07 (secret)

615 92 8
                                    

Mimpi itu terus berulang, bahkan kini wendy membutuhkan obat penenang yang sedari dulu tidak lagi iya konsumsi, percakapan terakhirnya dengan chanyeol saat laki-laki itu dipengaruhi alkohol membuatnya susah untuk tidur, kenangan masa lalu kembali menghampirinya,wendy butuh kedua orang tuanya yang akan selalu menenangkannya disaat mimpi buruk itu kembali.

"selamat pagi putri pemalas", baekhyun membuka pintu kamar, wendy menatap sekeliling kamar dan ia ingat semalam ia tertidur dikantor dan sudah pasti baekhyun membawanya kerumah keluarga byun yang merupakan bibi tiri wendy dan juga orang tua baekhyun.

"kau sedikit demam semalam jadi aku memutuskan untuk membawamu pulang kerumah", baekhyun mengecek suhu badan wendy.

"sudah turun, syukurlah semalam kau terus merancau tidak jelas".

"baek, bisa kau memelukku? ". Tatapan wendy senduh membuat baekhyun merasa sangat prihatin lalu membawa wendy kepelukannya.

"aku sudah menemukannya". Bisik baekhyun pada wendy.







Chanyeol nampak tidak tenang, ingatan malam saat ia mabuk kemarin terus terbayang dan juga semalam wendy tidak pulang kerumah, harusnya chanyeol tidak usah risau kemana lagi wanita itu akan pergi kalau bukan dengan baekhyun.

Doyoung sekretaris chanyeol mengetuk pintu lalu masuk menyerahkan sebuah tab didepannya, chanyeol mengerutkan keningnya, kesekian kali tentang irene yang bermasalah dengan lawan mainnya.

"tolong selesaikan seperti biasa". Ucap chanyeol mengusap wajahnya lelah.

Doyoung meninggalkan ruangan chanyeol belum sampai 10 menit suara seorang wanita yang sangat ia kenal masuk mulai mendekat.

"chanyeol aku ingin joy melepaskan peran itu, aku ingin joy keluar dari drama itu".  Irene melemparkan tas merk channel nya itu ke atas sofa.

"irene bisakah kau berdamai untuk saat ini, situasiku sedang tidak bisa berbuat apa-apa sekarang". Bentak chanyeol yang membuat mata irene segera berair.

"oh shit", chanyeol mengumpat dalam hatinya, sungguh saat ini chanyeol kalah dengan air mata irene, dia ingin marah tapi air mata irene seolah mencegat amarah chanyeol, ia lemah dengan tangisan seorang irene.

"aku mohon bersabarlah, aku akan mengembalikan semuanya". Ucap chanyeol membawa irene dalam pelukannya.

Wendy baru saja masuk kedalam rumahnya, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, hendak menuju kamar seseorang telah berdiri melipat tangannya tepat didepan kamarnya.

"kau kemana saja?".  Tanya chanyeol tanpa melepas pandangannya sedikitpun.

Wendy menghela nafas lelah, ia tidak ingin berdebat suasana hatinya baru daja membaik berkat keluarga byun dan sekarang ia tidak ingin suasana hatinya memburuk melayani sikap angkuh chanyeol. Wendy memilih memutar tubuhnya hendak menuju kamar tamu.

Chanyeol mencegat wendy, menarik pergelangan wendy hingga membentur dada bidangnya.

Aroma itu, aroma yang menenangkan, aroma yang dulunya sangat ia hindari tapi kenapa sekarang ia mendambakannya, lama diam hingga chanyeol tersadar karena dorongan wendy.

"maafkan aku", ucap chanyeol canggung.

"katakan apa mau mu? ", tanya wendy  malas.

" aa ku hanya ingin kau menjawab pertanyaanku", jawab chanyeol gugup, ia tidak tahu kenapa rasanya ia canggung setelah kejadian tadi.

"huuuuu", wendy menghembuskan nafas kasar,"itu bukan urusanmu", berbalik berjalan meninggalkan chanyeol.

