Part 15 - Dinas

6.8K 711 14
                                    

Di Surabaya.

Pintu kamarnya diketuk. Lalu Dara membuka pintu.

"Kenapa ponselmu nggak diangkat? Bawa laptop dan ikut saya." Rafi sudah berjalan ke mengikuti Rafi dibelakang terburu-buru.

"Saya tadi ke kamar mandi Pak. Maaf." Dara menjelaskan. Lalu tubuhnya berhenti didepan pintu kamar Rafi yang sudah setengah tertutup.

"Dara, masuk." Rafi sudah berujar dari dalam.

'Apa ini wajar? Kenapa mesti didalam kamar?'

"Dara." Rafi memanggilnya lagi tidak sabaran.

Perlahan Dara masuk ke kamar Rafi. Bosnya itu sudah duduk di salah satu sofa berhadapan dengan laptop di meja. 'Aman Ra. Aman. Emang kerja kok. Nggak apa-apa, santai aja.'

"Tolong telpon Hilman, saya butuh data dari meeting kemarin. Minutesnya sudah kamu kirim?" Rafi menatap Dara yang masih berdiri canggung, lalu dia mengerti apa arti sikap canggung gadis itu.

"Sepatu kamu kemana?" Rafi melihat kaki Dara yang tidak mengenakan apa-apa.

"Saya buru-buru tadi."

"Kenapa berdiri jauh-jauh begitu?" Rafi lalu mengerti alasan dari sikap Dara. Entah kenapa sudah ada pikiran usil dikepalanya. Rafi berdiri kemudian berjalan mendekati Dara perlahan.

Gadis itu mendekap laptopnya lalu menundukkan wajahnya. Ketika bosnya itu sudah berdiri dekat berhadapan dengannya, Dara mundur satu langkah perlahan.

"Dara, kamu bukan tipe saya." Tangan Rafi menepuk-nepuk kepala Dara. Lalu beranjak kembali ke sofa sambil menyembunyikan senyum usilnya.

"Ya, saya juga tahu saya bukan tipe Bapak. Cuma saya nggak pernah..." Dara tidak melanjutkan kalimatnya lalu langsung duduk di sofa seberang Rafi. Tangannya sudah memijat nomor Hilman.

"Sore Pak Hil."

"Loh kok jadi Pak si Ra? Mas aja manggilnya." Sahut Hilman diseberang sana.

"Nggak boleh sama Pak Rafi. Harus pakai bahasa formil." Dara berbisik yang sia-sia. Karena Rafi sudah mendelik ke arahnya. Tawa Hilman diseberang sana terdengar.

"Siniin telpon kamu." Rafi meminta ponsel Dara tidak sabar.

"Man, saya butuh data yang kemarin kita discuss. Meeting lima belas menit lagi. Kirim sekarang." Hubungan dia sudahi.

***

Di waktu yang lain.

"Pak, makan dulu. Mau saya pesankan apa?"

"Hmm?" Rafi tidak bergeming. Dia masih berkutat dengan laptopnya.

"Bapak? Haloo?"

"Apa aja."

"Okey, saya beliin semur jengkol." Dara sudah ingin berlalu keluar dari kamar hotel Rafi.

"Dara, jangan mulai."

"Loh, kan katanya apa aja." Gadis itu berhenti didekat pintu dan tersenyum jahil. "Jengkol kan enak Pak."

Rafi menatapnya. Dia suka dengan apa yang dia lihat saat ini. Wajah Dara lelah dan kuyu, tapi matanya bersinar-sinar. Kaki jenjangnya tidak mengenakan apapun karena sepatu haknya sudah dia tenteng disatu tangan. Lalu wajah Aimi terbayang dipelupuk matanya. 'Sister complex dasar.' Suara Hilman bergema ditelinganya.

"Besok kita berangkat pagi. Sana istirahat. Sudah malam."

"Oke. Jengkolnya dimakan ya. Nanti saya minta diantar ke kamar."

Falling for You - TERBITWhere stories live. Discover now