Prolog

3.5K 112 8
                                    

Langkah kaki mengayun dengan gerakan pelan, tidak peduli sebentar lagi bunyi bel masuk akan terdengar. Dengan seragam khas SMA Kerasti ia terus berjalan santai, sesekali bersenandung.

Baju putih yang seharusnya ia masukan terlihat dibiarkan seolah menantang yang akan menegurnya, jas Kerasti yang ia genggam  dalam kepalannya juga dibiarkan terayun mengikuti langkah kakinya, rambut yang seharusnya rapih untuk aturan seorang siswa. Dia juga biarkan berantakan. Anting hitam yang bertengger di telinga kiri itu salah satu ciri khasnya.

Brukk

Langkahnya terhenti dia mendongak, cowok itu memiliki rahang yang tegas, hidung mancung, bibir tebal, alis yang lebat seakan benar-benar menambah kesan tampan dan sempurna. Perempuan itu mengerjap saat cowok di depannya tengah menatap ia dengan sorot mata tajam, ia segera menunduk. Tidak lupa kata maaf terlontarkan berulang kali, meski percuma saja.

"Maaf Dreil, a-aku---"

Plakk

Cowok itu berdecih, apalagi saat ini seragam sekolahnya terkena noda minuman.

Aura panas menjalar ke seluruh wajahnya, tamparannya begitu kuat seakan-akan terasa seperti ingin mematahkan tulang wajahnya dalam waktu bersamaan. Wajahnya memerah, bukan karena marah, kesal apalagi malu. Melainkan rasa sakit yang terasa setelah tamparan kuat yang ia terima.

Waktu seakan berhenti, semua orang yang tadinya berlalu lalang di koridor lantai satu ikut terdiam dan melihat ke arah cowok yang sibuk membersihkan noda di seragamnya, yang percuma saja dia lakukan.

Gerakannya terhenti, cowok itu kembali menatap orang di hadapannya tajam.

"Apa? Sakit? Iya?!" teriaknya. Satu langkah mendekat, ia berdecih. "Mana pulpen lo?" Tangannya telurur.

Dengan gerakkan kaku, perempuan itu membuka resleting tasnya dan mengambil barang yang dia maksud lalu ia serahkan dengan tangan gemetar.

"M-maaf," katanya lagi.

Cowok itu merampas pulpen itu dan menatap perempuan di depannya tajam. Dengan gerakan kasar dia menarik pergelangan tangannya dan menggerakan pulpen itu di atas kulit dengan menekan dalam.

Bless

Terus digerakan hingga berbentuk garis kecil, darah itu merembes keluar.

Dia menyeletuk. "Baju gue berbekas, sebagai gantinya tubuh lo juga harus punya bekas," katanya sambil melempar pulpen itu ke sembarang arah. "Luka," lanjutnya lalu kembali mundur satu langkah.

Cowok itu menelisik ke sekitar dengan tatapan tajam. "Jangan sentuh gue, apalagi orang yang menjijikkan seperti dia!" Tunjuknya tepat di depan wajahnya.

Sedangkan yang ditunjuk seperti itu menunduk, antara menahan sakit di sekitar pergelangannya dan di area pipinya yang terlihat berbekas tamparan. Ia meringis.

Hening, hal ini bukan pertama kalinya. Tidak ada yang berani mengatakan sepatah kata pun, cowok itu memang segitu membenci perempuan dan berbuat seenaknya. Apalagi ketika tubuhnya tersentuh meski itu seinci saja. Tetap akan mengeluarkan dampak buruk terhadap sang pelaku yang melakukannya.

Dia sangat membenci perempuan bahkan kata p-e-r-e-m-p-u-a-n itu sendiri.

Dia Adreil Ferupsea, perlu di garis bawahi Ferupsea marga yang sangat dihormati. Apalagi pemilik marga itu anak dari orang yang sangat berpengaruh di Asia---Erlan Edipati Ferupsea.

Siapa yang tidak tunduk? Bahkan seluruh sekolah ini pun tidak ada yang berani protes atas segala tingkah seenaknya putra kesayangan, Tuan Erlan Edipati Ferupsea yang terhormat.

Melukai adalah kegiatannya sehari-hari, membunuh? Itu ketika sudah memancing emosinya. Dia dijuluki very cruel man.

Dia sangat membenci perempuan bahkan ibu dan adik perempuannya. Dia bisa melukai siapa pun karena ada yang mengusik atau tanpa mengusiknya. No! Dia bukan psikopat.

Dia cowok normal. Namun, dia bisa menjadi pendatang malapetaka atas kehendaknya sendiri. Siapa korbannya, jelas perempuan.

Penjara karna perbuatanya?

Siapa yang berani melawan anak kesayangan Tuan Erlan?

Pacar?

Siapa yang tahan memiliki pasangan yang bahkan membenci perempuan sendiri?

Masih mau menghirup udara segar? Hindari dan abaikan dia, jangan mendekat bahkan sampai membuat Adreil menatapmu tajam. Sebab itu terjadi, itu akhir kamu bisa melihat dunia.

Apa dia tidak punya hati?

Dia adalah Adreil Ferupsea, cowok dengan sejuta kebencian terhadap perempuan. Jika ditanya hal tadi? Maka jawabanya TIDAK, JIKA UNTUK PEREMPUAN!

Kenapa?

Jelas mereka menggeleng tidak tahu. Mereka hanya tahu cowok ramah yang dulu mereka kenal, kini berubah menjadi manusia berhati bak iblis.

Adreil meyeringai. "Selamat datang, di kehidupan yang gue kendalikan!"

🔪

Publikasi: 05 November 2019
Direvisi: 10 Februari 2022

ADREIL {END}Место, где живут истории. Откройте их для себя