Satu

47.7K 1K 155
                                    

Huwaaa... Akhirnya aku kembali dengan cerita dewasa ala - ala. Cerita ini aku ikutkan dalam Valerious Progetto.

Jangan lupa baca juga cerita Valerious Progetto yang di tulis oleh Adiatamasa judulnya Sexy Lady Godiva

Yang paling penting adalah setelah membaca cerita jangan lupa vote cerita kami ya, supaya kami lebih semangat menulis, rajin update, dan menamatkan cerita ini di Wattpad. 😀✌
.
.
.
.
.
.

"Papa!" Suara seorang bocah lelaki berumur 5 tahun itu menyambut kepulangan Erik dari Prancis.

Kemudian tubuh si bocah menubruk dan memeluk kaki jenjangnya. Erik segera berjongkok kemudian menggendong Zio si sulung anaknya Edo. Kakak laki - lakinya yang baru saja meninggal dunia dan berhasil membuat Erik memutuskan menghentikan karir modelnya untuk kembali ke Indonesia.

Di belakang Zio, nampak sosok wanita cantik berwajah lembut namun tampak sendu karena sedang dirundung kesedihan. Wanita itu pun menegurnya.

"Selamat datang! Maaf kalau Zio mengira jika kamu adalah--," ucapan Zeta tidak berlanjut karena perasaan haru yang kembali muncul. Erik terlalu mirip dengan Edo, membuat ia pun seperti mengalami de javu jika Edo pulang ke rumah.

"Tidak apa - apa. Zio tidak pernah bertemu denganku karena sejak dia lahir aku tidak di sini," ucap Erik untuk menenangkan kakak iparnya.

"Istirahatlah, kamu pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Aku akan meminta asisten membuatkanmu teh hangat. Ayo Zio jangan mengganggu O--," Zeta tidak melanjutkan ucapannya karena dilanda rasa bingung.

Erik yang seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Zeta segera menenangkan. "Aku tidak keberatan dia memanggilku Papa," ucapnya sambil tersenyum. Pasti Zeta kesulitan menjelaskan siapa dirinya pada Zio yang sudah terlanjur mengira jika pria yang disangka papa adalah omnya.

Zeta mengerjapkan matanya. Sekilas pandang, ia merasakan jika Edo lah yang mengajaknya tersenyum.

"Mengapa sih kalian berdua itu terlalu mirip," dengus Zeta dengan kesal terhadap adik ipar yang usianya hanya terpaut dua tahun dengan Edo.

"Namanya juga bibit dan cetakkannya sama," balas Erik sambil nyengir. Jika sikap tengil Erik sudah muncul, ia baru sadar jika pria itu bukanlah Edo.

"Zio ikut Mama yuk! Supaya O--, mmm... Papa Erik bisa istirahat," ajak Zeta pada sang putera yang masih bergelayut manja dalam gendongan Erik.

"Kok Papa Erik sih, Ma. Nama Papanya Zio kan Edo. Zio, Zeta dan Edo." Bocah itu menjelaskan asal usul namanya mengikuti apa yang sering di ucapkan oleh Zeta saat sedang mengajaknya bercanda. Erik yang mendengar dan melihat kelucuan Zio pun tertawa geli.

"Kamu pintar, deh! Kakak Zio," ucap Erik sambil mencium pipi gembil keponakannya yang lucu. Sikap Erik membuat perasaan Zeta semakin mengharu - biru. Mengapa kedua anaknya harus secepat ini menjadi anak yatim.

"Biarkan dia bermain denganku," ucap Erik yang lagi - lagi seperti cenayang karena begitu memahami situasi pelik didepannya.

"Oh--, oke. Aku titip Zio. Nanti jika kamu sudah siap, kita akan membahas tentang perusahaan."

Kemudian Zeta segera berbalik badan dan berjalan menuju ke dapur. Setelah memberi perintah pada asisten rumah tangga mereka untuk membuatkan teh hangat, ia pun menuju kamar Zia yang sedang tidur siang bersama pengasuhnya. Ia masih belum bisa melupakan Edo, dan kepulangan Edo membuat hatinya berdenyut nyeri.

Mas, mengapa kamu begitu cepat pergi meninggalkan aku dan anak - anakmu?

