BAB 11

171 37 0
                                    

HOSEOK POV

Sayap emas itu norak. Hoseok bisa mengapresiasi kereta perang dan dua kuda putih. Dia dapat memaklumi gaun Nike yang berkilat-kilat dan tak berlengan (tiada yang menyaingi Calypso dalam gaya busana macam itu, tapi pengamatan ini tidak relevan), juga kepang rambut gelap Nike yang dikonde serta dipuncaki mahkota daun dafnah bersepuh emas. Mata sang dewi membelalak dan ekspresinya agak sinting, seperti baru minum dua puluh gelas espresso dan menumpangi roller coaster, tapi itu tidak mengusik Hoseok. Dia bahkan bisa menyikapi tombak bermata emas yang dibidikkan ke dadanya dengan kepala dingin. Tapi, sayap itu—terbuat dari emas mengilap, sampai ke helai-helai bulu yang paling halus. Hoseok bisa mengagumi hasil kriya yang mumpuni, tapi sayap itu terlalu meruah, terlalu terang, terlalu berkilauan. Jika sayapnya adalah panel tenaga surya, energi listrik yang Nike produksi niscaya cukup untuk memberdayakan seisi kota Miami. "Nyonya," kata Hoseok, "bisa tolong lipat sayap itu? Nyonya membuat kulit saya melepuh."

"Apa?" Kepala Nike terangguk ke arah Hoseok seperti ayam yang terkesiap. "Oh jumbaiku yang cemerlang. Baiklah. Kurasa kau memang tidak bisa mati dalam kejayaan apabila sinar terang membutakan dan menghanguskanmu." Sang dewi melipat sayapnya. Suhu udara siang kontan turun, kembali ke temperatur normal yang mendekati lima puluh derajat. Hoseok melirik teman-temannya. Yoongi berdiri mematung sambil mengamati sang dewi. Ranselnya belum berubah menjadi busur dan wadah panah; barangkali lebih bijaksana begitu. Yoongi tentu tidak takut-takut amat, sebab dia luput mewujud sebagai ikan emas raksasa. Wendy sedang kesulitan mengendalikan Anion. Kuda cokelat kekuningan itu meringkik dan meronta, menghindari kontak mata dengan kuda-kuda putih yang menghela kereta perang Nike. Sementara itu, Jimin memegangi bolpen ajaibnya dengan bimbang, seperti sedang menimbang-nimbang hendak mengeluarkan jurus pedang atau menandatangani kereta perang Nike. Tiada yang maju untuk bicara. Hoseok jadi kangen pada Irene dan Seulgi, soalnya mereka pandai bicara. Hoseok memutuskan seseorang harus mengucapkan sesuatu kalau tidak ingin mereka semua mati dalam kejayaan.

"Jadi!" Ditunjuknya Nike dengan jari telunjuk. "Saya tidak dapat pengarahan, dan saya yakin selebaran Yoongi juga tidak memuat informasi menyeluruh. Bisa Nyonya beri tahu saya, sedang ada apa ini?" Tatapan Nike yang membelalak menggentarkan dirinya. Apa hidung Hoseok terbakar? Itu kadang-kadang terjadi ketika dia stres.

"Kita harus meraih kemenangan!" pekik sang dewi. "Pemenang harus ditentukan! Kalian datang ke sini untuk menentukan sang pemenang, bukan?"

Yoongi berdeham. "Dewi ini Nike atau Viktoria?"

"Ahhhh!" Sang dewi memegangi kepala. Kuda-kudanya mendompak, menyebabkan Anion bertindak serupa. Dewi itu bergetar dan terbelah menjadi dua citra berlainan, alhasil mengingatkan Hoseok akan—konyolnya— masa kecilnya, ketika Hoseok kerap berbaring di lantai apartemen dan memain-mainkan pegas pada ganjal pintu. Hoseok gemar menarik pegas ke belakang lalu melepaskannya: Boing! Ganjal tersebut lalu bergerak bolak-balik cepat sekali sampai-sampai kelihatannya terbelah menjadi dua kumparan yang berlainan. Begitulah penampilan Nike: ganjal pintu dewata, terbelah dua. Di kiri, terdapat versi pertama: gaun tak berlengan yang berkilat-kilat, rambut warna gelap bermahkota daun dafnah, sayap emas terlipat di belakang tubuhnya. Di kanan, tampaklah versi lain, berpakaian perang berupa tameng dada dan pelindung tulang kering ala Romawi. Rambut pendek kemerahan menyembul dari tepi helm tinggi. Sayapnya putih halus, gaunnya ungu, sedangkan buluh tombaknya ditempeli emblem Romawi seukuran piring—SPQR keemasan yang dikelilingi rangkaian daun dafnah.

"Aku Nike!" seru citra di kiri. "Aku Viktoria!" seru citra sebelah kanan. Untuk kali pertama, Hoseok memahami istilah yang kerap diucapkan abuelo-nya: bermuka dua. Dewi ini memiliki dua wajah, secara harfiah, dan mengucapkan dua hal yang berlainan pada saat bersamaan. Dia terus-menerus bergetar dan terbelah, membuat Hoseok pusing. Hoseok tergoda untuk mengeluarkan perkakasnya dan membetulkan katup karburator sang dewi, sebab getaran sedahsyat itu bisa-bisa menyebabkan mesinnya pecah berkeping-keping.

Adventures of the Demigods Season 2 #5 Last (Bangvelt)Where stories live. Discover now