Gescheiden?

814 42 15
                                    

Malam ini hujan turun dengan derasnya. Beberapa kali bahkan terdengar suara gemuruh petir menggelegar di angkasa sana. Suhu mendadak turun hingga titik terendah membuat hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Penghangat ruangan sudah dinyalakan, setidaknya di dalam ruangan ini terasa hangat. Ditambah pelukan dari seseorang yang amat dicintai dapat membuat hati dan tubuh menghangat sepenuhnya.

Seorang pria bersurai hitam kelam terlihat sedang memeluk seseorang. Pelukannya semakin mengerat kala seseorang itu terlonjak karena suara gemuruh petir.

"Tidak apa-apa. Ada aku disini." Tangan si pria mengelus dengan lembut punggung orang itu-mencoba menenangkan.

Yeah, tepat sekali.

"Aku tidak pernah takut pada apapun selama kau bersamaku, Mark." Orang itu menjawab dengan pelan membuat Mark -pria bersurai hitam kelam- memasang senyum tipis.

"Aku akan selalu bersamamu." Balas Mark dengan pelan.

Kemudian tidak ada obrolan diantara keduanya. Hanya suara derasnya hujan dan gemuruh petir yang terdengar hingga kamar mereka. Malam semakin larut dan hujan tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan berhenti turun membasahi bumi.

Mark melirik jam yang terpasang di dinding kamarnya. Sebelas lewat dua puluh.

Kapan hujan akan reda?

Saat kedua adam itu hendak memejamkan mata, suara bel apartement terdengar begitu nyaring dan tidak sabaran. Bunyinya berkali-kali nyaris tidak ada jeda.

"Siapa yang bertamu selarut ini?" Gumam Mark. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk membuka pintu, karena berpikir siapa orang gila yang akan bertamu di jam selarut ini?

"Tidakkah kau ingin membukanya?"

Mark menggeleng. "Biar saja, mungkin orang iseng."

Bel tidak juga berhenti mengeluarkan suara bising yang memenuhi seluruh ruangan di apartement mewah ini. Lima menit dalam kebisingan bel, sepertinya orang gila itu mulai lelah karena tidak juga dibukakan pintu.

Suara hujan kini mendominasi. Gemuruh sudah tidak sesering sebelumnya dalam menggetarkan bumi.

"Mark hyung..." Mark mendengar seseorang memanggilnya dengan lirih. Terdengar samar.

Dengan perlahan, Mark menoleh pada seseorang yang sedari tadi berada dalam pelukannya. Orang itu memandang Mark dengan heran, "Siapa yang memanggilmu?"

"Mark hyung? Halo... Kau disini kan?"Kali ini bahkan suaranya terdengar lebih jelas.

Satu hal yang kini memenuhi kepala Mark, seseorang baru saja masuk ke apartementku.

"Apa hyung sudah tidur? Tega sekali hyung tidak membukakan pintu untuk---"

Mark mematung. Tubuhnya kaku, pandangannya lurus menatap seseorang yang baru saja membuka pintu kamarnya. Di sana, di depan kamarnya, berdiri seseorang yang amat dia cintai sekaligus dia benci hingga ke tulang. Seseorang yang sedang berusaha dia hindari mati-matian. Seseorang itu...

"Bambam..." Mark melirih.

Bambam hanya bisa menganga tak percaya. Air mukanya berubah drastis. Pemandangan apa ini? Mendadak kristal bening menghalangi pandangannya. Tidak. Dia tidak boleh menangis.

"Aku dididik oleh ibuku untuk selalu menjadi kuat. Aku tidak boleh menangis. Dan tidak akan pernah menangis untuk laki-laki berengsek seperti dirimu." Lantang Bambam. Pandangannya menajam menatap Mark dan seseorang yang berada dalam pelukannya, "Apa kau tahu, Mark? Aku berlari dari tempatku bekerja hanya untuk menemuimu di sini, menembus hujan dan dinginnya malam. Orang-orang di lobby menatapku seakan aku adalah makhluk paling aneh di muka bumi karena berlarian dengan tubuh basah kuyup. Aku melakukannya hanya untukmu!" Bambam berteriak. Marah.

MARKBAM-Oneshoot[✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt