01 - Ospek

3.1K 205 7
                                    

"MAAAAAAAAAAAAH!!!" Teriak seorang gadis yang terlihat berlari menuruni tangga dengan tergesa.

"Jangan berlari di tangga Seulgi!!!" Teriak Mama Kang dari arah ruang makan, sang ibu sudah hafal betul kebiasaan sang anak yang selalu berjalan dengan kecepatan penuh dan juga ceroboh, bahkan tak jarang anak semata wayangnya itu akan menjerit kesakitan akibat terjatuh atau menabrak sesuatu.

Kang Seulgi, anak yang tak bisa diam, memiliki energi lebih dan selalu berisik. Pagi-pagi berteriak, sepulang sekolah berteriak, dan hanya ketika tidur saja dia terdiam. Mama Kang dan papa Kang tentu sudah terbiasa dengan sikap putri tunggal mereka itu, tak jarang telinga mereka akan terasa sakit karena harus mendengar pekikan keras yang keluar dari mulut sang anak. Meski sudah besar, gadis bermata tajam itu sering bersikap seperti anak kecil, meski usianya kini sudah beranjak dewasa, ya karena Seulgi adalah anak satu-satunya yang kadang manjanya melebihi batas.

"Aku terlambat mah~" rengek Seulgi pada sang mama yang tengah menyiapkan makanan.

"Bukankah kau sudah memasang alarm yang benar?" Jawab sang mama tanpa melirik kearah sang anak yang tengah cemberut dengan pipi yang menggembung.

"Sudah aku pasang dengan benar mah, tapi pas bunyi aku matiin terus tidur lagi" jelas Seulgi, kemudian ia mengambil gelas yang ada di meja dan menuangkan air putih lalu langsung meneguknya sampai habis.

"Itu salahmu, kenapa tidak langsung bangun?" Sang mama menghampiri anaknya kemudian sedikit merapikan baju Seulgi yang sedikit berantakan karena terburu-buru.

"Ngantuk ma~" rengek Seulgi kembali.

"Ya sudah bukannya terlambat? Cepat sarapan, dan langsung berangkat" Mama Kang menarik tubuh Seulgi agar segera duduk di kursi makan.

"Tidak usah, aku sudah terlambat, katanya harus pagi-pagi banget mah" Seulgi memundurkan tubuhnya, ia menolak tarikan sang mamah, karena Seulgi merasa tak cukup waktu untuk sarapan.

"Nanti kau sakit Gi" ucap sang mama, namun tak didengar oleh Seulgi, Seulgi meraih tangan sang mama lalu menciumnya lembut.

"Aku berangkat mah, aku tidak akan sakit hanya karena gak sarapan satu hari mah, mamah jangan khawatir" Seulgi tersenyum sekilas kearah sang mama, kemudian langsung pamit dan bergegas menuju pintu depan.

"HATI-HATI NAK" teriak sang mama ketika melihat anaknya sudah menghilang di balik pintu.

.

.

.

Semua calon mahasiswa berbaris di lapangan, hari ini terlihat cerah, matahari menampakkan dirinya tanpa ada sedikitpun awan yang menghalanginya, Seulgi berada di barisan paling belakang, karena Seulgi benci berbaris di depan, ia lebih nyaman ketika ia bisa menyembunyikan tubuh kecilnya dari tatapan orang-orang yang berada di depan barisan.

Pembukaan Ospek sudah dimulai, beberapa kata sambutan panjang melintang yang terdengar membosankan itu memenuhi telinga, para peserta sudah terlihat tak nyaman, hari semakin terik, beberapa sudah bermisuh ria ingin acara ini segera berakhir, padahal kan kegiatan ini baru saja dibuka dan di mulai, jadi mustahil jika langsung berakhir.

Seulgi merasakan sesuatu yang tak nyaman, keringatnya bercucuran dengan deras dan wajahnya terlihat pucat, ia merasa mual dan perutnya terasa sakit, mungkin kah ini akibat ia belum sarapan tadi pagi? Ya pasti itu penyebabnya, seharusnya Seulgi tadi meraih selembar roti saja, tapi Seulgi lupa karena tadi ia sangat terburu-buru, takut terlambat, dan menerima hukuman. Padahal rasa sakitnya sekarang itu lebih dari sebuah hukuman, Seulgi hanya bisa menunduk dan memegangi perutnya, ia tak cukup berani meminta ijin ke ruang kesehatan, sebagai calon mahasiswa baru tentu saja belum memiliki banyak keberanian dan Seulgi memilih untuk menahannya saja.

I CAN'T HANDLE IT! KANG SEULGI! - (SEULHUN VER) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang