Aku tidak menghiraukan senyuman Dokter Revan, kami menyusul duduk di samping ayah.
“Ini Dara anak Kami, Pak, Bu,” ayah memperkenalkanku pada orangtua Dokter Revan.
“Apa kabar, Nak Dara? Maaf tidak memberitahukan kedatangan Kami sebelumnya,” balas ayahnya.
“Terus terang Saya sangat terkejut melihat kehadiran keluarga Bapak di rumah Kami,” lanjut ayah.
Dokter Revan selalu melirik ke arahku dengan senyuman.
“Sebenarnya maksud dan tujuan Kami menemui keluarga Bapak adalah, ingin melamar Nak Dara sebagai menantu di rumah Kami,” aku tidak percaya dengan kalimat yang dikeluarkan ayahnya.
“Tidak ..., dia pasti ingin berbuat jahat pada Dara, Bun,” tegasku sambil menunjuk ke arah Dokter Revan.
“Nak Dara ..., dengarkan dulu penjelasan Om dan Tante,” ucap ayahnya.
“Iya, Nak. Niat Kami tulus untuk meminangmu menjadi istri anak Kami Revan,” ibunya membuka pembicaraan.
“Itu tidak mungkin, dia pasti ingin menyakiti Dara,” ucapku tetap tidak percaya.
“Udah berapa kali Saya bilang ke kamu, tidak semua orang memiliki niat jahat,” Dokter Revan juga turut memberikan suaranya.
“Dara takut, Bunda,” aku memeluk Bunda.
“Tenangkan dirimu, Sayang, kita harus menghargai niat dari keluarga Dokter Revan.” Bunda mencoba menenangkanku.
“Maaf ..., kenapa mendadak seperti ini, Pak, Bu?” tanya ayah.
“Kami benar-benar minta maaf karena tidak memberitahukan kedatangan kami hari ini. Revan ingin memberikan kejutan pada Dara. Dia jujur pada Kami bahwa ia ingin menjadikan Dara sebagi istrinya, pendamping hidupnya.” Jelas ayahnya panjang lebar.
“Kami sebagai orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya, tapi keputusan ada ditangan Dara, karena dia yang akan menjalani semuanya.” Ayah memberikan pengertian pada keluarga Dokter Revan.
“Bagaimana, Nak Dara? Apakah kamu bersedia menjadi menantu Om dan Tante?” tanya ayahnya.
“Dara takut,” aku tetap memeluk bunda.
“Kenapa kamu takut, Nak? Niat Revan tulus ingin mempersunting kamu, dia mencintaimu,” aku tidak percaya dengan penuturan ibunya.
Bagaimana mungkin Dokter Revan secepat itu memiliki perasaan cinta padaku. Kami bertemu hanya beberapa kali. Aku tidak percaya dengan semua ini.
“Tidaaaaak ...” Teriakku.
“Dara ..., jaga sikapmu, Nak,” ucap ayah.
“Jangan percaya, Ayah, tidak mungkin dia cinta sama Dara dalam waktu yang sangat singkat, dia pasti punya tujuan untuk menyakiti Dara,” aku memberikan penjelasan pada ayah.
“Jangan salah menilai kebaikan dan niat tulus Dokter Revan, Nak. Seperti yang dia sampaikan tadi, tidak semua orang ingin berniat jahat terhadapmu.” Ayah berusaha meyakinkanku.
“Iya, Sayang. Cobalah berfikir positif dan ingat semua kebaikan dan ketulusan Dokter Revan. Dia dengan ikhlas tetap ingin meminangmu walaupun dia tau tentang dirimu.” Kalimat bunda tiba-tiba menyadarkanku.
Kenapa Dokter Revan tetap ingin menjadikanku sebagai pendamping hidupnya, sedangkan dia tau semua kejadian yang menimpaku. Apa maksud dan tujuannya bersedia menerimaku yang sudah ternoda ini?
.
.
.Teringat jelas perlakuan Dokter Revan saat aku masih berada di rumah sakit. Dia selalu berusaha berbuat lembut padaku. Dia menunjukkan kebaikan dan rasa perduli terhadapku. Apakah dia tulus ingin menikahiku? Atau dia merasa kasihan dengan kondisiku?

YOU ARE READING
DOKTER REVAN
RomanceDara merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi, karena laki-laki yang sangat ia cintai dengan tega telah merusak masa depannya. Dia ingin mengakhiri hidupnya dan pergi untuk meninggalkan semuanya. Tapi takdir berkata lain, seorang dokter dengan ikhla...