Suatu Hal Yang Bodoh

15 1 0
                                    

Aku melakukan perjalanan mengelilingi sekitar rumahku untuk mencari tahu ingatanku yang terlupakan. Melewati beberapa pemukiman, bukit, dan hingga aku terpaksa berhenti ditengah hutan yang sangat rindang sehingga hanya sedikit cahaya matahari yang bisa menyinari tanah. Aku mendorong motorku mengikuti jalan disana, hingga aku melihat ada sebuah rumah yang cukup bagus terletak di pinggir jalan. Aku pun berniat untuk meminta bantuan sekaligus ikut beristirahat sejenak disana.

Ketika aku sampai disana, tidak terlihat seperti ada orang didalam rumah itu. Kacanya buram, pintu terkunci. Namun ada sebuah tombol bel yang sepertinya masih berfungsi. Aku pun coba menekan tombol itu, dan tak lama kemudian ada seorang pemuda membukakan pintu. "Maaf pak, ada perlu apa datang ke sini?" Pemuda itu serasa tidak asing bagiku. Namun aku seperti tidak pernah menemuinya dalam hidupku. "Mm, apakah saya boleh ikut beristirahat sejenak disini?" Dan sepertinya pemuda ini menerimaku dengan senang hati.

Namun senyumannya membuatku curiga dengannya. Aku pun dibawa masuk ke ruang tengah, dimana ruangannya tidak terlalu luas namun sangat nyaman bagiku. "Bapak mau minum apa?" Pemuda ini sepertinya tahu bagaimana cara menjamu tamu dengan baik. "Bolehkan saya mendapat segelas teh?" Namun sepertinya keinginanku membuatnya terheran heran. "Teh saja? Baiklah". Sepertinya ia mengharapkan untuk bisa menjamuku dengan jamuan yang lebih dari sekedar segelas teh. Namun ku rasa itu cukup untukku saat beristirahat sekarang.

Sambil ia menyiapkan teh untukku, aku melihat - lihat sekitar ruangan itu dan terlihat beberapa hiasan dan lukisan yang begitu cantik dan indah untuk dipandang, dan ada juga sebuah lemari es kecil di sudut ruangan. Aku pun mencoba membuka lemari es tersebut. Ada beberapa makanan dan minuman didalamnya. "Mm.. bapak boleh mengambilnya jika mau" Nampaknya pemuda itu sudah kembali dan ia membawa segelas teh yang aku inginkan. Oh iya, sofanya pun sangat empuk. Ia menaruh teh diatas meja lalu kembali bertanya padaku. "Ini pak, teh nya silahkan diminum. Sepertinya motor bapak mengalami kerusakan ya? Apakah bapak mengizinkan ku untuk memperbaikinya?"

Sepertinya ia sempat melihat kondisi motorku yang terparkir didepan rumahnya. Namun kapan? Aku tak pernah melihatnya keluar dari rumah ini. Apakah ia memeliki pintu belakang dari rumah ini? "Nanti kita perbaiki bersama. Untuk sekarang, biarkan aku menghabiskan teh ini terlebih dahulu". "Baiklah." Pemuda itu pun duduk berhadapan denganku. Namun ia hanya terdiam dan memandangiku sesekali, sepertinya ia sedanh mengenaliku. Aku pun meminum teh yang ia buatkan. Dan aku terkejut ketika rasa teh ini sesuai persis dengan selera teh ku. Aku teringat jika memang dahulu aku sering minum teh sejak kecil.

"Bapak ini mengenalku dari siapa?" Seketika aku berhenti meminum teh dan kembali bertanya padanya. "Memangnya kenapa? Saya hanya kebetulan menemukan rumah ini." "Lalu bagaimana bapak bisa sampai di daerah ini? Tidak banyak orang yang pernah melewati daerah ini, walaupun mereka terkadang hanya melewati rumah ini." Apakah pemuda ini tinggal sendirian di rumah ini? Sepertinya begitu, dan ia pun terdengar selalu memperhatikan siapapun yang melewati rumahnya. Mungkin saja ia sudah tahu bahwa aku sebelumnya mengintip rumah ini lewat kacanya. "Memangnya saya harus kenal kamu dulu jika ingin meminta bantuan?". "Ya tidak seperti itu juga pak. Namun biasanya mereka datang kesini karena diberitahu oleh teman teman mereka." Jelas pemuda itu.

Mungkin ia khawatir jika aku ini adalah orang yang jahat. "Tenanglah nak, saya ini bukanlah orang jahat. Saya hanya ingin mencari suatu hal yang saya lupakan.". Aku melihat wajahnya yang tetap merasa curiga padaku. "Ayolah nak. Sampai kapan kau akan mencurigai aku?". "Oh maaf pak, aku hanya tidak terbiasa kedatangan tamu yang tiba - tiba datang kepadaku." Baiklah, sepertinya sedikit – sedikit aku mengenali pemuda ini. "Baiklah nak, mari kita perbaiki motorku!" "Baik, pak." Aku pun pergi keluar sementara sang pemuda pergi mengambil beberapa peralatan yang ia miliki.

Dan seperti dugaanku, ia memang memiliki pintu belakang di rumah ini. Ia terlihat membawa sebuah tas yang sepertinya berisi peralatan – peralatan yang aku butuhkan. "Maaf pak, mungkin tidak lengkap namun inilah yang aku punya. Semoga saja bisa membantu bapak." Ia terlihat merendah sekali, melihat peralatan yang ia pinjamkan cukup lengkap menurutku. "Terima kasih nak.". "Apakah bapak memerlukan bantuanku juga?" Apakah ia bisa berurusan dengan mesin ini? Apakah ia hanya ingin membantu saja? "Biarkan saya sendiri saja, kamu tidak akan mengerti tentang mesin ini.". "Baiklah pak." Sepertinya ia hanya tetap berdiri didekatku sembari melihat – lihat motorku ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mini StoryWhere stories live. Discover now