terlihat gagah itu.

"Ah... intinya kita harus cepat menyelesaikan semua ini dan aku dapat menamatkan game-ku." Terdengar suara dari anak laki-laki yang berusia 12 tahun ikut berbicara.

"Maka dari itu, kita harus menyelesaikannya. Benar kan?, wahai pahlawan!" menganggapkan perkataan dari seorang perempuan yang berdiri dibelakang remaja laki-laki yang terlihat menggantuk sambil menguap.

"Hiiii...;" memegang kedua pundaknya seakan merasa dingin. " Terasa mengelikan mendengar itu darimu, Wahai Nyonya Dewi." Membalas perkataan perempuan di belakangnya.

"APAA!?" kata perempuan yang setinggi leher laki-laki di depan mendapatkan balasan yang membuatnya marah.

"Mah, mah, tenang saja. Itu hanya lelucon aja, benar kan?" bertanya seorang wanita berambut pendek dengan topeng rubah di atas kiri rambutnya yang mengenggam bahu dari anak laki-laki tadi.

Mendengar itu remaja dengan mata malasnya tadi yang membuat marah perempuan di belakangnya mengangguk, "kan, sudah kubilang, itu hanya lelucon, sekarang bisa tenang?"

"Iya," melepaskan kepalan tangan yang dibuatnya saat marah, dia pun menenangkan dirinya dan berkata, "makanya, kita harus menyelesaikannya! Okey?"

"Benar juga sih, kita harus cepat selesai ini dan kembali bekerja." Seorang pria berkata sambil menggaruk rambutnya. Pria berkacamata di belakangnya mengangguk dengan enggan sedang membaca buku.

"Ah, kita harus mengakhirkannya dan kembali ke sekolah sebelum sore, oke?" bertanya seorang gadis SMP yang berambut panjang sepinggang berwarna pirang itu kepada pria di belakang.

"Benar, putri." Kata pria yang berpakaian setelan jas yang berdiri dengan anggun seperti seorang butler.

"Wah. Nyonya bangsawan telah memberi perintah." kata pria yang ada di depan pria berkacamata dengan tersenyum berkata candaan kepada gadis tersebut.

"Berisik!" menjawab candaan itu, dia menatap tajam.

"A,a,a.. mereka mulai bertengkar." Seorang remaja perempuan berponi berkata terbatah-batah melihat apa yang dilihatnya dengan khawatir.

"Haha, mereka cuma bercanda. Tenang aja." Tertawa lepas, perempuan yang mengikat rambutnya seperti kuncir kuda di belakang mengenggam bahu gadis berponi itu.

"Eh, eh. Begitu ya." Menunduk malu mendengar jawaban perempuan yang terlihat tomboy di belakang masih terus tertawa lepas.

....

""""""""""""?!!""""""""""""

Tiba-tiba semuanya merasakan akan kedatangan yang selama ini mereka tunggu.

"Akhirnya datang juga."

"Aku sudah menunggunya dari tadi."

"Baiklah, kalau begitu ini akhirnya"

"Tak akan kubiarkan kali ini terlepas."

"Sekarang kita harus melakukannya."

"Ah, mari kita mulai lagi..."

....

"Hahahahahahahahahahahahahahahahaah....."

Tawa yang mengerikan terdengar sangat jelas sedang mengarah ke pantai kota. Tidak, tapi ke arah orang-orang yang berdiri membelakangi lautan tersebut.

"Akhirnya....... akhirnya..... AkU dAPat BerMaIn lAgI."

Suara yang bergumam itu terdengar seperti berbagai suara pria, wanita, gadis, lelaki, dan berbagai suara yang tumpang-tindih membentuk suatu kalimat.

Bersama dengan tawa yang terdengar hingga keseluruh kota itu semakin mendekat dengan bayangan yang perlahan menyelimuti bangunan, jalan, dan sebagian kota mendekat ke arah mereka.

"AyO, kItA BeRmAin, wAhAi pARa uTUsaN."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 08, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Berkat DewaWhere stories live. Discover now