Pagi-pagi Seulgi sudah terlihat di depan sebuah gedung apartemen, ia terlihat melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, ini sudah menunjukan jam 8, dan semoga saja orang yang ingin di temuinya sudah terbangun sekarang, jadi Seulgi tak usah repot-repot merasa tak enak karena mengganggu tidurnya.
Seulgi sudah menghubungi Sehun semalam jika mereka perlu bertemu dan berbicara, tentu saja Sehun langsung menyetujuinya, dan meminta Seulgi untuk segera menemuinya pagi ini. Seperti biasa Sehun yang tidak menyukai keramaian lebih memilih apartemennya untuk tempat mereka bertemu, daripada sebuah cafe atau restaurant.
Seulgi melangkahkan kaki kecilnya ke sebuah gedung apartemen yang cukup mewah, karena keluarga Sehun adalah keluarga yang cukup berada, Seulgi pernah sekali ke apartemen Sehun, ketika sang tunangannya itu pindah dari rumahnya ke apartemen, setelah itu Seulgi tak pernah lagi mempunyai alasan untuk datang, dan sekarang mungkin adalah alasan terakhir dia datang ke tempat ini.
Seulgi memencet bel pintu beberapa kali, tak lama sosok Sehun yang hanya memakai kaos dan celana pendek muncul di balik pintu, tanpa sebuah sambutan. Setelah membuka pintu, Sehun segera berbalik tanpa berkata apa-apa, Seulgi yang mengerti hanya mengikuti Sehun dari belakang, hingga Sehun duduk diatas sofa dan mengisyaratkan Seulgi untuk duduk di sebelahnya.
Seulgi perlahan menempelkan pantatnya pada benda empuk itu, raut wajahnya terlihat tanpa ekspresi, sepertinya Seulgi tengah meniru Sehun saat ini.
"Ada apa?" Tanya Sehun singkat, ia menatap kearah Seulgi tajam, Seulgi yang merasa sedikit takut berbicara hanya bisa menundukan kepalanya.
"Mari kita akhiri hubungan ini" Seulgi berkata pelan, ia tidak sanggup menatap kearah Sehun, dan lebih memilih melihat lantai yang dingin, lagian itu sama saja seperti raut wajah Sehun, datar dan dingin.
"Kenapa?" Sehun kembali bertanya, seperti terasa gampang sekali melontarkan pertanyaan satu kata itu, sedangkan Seulgi berusaha keras memutar otaknya untuk menjawab.
"Eum, sepertinya kau tidak menyukai hubungan ini, jadi lebih baik kita akhiri saja" cicit Seulgi pelan, ia tidak tahu lagi harus berbasa basi apa, jadi lebih baik langsung berbicara ke intinya saja.
"Kau harus tinggal disini" jawab Sehun cepat.
Mata Seulgi terlihat membesar, ia mengangkat kepalanya dan segera melirik kearah Sehun, untuk memastikan pria itu benar-benar sedang dalam keadaan sadar, takut-takut pria bertubuh tinggi itu sedang mabuk dan mengatakan hal aneh.
"Apa maksudmu?" Seulgi terlihat mengernyit heran, ia terus memandang wajah dingin Sehun.
"Kau belum mengetahui sifatku, bahkan kita tak punya waktu untuk bertemu selama ini, jadi tinggalah disini" jelas Sehun.
Seulgi mengedipkan matanya beberapa kali, otaknya bekerja keras untuk mencerna apa yang dikatakan Sehun, bukankah ia meminta berpisah? Tapi mengapa pria dingin ini malah memintanya tinggal bersama.
"Tapi..." Cicit Seulgi yang terlihat linglung dan tak tau harus berkata apa, haruskah ia mengiyakan? Bukankah ia sudah bertekad akan berpisah.
"Aku akan menelepon Mama Kang untuk membawa barang-barangmu kemari" Sehun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Seulgi yang masih terdiam tak percaya.
Tak lama Sehun terlihat keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah benda pipih di tangannya, kemudian ia menghampiri Seulgi kembali dan duduk tepat di samping Seulgi, namun kali ini lebih dekat.
Sehun terlihat sibuk dengan ponselnya, tak lama ia mendekatkan benda pipih itu pada telinganya.
"Mah, Seulgi tidak akan pulang, dia akan tinggal denganku, suruh pak Lee membawa semua barang Seulgi kemari" Sehun berbicara dengan Mama Kang yang berada di seberang sana, Seulgi hanya terdiam sesekali menggigit bibirnya, ia sebenarnya ingin menolak, tapi ia tidak bisa menolak, karena bagaimanapun Seulgi menyukai Sehun selama ini.
"Ah baiklah, kau jaga Seulgi ya, dia sedikit manja kau tahu? Semoga kau bisa mengatasinya" balas Mama Kang, tentu saja ia tidak akan menolak, karena ini permintaan dari tunangan anaknya.