"apa ini yang kau pelajari selama menghilang?, ternyata beginikah sikap nyonya Son yang terhormat dibalik jabatannya itu? ", kata-kata itu meluncur begitu saja tanpa chanyeol rencanakan, ia sudah kehabisan kata-kata yang berakhir ada rasa penyesalan dalam dirinya.

Wendy berbalik memandang chanyeol dengan remeh, laki-laki didepannya ini benar-benar ingin berdebat rupanya.

"ya aku belajar darimu, bagaimana memakai topeng yang benar, dan lagi pula sejak kapan kita benar-benar menikah seperti pasangan lainnya". Wendy menerobos chanyeol yang terdiam tanpa kata-kata, perkataan wendy tak bisa dipatahkan.

Suara pintu tertutup terbanting keras membuat chanyeol memegang dadanya kaget, hatinya tiba-tiba saja merasa tidak tenang, sejak kapan wanita itu mengusik pikirannya.

Wendy menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur lalu mengecek ponselnya, ia tersenyum menatap layar ponselnya lalu bangkit membersihkan tubuhnya.

Pagi ini wendy berjalan dengan percaya diri, perasaannya semenjak kemarin tidak menentu, setidaknya ia tidak ingin terpuruk dengan masa lalu.

Wendy yang masih sibuk dengan ponselnya sedangkan yeri tak beda jauh dengan atasannya tersebut. Yeri adalah sekretaris wendy yang juga merupakan junior sewaktu diperguruan tingginya dulu.

Chanyeol mempercepat jalannya ketika ia melihat wendy didepan lift bersama sekretarisnya, niat hati ingin menghampiri wendy, setidaknya ingin menunjukkan pada hal layak ramai akan kemesraan hubungan mereka sebagai sepasang suami istri.

Baru saja ingin mendekat seseorang menghalangi jalannya dan lebih buruknya lagi wendy memeluk laki-laki yang terlihat jauh lebih mudah darinya jika dilihat mungkin laki-laki tersebut masih berada diperguruan tinggi.

Sesampainya didalam ruangan, chanyeol tampak gelisah, ada apa dengan sikapnya, pikirannya selalu tertuju pada laki-laki yang memeluk wendy, rasa ingin tahunya semakin dalam, haruskah kali ini chanyeol mencari tahu atau masa bodoh dengan appa yang terjadi pada sang istri, kenapa rasanya sangat takut kalau pada akhirnya laki-laki tersebut adalah kekasih wendy, jangan salah wendy masih sangat muda bahkan dengan wajahnya bisa saja memikat mahasiswa maupun anak SMA.





"kau baik-baik saja?", wendy tak berkedip bahkan menggenggam erat tangan pemuda tersebut.

"noona harusnya aku yang bertanya kemana saja kau selama ini? ".

"apa artikel satu tahun yang lalu tidak terlalu menarik untuk diperhatikan?". Wendy tersenyum melepaskan tangannya lalu menengguk minuman diatas meja.

"hanya orang-orang yang tidak tahu son seungwan saja yang percaya noona keluar negeri". Jawab pemuda tersebut lalu menyenderkan tubuhnya disofa.

"yang terpenting aku sehat sekarang bukan". Wendy memberikan minuman dan diterima baik oleh lawan bicaranya.

"appa dan eomma sangat merindukan  noona".

Pertemuan dengan jaemin, anak yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri membawanya kembali pada masa lalu, waktu dimana mereka sering berlibur bersama dengan orang tua mereka.

Hidup begitu penuh misteri, manusia kadang penuh dengan topeng, dia seolah dalam sebuah permainan.

Cinta dan sahabat seakan hanya sebuah predikat tanpa makna, lebih tepatnya uang menguasai segalanya.










"hai sudah lama ya gak update, ceritanya mungkin garing, tapi benar-benar lagi kehabisan ide, semoga chaptee selanjutnya bisa menarik lagi,... "...





WendyWhere stories live. Discover now