BIV 3

68 7 0
                                    






Rika terbangun mendadak di pagi hari. Dia bahkan tidak mendengar suara alarm di handphonenya. Dia tertidur pulas semalam di futon yang hangat, karena suhu pegunungan dingin dia jadi terbuai oleh hangatnya futon sampai benar-benar tertidur nyaman. Dia segera cuci muka dan ganti baju, dia malas mandi karena cuaca di pegunungan sangatlah dingin apalagi semalam hujan deras. Dia hanya sarapan tamago kakke gohan (nasi + telur mentah + kecap) saja, karena kemarin baru tiba disini dan belum sempat belanja

Rika keluar rumah dan berjalan menuju tempat kerja. Diluar agak mendung dan desanya diselimuti kabut tipis, warga sudah memulai beraktivitas di kebun mereka. Dia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang warga yang bajunya penuh oli dan sedang memegang kunci inggris


"Hati-hati, bung. Kalau jalan pakai mata", tukasnya dingin


Rika nyengir menatap orang itu, kelihatannya dia kerja di bengkel. Kelakuannya seperti preman, apalagi lengannya banyak bekas luka sayatan. Kelihatannya bukan orang baik-baik. Rika sudah sampai di pabrik teh. Pabrik ini skalanya lebih kecil dan bukan sebuah industri besar. Mereka hanya memproduksi teh celup, tapi mereka memiliki kebun teh yang luas. Akhirnya Rika ditempatkan seminggu di kebun teh, dan seminggu di tempat produksi. Jadi sistemnya rolling, setiap minggu ganti bagian

Kali ini Rika berada di kebun teh, tugasnya adalah memetik pucuk daun teh, dia diajari seniornya bernama Inoue Rina. Kalau seperti ini sudah seperti buruh lepas saja, pekerjaan ini tidak lebih baik dari teman-temannya yang magang di pabrik-pabrik besar terkenal di Jepang. Sebenarnya dia ingin magang di perusahaan Yakult tapi hanya mahasiswa terpilih saja yang berkesempatan magang di Yakult, mengingat Rika secara akademis juga tidak terlalu pintar. Tapi disisi lain dia merasa beruntung, dia di Yamagata bisa menikmati pemandangan alamnya yang indah, apalagi Yamagata terkenal dengan onsennya. Banyak dari teman-temannya yang ingin mampir di Ginzan, sebuah onsen terkenal yang berada di Obanazawa



"Bagaimana menurutmu tempat ini, Rika-chan ?", tanya Inoue

"Bagus sih, tapi agak dingin", jawab Rika

"Yamagata memang selalu seperti ini, apalagi kalau musim dingin. Sering terjadi salju longsor mengingat tempatnya di lereng gunung", kata Inoue

"Gunungnya bagus, aku jadi ingin mendaki disana", kata Rika menatap gunung Shiroyama didepannya

"Gunung itu angker. Banyak mitos disana, bahkan seekor harimau menyerang desa kami 5 tahun yang lalu, asalnya dari lembah gunung. Hutan disekitar gunung tidak aman, banyak tebing curam dengan jurang yang sangat dalam", jelas Inoue

"Benarkah ?"

"Iya. Kalau aku jadi kau, aku jelas-jelas tidak mau dekat-dekat dengan lembah Shirotani", tambah Inoue


Rika pulang kerja jam 3 sore, ternyata jam kerjanya tidak terlalu banyak. Bahkan cuacanya masih mendung, kelihatannya memang sedang musim hujan. Cuacanya jadi tambah tidak karuan dinginnya, apalagi sekarang sudah memasuki musim gugur bulan Oktober, ditambah lagi hujan. Belum lagi Januari dimana salju mulai turun, Rika tidak bisa membayangkan dinginnya seperti apa. Dia magang di daerah pegunungan yang pastinya kalau musim dingin salju bisa saja longsor. Rika mampir sebentar di warung yakiniku milik Suzumoto Miyu, pemiliknya adalah seorang wanita pendek berambut pirang mencolok. Rika hanya menesan tonkatsu dan teh hangat

Dia lihat ada 3 orang sedang nongkrong disana, dan betapa bisingnya mereka, pengunjung lain lebih memilih diam. Rika mengenal dua dari mereka adalah polisi, walaupun mereka memakai pakaian formal. Mereka sibuk berceloteh sambil makan sup nabe dan minum bir, dan kelihatannya mereka juga akrab dengan si pemilik warung





"Hey, Yone... katanya akan ada anggota forensik baru ya? Oh dan juga anggota penyidik baru"

"Yang forensik sepupunya Sato Shiori, tapi dia bekerja di rumah sakit Yoshikawa sebagai asisten dokter bedah. Yang anggota penyidik baru kalau tidak salah namanya Matsudaira Riko"

"Oh anak-anak baru ternyata"

"Eh bukannya itu mahasiswa yang magang disini ya?"



Rika terdiam, 3 polisi itu sedang membicarakannya. Rika buru-buru menghabiskan makanannya, membayar dan bergegas pergi. Tapi 3 orang itu malah memanggilnya


"Sial...", umpatnya pelan







⛰⛰⛰




To be continued...

Beast In The Valley 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora