O3 : Renovasi Pikiran

157 12 0
                                    

Tepat 20 menit setelah gerbang abu-abu milik sekolah dibuka lebar.
Gadis bersurai cokelat dengan tas merah muda terpampang di punggungnya sudah ada di depan kelas sembari memandangi beberapa tanaman hijau nan permai.

"Kayaknya, hari ini aku gak usah nyiram deh,"  Ucap gadis bername tag Mutiara Kinanti dengan memegangi daun dari tanaman bunga bougenville.

Tidak lupa juga dia memandangi pot mungil berwarna hitam yang menjadi tempat tinggal kaktus kecil yang seminggu lalu dia dapat.

Mutiara, gadis manis bersurai cokelat ini masih terpaku di hadapan para tanaman depan kelas. Tanpa dia sadari seseorang pria mengamatinya dari belakang dan bingung menghadapi Mutia.

"Gak masuk?" Tanya Jayran dengan intonasi yang tinggi agar sang pemilik nama Mutiara terbangun dari lamunan kosongnya.

"Nanti" Mutiara menolehkan wajahnya dan menatap wajah Jayran yang mempunyai paras tampan nan dingin. Mutia melihat sesuatu pada iris mata sang wakil ketua basket itu, sesuatu yang tidak bisa diartikan oleh kata-kata sekalipun.

"ada yang salah?" Tanya Jayran yang kebingungan dengan sifat Mutiara yang menatap dirinya dengan kaku dan rinci.

Mutiara menggeleng dan menatap kembali tanaman hijau yang ada di depan kelasnya, Ia bingung mau melakukan apa terhadap mereka.
Mutia tidak sadar bahwa Jayran telah masuk duluan dan sekarang ada Hilda yang menatapnya dengan heran.

"Mut, tumben ga nyapu dulu?, itu tanaman siramnya sore aja ya, tadi jam 3 pagi udah hujan soalnya," Hilda sang pemilik pipi gembul ini akhirnya membuka suara dengan intonasi yang lembut, dan membuat Mutiara akhirnya menangguk-angguk akan pendapat yang diberikan Hilda secara spontan.

"Ayo masuk Mut, aku bantuin nyapu,"

Hilda menawari bantuan menyapu kepada Mutia dengan lembut. Mereka pun segera memasuki ruang kelas yang bercat tembok warna putih serta lantai yang terbuat dari keramik berwarna putih.

Mereka berdua melongo tidak percaya saat melihat tas ungu milik Bulan sudah terletak rapi di tempat duduknya. Mereka berdua tidak pernah melihat Bulan berangkat sepagi ini, karena kebiasaan Bulan adalah sampai sekolah sebelum 10 menit gerbang ditutup.

"Bulan lagi tobat ya nih?" Tanya Hilda yang masih tidak percaya dengan meletakkan tas hitam legamnya dimeja.

"Iya, tumben." Jawab Mutiara dengan mengambil tiga sapu di pojok ruang kelas.

Mutiara memberikan satu buah sapu kepada Hilda dan duanya lagi dia pakai untuk menyapu kelas agar bersih dan cepat.

Berbeda lagi dengan Bulan yang sekarang sudah ada di perpustakaan menata buku-buku yang tidak sesuai tempatnya.

  "Au ah ya, udah aku bilangin kemaren, kalo abis baca balikin ke tempat semula. Masih aja bandel, kan ribet jadinya,"

Bulan mengomel sendiri dengan memunguti buku-buku yang berserakan di meja dan kursi perpustakaan.

Sebagai pustakawan yang bertanggung jawab, Bulan rela berangkat pagi dan mengurus perpustakaan yang berantakan, bahkan dia heran, kenapa dulu dia mau menjadi pustakawan yang suka rela mengurus perpustakaan.

   "Mereka perlu renovasi pikiran, biar   
    disiplin dan bertanggung jawab,"

Semerbak RasaWhere stories live. Discover now