******

Selepas makan malam, Zeta segera meminta baby sitter untuk menidurkan Zia yang sama seperti kakaknya langsung menempel pada om nya. Entah magnet apa yang dimiliki oleh lelaki itu sehingga kedua anaknya betah merecoki Erik. Padahal mereka tidak pernah bertemu dengan lelaki yang semenjak 5 tahun yang lalu membangkang kedua orang tuanya dan memilih untuk menjadi seorang model di negara Prancis.

"Berdasarkan surat wasiat dari almarhum Ayah mertua, perusahaan itu dibagi menjadi dua. Untuk suamiku, dan kamu," Zeta menjelaskan pada Erik. Karena itu sebagai menantu, ia segera memanggil Erik untuk membicarakan pembagian warisan sebelum kelak di kemudian hari akan menimbulkan carut marut yang memusingkan.

"Sebenarnya aku tidak mendapatkan bagian juga tidak apa - apa. Bang Edo sudah bekerja keras untuk memajukan perusahaan. Dia berbaik hati mau membiayai hidupku saat pertama kali merantau ke Prancis saja, aku sudah berterima kasih," ucap Erik yang duduk sambil menopang dan menggerak - gerakkan kakinya.

"Tapi itu amanah dari almarhum Ayahmu. Aku hanya seorang menantu. Meskipun suamiku yang memimpin dan mengelola perusahaan, jika di sana ada bagianmu. Aku tidak berhak mengambil semuanya dong." Zeta menjelaskan.

"Ya sudah, beri saja aku uang. Aku akan meninggalkan Indonesia dan berjanji tidak akan mengungkit - ungkit lagi urusan pembagian warisan. Gampang kan?" Erik menawarkan sebuah solusi. Toh karir modellingnya bagus, ia juga memiliki gaji besar yang tidak kalah dari gaji seorang direktur perusahaan.

"Masalahnya tidak semudah itu," bantah Zeta. "Ayah mertua sudah berusaha keras mendirikan perusahaan, masa kamu sebagai anaknya tidak ada kebanggaan sama sekali untuk ikut menjaga kelangsungan hidup perusahaan."

"Lah, kalau dengan kepemimpinanku justru membuat perusahaan bankrut kan malah sayang."

"Ya masalahnya mas Edo sudah tidak ada. Siapa lagi yang bisa memimpin jalannya perusahaan itu kalau bukan kamu," debat Zeta tidak mau kalah. Ia sudah cukup paranoid menjadi janda ketika anak - anaknya masih terlalu kecil. Dan ia tidak sanggup memimpin perusahaan seorang diri apalagi bukan miliknya. Ia tidak mau kelak di masa depan ada seseorang yang datang untuk mengungkit - ungkit harta warisan maupun merebut jabatan. Hidupnya sudah penuh drama, dan ia tidak ingin ada derai air mata lagi.

"Kamu menyuruhku menjadi direktur pun percuma. Aku tidak bisa memimpin perusahaan karena latar belakangku. Bisa saja kan dalam satu atau dua bulan perusahaan ini--," ucap Erik sambil memperagakan gaya memotong leher ditambah lidahnya yang terjulur dan matanya sengaja dibuat juling.

Zeta kembali dibuat bengong. Adik iparnya benar - benar sialan karena sudah membuatnya merindukan Edo. Mungkin sebaiknya ia tidak perlu meminta laki - laki itu untuk kembali. Cukup diberi uang disertai ancaman berupa perjanjian hitam di atas putih dihadapan notaris, jika pria itu sudah mendapatkan jatah warisannya. Lalu semuanya selesai. Namun tidak semudah itu kan?

"Memangnya karir modellingmu bisa bertahan hingga berapa puluh tahun?" Sindir Zeta. "Aku nggak mau ya, tiba - tiba ada pria datang mengungkit - ungkit perusahan karena dianya jatuh miskin setelah tidak laku lagi menjadi seorang model."

Erik tertawa saat mendengar sindiran kakak iparnya. "Bilang saja kamu tidak mau trending sinetron Azab Menantu Serakah," cibir Erik yang diam - diam rajin mengikuti berita - berita yang sedang menjadi trending topik di Indonesia.

"Erik, aku serius. Ini demi kebaikan keluarga. Aku yang akan membantumu menjalankan perusahaan. Aku siap menjadi sekretarismu," ucap Zeta sambil menatap adik iparnya.

Tbc

Kakak Iparku yang Seksi  (End Dan Sudah Tersedia Ebook Di Playstore)Where stories live. Discover now