Roma - Buku 2

8 0 0
                                    


Seminggu setelah kejadian Sydney, Prof. Lukastia memintaku untuk terbang menuju Roma. Tim terdiri dari 8 anggota, aku, Lazza, Hans, Dian, Chantika, Monica, Elvira, dan Frank. Misi kami kali ini adalah menyelamatkan Q'er al Zabbari, seorang ulama yang dituduh melakukan kegiatan terorisme di Roma.

Kami tiba malam hari di kota Roma, disana Via, William, Yamamoto dan Zhevanka telah menunggu. Mereka telah menyelesaikan sengketa di London, dan suasana di sana telah kondusif.

William, menyiapkan makan malam kami semua menyantapnya, meskipun masakannya belum selezat masakan Nina. Terkadang aku membayangkan, andai saja setiap misi Nina selalu ikut, pasti makan kami akan terjaga. Tapi itu tidaklah mungkin. Nina belum berhasil memaksimalkan kekuatan api dari tangannya. Paling-paling cuma cukup buat bikin api kompor atau juga menghangatkan minuman.

"Will, spaghetti ini cukup enak." Hans memuji masakan William.

"Biasa saja, itu spaghetti instan kok." William tersenyum. Temanku yang satu ini merupakan pemanah nomor satu, matanya sama seperti mataku, setajam elang. Hanya saja aku masih lebih unggul karena, aku bisa menggunakan berbagai senjata lempar dan selalu tepat. Juga memiliki beberapa teknologi canggih. Sementara William cuma mengingatkan aku kepada Hawkeye, salah satu superhero favoritku.

"Baik, urusan kita besok pagi harus terlaksana baik sesuai rencana. Saatnya kita istirahat." Lazza memutuskan. Memang urusan keputusan semua ada di tangan Lazza, karena dialah pemimpin utama Alphabets, keahliannya sudah pernah ku bahas sebelumnya, dia memiliki kacamata aneh namun bisa mengeluarkan berbagai cahaya dan sinar. Dan di sini, di kota Roma, tempat kelahirannya. Sebelum tragedi perang biokimia menghancurkan Italia.

Kami pun semua masuk ke ruangan masing-masing.

***

Jam 4 pagi, alarm menyala deras. Kami terbangun, agak terkejut karena bukan ini rencana kami. Kami semua menuju ruang utama, di sana Frank telah duduk mencari sumber bunyi alarm.

"Pusat Pemerintahan diserang Besi Hitam." Frank menunjuk sebuah titik merah berkedip.

"Berarti selama ini pemerintah Roma salah, bukan Q'er yang melakukan aksi terorisme." aku berkata sambil kami semua bersiap dengan kostum masing-masing.

Hans telah menyalakan mesin Red Falcon, dan kami semua kecuali Frank yang merupakan bagian komunikasi berangkat menuju pusat pemerintahan Roma.

30 menit kami melesat, Red Falcon dalam mode transparan sehingga tak terlihat oleh Besi Hitam. Sekitar 40 anggota Besi Hitam, disana. Kami segera melesat turun.

Lazza seketika langsung menyerang 8 orang yang menghadangnya, kali ini dia tidak main-main, sinar panas menerjang menghanguskan 8 anggota Besi Hitam. Dian menyengat 4 diantaranya, Chantika menjatuhkan setidaknya 3 orang. Elvira melepaskan sepuluh duri  beracunnya, Via merobohkan 5 orang dengan pistol glock miliknya, William menghancurkan setidaknya 7 orang dengan panah ledak miliknya. 3 sisa anggota Besi Hitam terbelah oleh katana milik Yamamoto.

Sementara aku melesat masuk ke dalam pusat pemerintahan bersama Monica. Namun belum sampai pintu masuk, seketika petir menyambar kami. Aku dan Monica jatuh tersungkur, papan seluncurku rusak terkena sambaran petir tersebut. Belum sempat kami menghindar 2 rudal dari sebuah drone menyerang. Di detik tersebut Zhevanka membentuk pertahanan dari baja. Ia kemudian membentuk tangan raksaksa dari tanah, dengan kekuatan kinetik miliknya, dia menghancurkan 2 drone yang menyerang kami.

Seseorang muncul tiba-tiba dihadapanya dan menghantam Zheva dengan petir, gadis itu tidak sempat menghindar dan terpelanting sekitar 4 meter. Chantika segera mengirimkan bola rantainya untuk menangkap sosok petir tersebut. Namun luput hanya mengenai tiang gedung pemerintahan.

Makhluk petir itu menghilang. Kami semua cukup tegang, tak ada yang bisa melihat makhluk itu. Semua dengan posisi waspada, tepat saat makhluk itu kembali menyerang, sebuah panah melesat dan meledak menghantam petir, kami selamat. Namun masalah belum selesai, makhluk itu belum bisa terlihat.

"Lazza, gunakan sinar tembus malam milikmu," suara dari komunikasi pusat terdengar, itu suara dari Frank. Lazza mengangguk, ia mengubah mode sinar kacamatanya. Makhluk itu terlihat tepat di belakang Dian.

"Dian, merunduk." Lazza berseru, aku segera paham maksud Lazza, aku yang terdekat dengan Dian segera melemparkan dua bumerang milikku yang langsung mengubah menjadi perisai baja, petir menyambar telat sepersekian detik, Dian akan terpanggang.

Aku segera memahami, begitu serangan itu keluar, makhluk itu akan membutuhkan waktu 30 detik untuk melakukannya lagi.

"Lazza, sinar magma !" aku berseru sambil menekan tombol di gadget lenganku untuk memisahkan perisai baja yang tadi menghalau serangan makhluk tersebut. Dengan segera Lazza mengubah mode kacamata dan segera mengirimkan sinar magma.

Makhluk tersebut kaget dan tidak sempat menghindar, tubuhnya terkena sinar magma panas dari kacamata Lazza. Dia terhempas 5 meter ke belakang. Hampir saja makhluk itu bangkit, namun dengan cekatan Zheva telah membungkusnya dengan tanah liat yang kokoh. Ditambah lingkaran rantai yang dibentuk Chantika.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Australia - Buku 1Where stories live. Discover now