"Baiklah mah, aku tahu"
Setelah itu Sehun menjauhkan ponsel dari telinganya, dan melirik ke arah Seulgi yang terlihat sedikit khawatir, karena bagaimanapun ini kali pertamanya ia tinggal berpisah dari orang tuanya.
"Jangan mengatakan itu lagi" ucap Sehun tiba-tiba, dan menyadarkan Seulgi yang sedari tadi hanya terdiam.
"Me-mengatakan apa?" Seulgi merapatkan kakinya, sepertinya ia menjadi tak nyaman berada disini.
"Ingin berpisah, bukankah kita sudah bertahan selama ini? Dan dengan gampang kau mengatakan ingin berpisah?" Ucap Sehun tegas, ia menunjukan nada tak suka pada ucapannya.
"Bagaimana tidak, jika kau selalu bersikap dingin padaku, dan bahkan aku tidak yakin kau peduli padaku, teman-temanku akan pergi bersama kekasihnya, mereka akan berlibur bersama atau berkencan, tapi hubungan kita? Tidak seperti itu" Seulgi dengan sekuat tenaga mengungkapkan seluruh hal yang mengganjal di hatinya, keluh kesahnya, yang selama ini hanya ia pendam sendiri.
"Maaf" Sehun berkata pelan, kemudian perlahan mendekati Seulgi dan meraih tangan mungil tunangannya itu.
"Aku hanyalah seorang pria yang kaku, aku takut kau akan malu jika pergi denganku, bahkan aku tidak bisa mengatakan aku merindukanmu meski dalam pesan sekalipun, jika kau benar-benar tidak nyaman, mungkin perkataanmu benar, lebih baik kita berpisah" wajah Sehun terlihat membentuk wajah menyesal, ia mengusap-usap punggung tangan Seulgi dengan lembut, dan tatapan matanya beralih pada tangan Seulgi, ya sekarang giliran Sehun yang tak berani menatap gadis mungil itu.
Seulgi terlihat kembali terdiam, ia tak menyangka jika jawaban Sehun akan seperti itu, jauh dari pikirannya, jauh dari dugaannya selama ini, tapi mengapa pria tinggi ini lebih memilih memendam perasaannya? Bukankah lebih baik ia mengatakannya dan membuat Seulgi mengerti dengan keadaanya.
Tanpa terasa air mata Seulgi mengalir di pipinya karena merasa bahagia, kemudian ia dengan cepat berhambur memeluk Sehun dan melingkarkan kedua tangannya tubuh besar tunangannya itu.
Sehun terlihat canggung, dan tidak membalas pelukan Seulgi, karena ini adalah pertama kali mereka berpelukan setelah satu tahun menyandang status bertunangan.
"Aku benci padamu" seru Seulgi yang semakin mengeratkan pelukannya.
Sehun mencoba mengangkat kedua tangannya, kemudian perlahan melingkarkan tangan itu pada punggung Seulgi, ya Sehun kini memberanikan diri membalas pelukan si gadis mungil itu.
Tak ada lagi kata-kata, mereka hanya saling mengeratkan pelukannya, melepaskan rasa masing-masing, meski mereka belum saling mengerti satu sama lain, setidaknya kini hati mereka tahu apa yang harus dilakukan mulai saat ini.
Setelah merasa puas saling memeluk, akhirnya mereka melonggarkan pelukannya dan kedua manik mereka saling bertemu, mereka kembali terdiam dalam keheningan, mencoba menyelami beningnya tatapan mereka, dan mencoba membaca setiap kilatannya.
Semakin lama tatapan Sehun beralih turun pada hidung mancung Seulgi dan berakhir pada bibir merekah Seulgi, Sehun terlihat kembali terdiam, namun entah tarikan apa, wajah Sehun mendekat kemudian mengecup bibir itu singkat, kemudian menjauh dengan cepat.
Sehun terlihat salah tingkah, begitupun Seulgi yang sedikit menggaruk kepalanya yang tidak gatal, jarak mereka kini sudah meregang, dan mereka kini tidak bisa saling memandang karena kecanggungan satu sama lain, akhirnya keduanya memutuskan untuk melempar pandangannya ke sembarang arah.
"Ah aku harus mandi dulu, kau anggap saja ini rumahmu, jika ingin minum semuanya ada di dapur" ucap Sehun cepat, kemudian pria jangkung itu langsung berlari menuju kamar mandi meninggalkan Seulgi yang masih merasa bingung dengan keadaan ini.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN'T HANDLE IT! KANG SEULGI! - (SEULHUN VER) ☑️
Fanfictionketika sebuah hubungan terjalin apa yang kau harapkan? sebuah perhatian? kata cinta? pengakuan? tetapi jika itu tidak ada apakah itu disebut sebuah hubungan? Kang Seulgi, yang tidak mengetahui apa-apa tentang kekasihnya begitupun Oh Sehun yang nampa...