01

211 29 0
                                    

Aku tak pernah menyangka jika bertemu dengannya akan mengubah segalanya dalam hidupku. Aku bahkan sama sekali tak pernah membayangkan untuk bertemu dengannya, apalagi menjalani hidup bersamanya.

Dia yang selalu berada disisiku bahkan dikala aku tengah menghadapi kesulitan. Disaat-saat masa sulitku dia yang selalu menyemangatiku, dia sosok yang begitu kucintai.

***

"Sudah menunggu lama?" Tanya seorang laki-laki yang berdiri dihadapan seorang perempuan dengan napas yang terengah-engah.

Perempuan itu hanya melengos membuang muka ke samping seperti tengah merajuk. Tangannya dilipat di depan dada yang semakin terlihat jelas jika ia tengah merajuk. Laki-laki justru tersenyum gemas karena melihat tingkah kekasihnya.

Kekasih yang selalu menemani dan mengisi hari-harinya. Kim Jongin, nama laki-laki itu dan Do Kyungsoo adalah sosok yang menjadi objek dari segala perhatiannya.

Jongin menangkup pipi Kyungsoo dan menatapnya sekilas. Lalu tanpa basa-basi ia mengecup bibir berbentuk hati milik kekasihnya itu.

Sedangkan Kyungsoo justru melotot saat mendapat kecupan dari Jongin. Tangannya sudah bersiap untuk memukul laki-laki itu hingga sebuah tawaran keluar dari Jongin...

"Bagaimana dengan eskrim hm?" Tanya Jongin sambil menatap Kyungsoo dengan senyum merekah.

Kyungsoo mengurungkan niatnya saat mendengar tawaran dari Jongin, ia tersenyum dan mengangguk menyetujui tawaran dari laki-laki itu.

"Ayo!" Ajak Jongin sambil menautkan tangan miliknya pada tangan mungil Kyungsoo.

Mereka berjalan dengan tangan yang saling bertautan. Jongin tampak sesekali menggoda Kyungsoo, bahkan tak jarang Kyungsoo memukul lengan Jongin. mereka terus berjalan dengan tangan yang saling bertautan sambil sesekali diayunkan layaknya anak kecil.

.

.

Kyungsooo menghampiri Jongin dengan membawa dua cangkir kopi ditangannya. Ia memberikan secangkir kopi itu pada Jongin dan mendudukkan dirinya tepat di samping Jongin. Tanpa ragu Kyungsoo memeluk lengan Jongin dan bersandar pada bahu laki-laki itu.

Jongin tersenyum saat melihat Kyungsoo bersandar padanya. Ia mengusak lembut rambut panjang Kyungsoo dan mengecupnya.

"Bagaimana dengan terapimu?" Tanya Jongin sambil mengusap lembut rambut Kyungsoo.

Kyungsoo hanya menjawab pertanyaan Jongin dengan gelengan sambil menatap lurus layar televisi di mereka.

Jongin tersenyum tipis, "Tidak apa-apa, ini baru permulaan." Kata Jongin berusaha menenangkan.

Kyungsoo menolehkan kepalanya menatap Jongin dengan pandangan yang sulit diartikan. Melihat itu Jongin segera mengecup bibir Kyungsoo dan membelai lembut pipi tembamnya. Kyungsoo yang diperlakukan begitu lembut oleh Jongin akhirnya tersenyum lebar.

Ia kembali menyandarkan kepalanya pada bahu Jongin dan kembali menatap layar televisi. Ia kemudian mengangkat sedikit cangkir miliknya untuk bersulang dengan Jongin.

Jongin semakin melebarkan senyumannya melihat hal tersebut. Ia kemudian menyentuhkan cangkir miliknya pada cangkir milik Kyungsoo. Setelah itu keduanya meminum kopi tersebut dengan mata yang tertuju pada televisi.

Kyungsoo tersenyum menatap Jongin sambil tersenyum saat Jongin kembali mengusak rambutnya dengan lembut. Mereka berpandangan untuk beberapa saat yang kemudian dihadiahi sebuah kecupan oleh Kyungsoo.

Tak berhenti disitu, Jongin justru membalas kecupan Kyungsoo bahkan mereka kini justru terus melakukan balas-membalas kecupan. Hingga akhirnya Jongin mencium bibir Kyungsoo dan melumatnya pelan. Mereka berciuman untuk beberapa detik yang kemudian diakhiri dengan saling tersenyum lebar tanpa memperdulikan televisi yang masih menyala.

***

Aku, Do Kyungsoo. Salah satu perempuan yang sangat beruntung karena memiliki Kim Jongin. Sosok yang selalu setia menemaniku dalam keadaan apapun. Dia sosok laki-laki yang sangat kucintai dan sangat mencintaiku dengan tulus, tak perduli bagaimana keadaanku.

Dia yang selalu datang untuk memelukku saat aku sedang senang dan dia juga yang akan mengusap air mataku saat aku sedih. Seperti saat ini, saat dimana aku benar-benar terpuruk karena keadaanku sendiri. Keadaan tak menguntungkan karena aku tak dapat berbicara.

Aku bukan seorang yang terlahir dengan keadaan seperti itu. Aku hanya mengalami kecelakaan satu tahun yang lalu, dan karena kecelakaan itu aku tiba-tiba tak dapat berbicara. Aku merasa hidupku telah hancur karena kecelakaan itu.

Kehidupanku yang dulu selalu dipenuhi dengan alunan lagu yang merdu kini menjadi hampa dan sunyi. Aku yang dulu senang bersenandung dan bernyanyi kini harus terdiam dalam sebuah kebisuan. Walaupun keadaan ini hanya sementara tapi semua yang terjadi begitu menyiksa. Rasanya aku ingin berteriak dalam keadaan yang tak menguntungkan ini tapi aku tidak bisa melakukannya.

Dengan terpaksa aku harus hiatus dari pekerjaanku sebagai pemain drama musikal. Aku benar-benar tak menyangka, bagaimana bisa seorang yang menghabiskan hidupnya untuk bernyanyi kini harus berdiam diri dalam kebisuan.

Namun disisi lain, aku bersyukur karena memiliki Jongin. Dia dengan sabar merengkuhku ke dalam pelukannya dan membuatku bangkit kembali. Dia bilang masih banyak yang dapat kulakukan dan aku pasti akan sembuh jika aku benar-benar berusaha.

Aku menghabiskan satu tahun ini untuk belajar Bahasa isyarat dan juga terapi agar dapat mengembalikan suaraku. Jongin benar-benar sangat mendukungku, ia bahkan merelakan gajinya yang tak banyak untuk membiayai terapiku. Aku sangat bersyukur memilikinya.

Saat ini aku tengah tergesa-gesa berlari kecil ke apartemennya. Ia bilang jika ia tengah sakit dan itu sangat membuatku cemas. Tanpa pikir panjang ku masukan digit angka yang menjadi password apartemen Jongin.

Aku langsung masuk ke dalam apartemen milik Jongin saat pintu itu terbuka. Keadaan di dalam apartemen itu benar-benar gelap, sama sekali tak ada cahaya di sana dan itu membuatku semakin khawatir. Aku berusaha berjalan perlahan dengan meraba dinding tembok untuk mencari saklar lampu di sana.

Dan saat saklar lampu itu menyala aku melihat Jongin di depannku. Sedetik kemudian terdengar sebuah musik yang begitu familier ditelingaku. Aku menatap Jongin yang mulai bernyanyi dengan iringan musik itu. Bukan hanya itu, ia bahkan menggerakkan tangannya sesuai bahas isyarat pada lirik lagu tersebut.

.

Me After You yang dinyanyikan oleh Paul Kim menjadi pilihan lagu bagi Jongin untuk melamar Kyungsoo. Ia terus menyanyikan lagu itu dengan Bahasa tubuhnya. Dan Kyungsoo hanya terdiam menatap Jongin dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Disaat lagu itu selesai, Jongin berjalan mendekat ke arah Kyungsoo. Tapat di depan Kyungsoo, ia berlutut dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Cicin berwarna putih dengan permata di tengahnya menjadi bukti keseriusan Jongin pada Kyungsoo.

"Ayo kita menikah Do Kyungsoo." Ungkap Jongin dengan menatap Kyungsoo dalam.

Kyungsoo menatap Jongin dan kotak cincin itu secara bergantian. Ia tak percaya jika Jongin akan seromantis dan seserius ini padanya. Air mata Kyungsoo jatuh begitu saja saking bahagianya.

Dengan hati yang berdebar, Jongin menunggu jawaban dari Kyungsoo. Kyungsoo mengangguk pelan menjawab ajakan Jongin.

Jongin tersenyum senang, ia lega dengan jawaban Kyungsoo. Ia kemudian memasangkan cincin itu pada jari manis Kyungsoo dan berdiri mengecup kedua mata Kyungsoo.

"Terima kasih." Ucap Jongin dengan membawa Kyungsoo ke dalam pelukannya.

Tiga tahun mereka menjalin kasih, dan sekarang Jongin melamarnya bahkan dikeadaan Kyungsoo yang seperti ini. Kyungsoo benar-benar menjadi perempuan paling beruntung di dunia ini. Dan ia tidak akan melepaskan ataupun mengecewakan Jongin.

***

'Dongvil'

***

Happy Kyungsoo day!!!!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 12, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Me After YouWhere stories live. Discover now