07 | Pencarian Kelam

202 28 5
                                    


Pencarian yang tertunda dilanjutkan keesokan harinya, hari ini. Weekend-ku terpaksa harus kurelakan untuk ikut mencari mama Eunha yang tak kunjung ditemukan. Padahal kami sudah mencarinya ke seluruh tempat di acara pertemuan kemarin.

Sempat terpikir, kalau aku tidak akan ikut dalam pencarian ini. Aku bisa saja beralasan kalau aku sedang sibuk, bukan? Lagipula Chaeyeon yang biasanya harusnya memang begitu. Tapi mengingat Jaehyun kemarin hari, membuatku bergegas menyiapkan barang-barang yang kuperlukan.

Mengingat banyaknya anggota keluarga Jung, kami pun memutuskan untuk menyebar. Aku, Jaehyun, dan Jinyoung tergabung dalam satu kelompok. Entah bagaimana bisa Jaehyun ada di antara kakak-beradik ini. Benar-benar... berada di dekat Jaehyun membuat emosiku semakin memuncak.

Kebetulan kami bertiga bertugas untuk menemani keluarga Eunhaㅡpapa dan Eunha sendiriㅡyang sedang melapor pada kepolisian untuk segera melakukan pencarian. Sejauh ini, aku belum melihat Jaehyun dan Eunha berdekatan.

"Terakhir kali aku dengar istriku izin pergi duluan karena sakit. Aku lantas percaya karena wajahnya memang benar-benar terlihat pucat," ujar papa Eunha pada ketua tim kepolisian.

"Kalau aku, aku terakhir kali melihat mama ketika sedang tak sengaja berpapasan. Beliau terlihat pucat, tapi tak mengatakan apa pun selain menunjuk ke sungai tempat kami makan dan berumpul," sambung Eunha. "T-tapi... aku merasa ada yang aneh. Itu... itu bukan mama. Aku yakin, bukan. Mama tidak pernah menatapku sekelam itu kapan pun itu."

Eunha mulai menangis kembali mengingat sosok yang mirip seperti mamanya. Papanya siap menenangkan gadis satu-satunya itu. Melihat keduanya, hatiku terenyuh. Pasti sakit rasanya harus kehilanganㅡhilang dengan artian sebenarnyaㅡsosok wanita terkuat di keluarga mereka, meski masih ada tanya besar di antaranya.

"Om sama Eunha jangan sedih dulu, kita masih ada harapan. Mungkin yang dilihat Eunha cuma gangguan aja. Semua bakal baik-baik aja," kata Jinyoung menenangkan.

Aku mendongak menatap wajah lelaki jangkung itu. "Kak, mau cari ke sekitar tempat yang kemarin aja, nggak?" tanyaku sambil menarik ujung kaus yang dikenakannya.

Jinyoung mengernyit menatapku. "Udah ada yang lain buat nyari, 'kan? Lagian udah tugas kita buat jagain keluarga Eunha. Jadi, sini aja."

Aku mendengus. "Bukan, bukan gitu. Aku ngerasa ada yang aneh aja di tempat itu." Tatapanku beralih. "Jaehyun, ikut aku aja. Kita cek tempat yang kemarin."

Jaehyun mengernyit, sama seperti ekspresi Jinyoung tadi. "Ngapain? Mending aku di sini aja, deh. Nungguin Eunha sama papanya."

Aku berdecak. "Halah, yaudah kalau kalian emang maunya gitu. Aku balik ke tempat itu sendirian aja." Aku berbalik badan menghadap ke arah pintu keluar-masuk yang berada tepat di belakangku.

Kuputuskan untuk pergi ke tempat itu sendirian menggunakan taksi yang kebetulan lewat. Biarkan saja. Akan kubuktikan kalau aku juga bisa mencari tanpa adanya mereka. Soal Jaehyun, aku tidak peduli lagi. Aku juga bukan kekasih atau pun temannya, hanya sepupu sedarah.

Aku menolehkan kepala ke kanan-kiri melihat tempat yang terasa sepi. Itu karena saung makan ini tutup. Hanya beberapa orang yang dibolehkan masuk, terutama tim kepolisian dan keluarga yang ikut serta mencari. Termasuk aku yang juga sudah diberikan izin.

Lantas aku memutuskan untuk mencari di sekitar tempat aku, Eunha, dan Jaehyun terakhir kali melihat sosok Tante Eun. Tidak ada petunjuk apa pun, sampai akhirnya aku merasakan sesutau yang janggal.

Sebuah suara mengganggu fokusku untuk meneliti. Suara yang berasal dari semak-semak yang terus bergemerisik. Kelihatannya ada sesuatu di baliknya, mungkin seekor kucing atau kelinci. Namun perasaanku mulai tidak enak ketika suara itu tak kunjung berhenti setelah beberapa menit kemudian. Kalau kuingat-ingat lagi, dibalik semak belukar itu ada tempat yang sangat luas, tempat yang pernah kami gunakan untuk berdiskusi ringan.

Semesta Ingkar | Jaeyeon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang