Chapter 17

652 26 0
                                    

Di ruangan segi empat itu tidak ada suara dari empat wanita yang sedang berada di sana. Tidak seperti biasanya yang penuh dengan masukan atau lontaran ide desain mereka. Ruangan itu hanya terdengar suara empat vocalist dari BTS yang menyanyikan lagu mereka berjudul 'Dimple'.
(Maksudnya lagu yang diputar dari komputer ya, bukan BTS ada di situ lagi nyanyi. Itu sih maunya author).

Ketiga wanita yaitu Maya, Rara dan Shilla saling pandang dan memberikan kode untuk mendekati Della. Karena sejak datang Della hanya melamun. Jika diajak bicara otaknya sedikit tidak nyambung. Tidak biasanya mereka melihat sahabatnya itu linglung. Padahal tinggal dua bulan lagi mereka ada event untuk ikut pameran produk dari butik mereka.

Sejak sebulan yang lalu, terakhir kali hati dan pikiran Della dibuat bingung oleh sikap Ben. Sebulan juga Della dan Ben menjadi orang asing kembali. Bahkan Ben kembali jarang pulang ke rumah. Dalam sebulan ini mereka hanya bertemu tidak kurang empat kali. Itu pun hanya berpapasan tanpa sapaan atau pembicaraan apapun.

Para sahabatnya sudah tahu akan hal itu. Tapi mereka juga tahu bagaimana sulitnya untuk meyakinkan Della agar mau mengakui perasaannya.

Akhirnya yang maju adalah Shilla mendekati Della yang masih asik dengan kegiatan melamunnya.

"Dell... " Shilla menarik satu kursi dan menduduki dekat Della.
"Hem... " Della menatap temannya itu.
"Loe gak papa kan? Loe ada masalah? Cerita sama gue Del kalau ada masalah."
"Nggak, gue baik-baik aja."
"Baik gimana, sejak tadi kerjaan loe hanya bengong terus. Kita khawatir sama loe. Apa ada hambatan di event kita?"
"Gak Shil, kerjaan gue udah kelar semua. Tinggal cek dikit lagi kok."
"Sukur deh. Oh ya Del gimana kabar Max? Gue dengar dari Satria kalau dia udah mulai kerja ya?" Shilla mulai mengintrogasi.

Della hanya mengangguk menjawab pertanyaan itu. Wajah Della masih tetap sama, datar dan tidak ada pancaran semangat di matanya.

"Terus hubungan loe sama Max gimana?"
"Gue tahu kemana arah pembicaraan loe Shil... Pasti loe mau bujuk gue buat milih Ben lagi kan?" nada suara Della mulai kesal.
"Gue sama yang lain tuh peduli sama loe. Kenapa kita meyakinkan loe buat milih ke sisi Ben karena kita tahu hanya sama Ben loe bisa bahagia."

Della mendenguskan nafas tanda keberatan dengan pendapat Shilla dan juga teman-temannya.

"Gue tahu perjalanan cinta loe sama Max. Tapi loe juga harus realitis. Dalam hubungan kalian banyak hal yang membuat kalian tidak akan bersatu."
"Loe kok ngomong gitu sih Shil! Seharusnya loe sebagai sahabat yang baik doain gue donk!"
"Loe jangan jangan marah dulu Del. Maksud gue cuma pengen loe juga mikir kenyataan yang ada. Terutama orang tua loe yang gak akan bisa merestui kalian kalau Max gak mau ikut sama keyakinan loe. Dan coba loe pikir, apakah selama ini ada niat bagi Max untuk ke arah sana, gak kan?"

Ucapan Shilla seketika membuat Della terdiam. Hatinya terdohok dengan kenyataan itu. Selama berpacaran dengan Max, memang lelaki itu tidak pernah mempermasalahkan perbedaan mereka. Tapi dalam lubuk hati Della juga ada keinginan agar Max bisa mengikutinya dan pastinya akan diterima di keluarga besarnya.

Della berdiri mengambil tasnya dan meninggalkan ketiga sahabatnya.
"Del, gue belum selesai ngomong!" Shilla berteriak keras tapi diacuhkan oleh Della.

"Loe sih Shil, ngomongnya gitu banget." sela Maya.
"Biarin aja, kalau gak digituin tuh anak gak akan sadar."

×
×
×

The Gay Man Is My Future Husband ✅Where stories live. Discover now