Hyung

2K 153 22
                                    

Cerita ini aku dedikasikan untuk Kak
Loey_willis
yang benar-benar banyak berjasa dalam perkembanganku di dunia tulis menulis Chanhun.



Ugh. Kepalaku sakit sekali. Kapan ya terakhir kali aku merasa se nyeri ini? Tanganku kebas, lututku mati rasa, kenapa rasanya sulit sekali bahkan hanya untuk bernafas?

Aku membuka mataku perlahan, menyusuri pada seisi ruangan yang remang-remang. Ini dimana? Aku ingin meraba, tapi tanganku tak kuasa.

Oh tidak! Aku baru menyadarinya! Saat ini aku sedang duduk di sebuah kursi. Tanganku terikat ke belakang, entah dengan apa, mungkin dengan borgol. Karena dapat aku dengar dentingan besi ketika mencoba membebaskan tanganku yang kebas. Rasa perih juga menjalar di sekujur pergelangan tanganku, ditambah lagi dengan kedua kakiku yang mati rasa, tidak dapat aku gerakkan sama sekali.

Siapapun, katakan kepadaku bahwa ini mimpi. Bunga tidur dari ketakutanku yang paling dalam dan terkunci. Tampar aku dan bawa aku terbang menuju kenyataan. Sungguh, dalam 25 tahun hidupku, tidak pernah aku membayangkan akan berada di posisi ini. Kebingungan, terikat, di sebuah tempat yang bahkan sangat sesak untuk bernafas.

Aku ingin menangis, menumpahkan segala kebingungan dalam hatiku, tapi air mataku enggan keluar, mungkin sudah mengering di dalam. Sudah berapa hari aku seperti ini? Tanpa makan, minum dan mandi? Tunggu, hari ini tanggal berapa? Kapan terakhir kali aku berangkat kerja? Ini di mana? Siapa? Argh aku bisa gila!

"Tenanglah, prince. Duduk diam dan tenang."

Seketika aku membatu. Pikiranku tiba-tiba kosong dan buntu. Suara ini ... katakan kepadaku bahwa pikiranku saat ini nol besar!

Tetapi belum sempat aku mencari pembelaan, sebuah tangan besar mengangkat daguku agar mendongak. Dengan paksa ia membuatku menatap wajahnya yang congkak.

Ia menatap remeh kepadaku, sembari berkata dengan seringai di wajahnya itu. "Ini aku prince. Ini benar aku."

Seseorang, bunuh aku sekarang juga. Ini bukanlah mimpi buruk lagi. Ini neraka yang nyata. Yang mencoba mengikis setiap jengkal nyawaku tanpa cela.

"Hei, kenapa?" Dia membelai lembut pori-pori pipiku, memainkan jarinya di bibirku dan tanpa aba-aba sebuah tamparan keras mendarat membuatku tersentak.

"Bicaralah! Kau membuatku tampak seperti orang bodoh karena membuatku berbicara sendiri!"

Iya, terus tampar saja aku seperti ini. Pukul aku, bunuh aku sekarang juga lelaki bajingan!

"Oh, aku baru ingat." Dia berkata dengan nada jenaka, berusaha bercengkrama dengan dirinya sendiri.

Disentuhnya pucuk kepalaku dan dielusnya dengan lembut. "Aku membiarkanmu tidak minum dan makan tiga hari tiga malam. Oh dan aku juga terus-terusan menyuntikkan obat bius selama tiga hari itu. Pasti prince kecil ini kelaparan dan kehausan. Betapa bodohnya aku. Maafkan aku prince, hmm?"

Aku diam dalam tangisan diri yang tersembunyi. Enggan mengalun karena air mata yang mengering. Aku tersakiti secara pasti saat ini.

"Hei, jawab aku bodoh!" Satu tamparan kembali ku terima. Dua, tiga, empat. "Setidaknya anggukkan kepalamu, gunakan seluruh tubuhmu untuk merespon ucapanku!"

Ugkh. Aku menjerit tertahan. Kali ini kedua kakiku yang menjadi sasaran tendangannya yang brutal. "Kamu sudah mengabaikanku selama 15 tahun hidupmu, prince. Dan kau berpikir masih bisa melakukan hal itu hari ini, detik ini, di tempat ini?"

HYUNG || ENDWhere stories live. Discover now