Bab 2 - Malaikat Bernetra Hazel

45 6 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

***

Tidak akan menjadi sebuah akhir jika tidak ada awal, dan akhir yang baik merupakan cara Allah menguji bagaimana proses kita menjadi baik.

***

Jika saja angin dapat menyampaikan rindu, ingin rasanya hembusan itu tersampaikan kepada mama, tetapi Allah sungguh memberiku jalan lain untuk menyampaikan rindu itu lewat bumi. Saat ragaku berbisik kepada bumi yang bahkan semut pun tak mendengarnya, Allah menggetarkan seluruh persendianku agar tak bangkit. Desir demi desir mengalirkan seluruh darah yang bermuara di otakku, hanya satu pertanyaan di benak apakah dosaku telah terampuni?

Hari ini kuliah belum efektif, aku tidak menyangka jika sistem KRS online universitas negeri tidak memberikan celah sedikit pun, telat beberapa menit mengakses kelas sudah terisi penuh belum lagi jika dosen wali bertugas diluar kota. Alhasil jadwal kuliahku tidak dapat menyesuaikan jadwal kerja di hotel saat shift siang. Dulu memang sedikit kaget disaat kehilangan semua materi dalam sekejap. Tetapi atas kebaikan Allah tumbuhlah tiang-tiang kokoh di dalam hatiku agar tak goyah, serta diliputi rasa bersyukur didalamnya. Rejeki yang tak disangka-sangka datang silih berganti, mulai dari beasiswa yang kuraih pada S1 PG-TK serta pekerjaan yang halal.

Aktivitas baru yang kujalani sebelum kuliah, mengisi kewajibanku sebagai guru honorer di TK Kuncup Bunga salah satu TK bertaraf internasional di Surabaya. Suatu kebanggaan dapat bekerja disini walaupun masih menjadi tenaga honorer tapi sudah cukup menunjangku yang hanya bermodalkan ijazah SMA dan piagam nasional dari penemuanku tujuh tahun yang lalu atas sampah plastik yang kuolah menjadi bbm. Kalian berpikir dengan umurku yang masih tiga belas tahun menakjubkan bukan? Jawabannya semua itu karena Allah.

Sejak kecil prestasiku selalu unggul diantara teman-teman seusiaku. Bukan tanpa sebab, IQ-ku mencapai 168 tergolong genius seperti Albert Einstein dan Stephen Hawking. Membuatku terlihat seperti anak ajaib. Hanya sekali fokus membaca, otakku dengan mudahnya menerima pelajaran dan dapat menghafal diluar kepala. Disaat semua anak seusiaku memiliki masalah terbesar hanya sebatas homework matematika perkara rumus phytagoras, aljabar, dilatasi dan lain-lainnya yang kupikirkan saat itu adalah kenapa sampai ada jutaan ton sampah plastik yang dibuang di lautan? Hatiku teriris? Ya. Bagaimana tidak, plastik yang terbuang itu mengandung 80-85% minyak, hal tersebut yang membuat plastik susah terurai. Sementara itu fosil baru dapat membentuk minyak selama ratusan tahun. Membuatku ingin menyelamatkan sahabat-sahabat laut seperti nemo dan kawan-kawannya, terutama untuk kehidupan bumi kelak.

***

Kaki-kaki kecil berlarian, tangan-tangan mungil bergelayutan, serta irama jungkat-jungkit mengikuti gejolak tawa. Sungguh zat endorphin dalam tubuhku bekerja hebat saat memandangi mereka. Aku sangat senang. Bukan karena uang aku bekerja disini lebih tepatnya aku ingin menjadi bermanfaat bagi orang lain. Terutama bagi generasi bangsa kelak.

"Assalamualaikum Miss Cle, jadwal hari ini kelas apa?"

"Waalaikumussalam Bunda Ifa, saya hari ini mengajar di kelas mawar b."

"Mawar b ya, ada Izza kecil disana. Bagaimana perkembangan dia Cle?"

"Dia masih saja duduk di sudut paling belakang Bunda, tetapi alhamdulillah kemarin Izza sudah mau berinteraksi dengan meminjami temannya Rose crayon saat menggambar."

"Alhamdulillah Cle, Izza memang butuh perhatian penuh. Omanya berpesan pada Bunda untuk selalu mengontrolnya," kata Bunda Ifa sembari memegang pundak kiriku.

"Insya Allah Bunda, mereka semua adalah semangat Cle. Insya Allah Cle akan berusaha Bunda."

"Baiklah Cle, Bunda keruangan dulu ya."

Mahkota SurgaWhere stories live. Discover now