Bossy 2

1.6K 159 6
                                    

Mendengar Taeyong berdehem bukannya membuat Ten pergi, melainkan Ten yang memeluk perut Taeyong secara tiba-tiba. Taeyong yang terkejut awalnya melebarkan matanya, namun tak lama sebuah semburat merah menghiasi wajah tampannya. Ia bahkan melihat tangan Ten yang melingkari perutnya dengan begitu erat. Sedangkan Ten, ia semakin menelungkupkan wajahnya di punggung Taeyong.

"Ekhem.." Taeyong berdehem lagi kala Ten memeluknya kian erat. "Bisakah kau melepaskan pelukanmu?"

Ten tak menjawab ucapan Taeyong, karena ia masih merasa begitu ketakuan. Ia juga memikirkan banyak hal, termasuk memikirkan apakah dirinya harus berkata jujur pada Taeyong tentang siapa dirinya yang sebenarnya, atau terus bersembunyi dan merahasiakan identitasnya ini.

Taeyong melirik pada tangan Ten yang masih bertengger jelas di perutnya. Wajahnya memerah, lantas ia menutup wajah tampannya dengan sebepah tangannya, sebelum pada akhirnya ia memilih melepaskan pelukan itu dengan paksa.

"LEPASKAN!" Teriak Taeyong dengan mendorong pelan tubuh mungil Ten.

"Ma-maafkan a-aku." gumam Ten pelan. Wajahnya memerah, dan ia menutup bibirnya ketika merasa sedikit bersalah pada Taeyong.

Terdiam dengan berpura-pura merapihkan pakaiannya, Taeyong berpura-pura tak mendengar ucapan sosok manis di hadapannya itu. Bahkan, ia juga menundukan sedikit wajahnya, bermaksud untuk menutupi semburat merah yang menghiasi pipinya itu.

"Aku tidak suka orang lain menyentuhku." Taeyong berkata masih dengan berpura-pura merapihkan pakaiannya. "Jadi, tolong berhati-hatilah dari sekarang." lanjutnya dengan menepuk-nepuk bagian yang sempat tersentuh oleh Ten.

Mendengar ucapan Taeyong membuat Ten terdiam. Ia menatap Taeyong dengan mata berkaca-kacanya dan berkata "A-aku hanya terlalu takut. Itulah-, um, maksudku, aku berjanji akan lebih berhati-hati nanti."

Ketika mendengar apa yang di ucapkan oleh Ten, seketika mata Taeyong melirik wajah Ten.

Mata berkaca-kacanya, kerutan di dahinya, juga bibirnya yang sedikit bergetar. Itu mengingatkan Taeyong pada sosok Byun Ten, sosok yang selama ini tengah ia dekati.

Seketika wajah Taeyong kembali memerah memikirkan hal tersebut. Bahkan, hanya melihat sosok mungil yang ada di hadapannya membuatnya merasa begitu tengiang-ngiang dengan wajah Ten. Ia juga merasa bahwa saat ini yang tengah bekerja dengannya itu adalah Ten, bukan sepupunya. Itu membuatnya merasa sangat gila.

"Baiklah.." jawab Taeyong tanpa mau kembali menatap wajah itu. Ia mengedarkan pandangannya, berusaha agar sosok di hadapannya itu segera pergi. "Pergilah! Lakukan apapun yang kau bisa sekarang juga."

"Huh?"

Melihat wajah kebingungan Ten, Taeyong menunjuk pada setumpuk kopi instan yang sebenarnya sudah tertata rapih. Bahkan bisa di katakan itu terlihat sangat sempurna. Ten benar-benar menata tumpukan kopi instan itu sesuai warna, merk dan juga bentuk.

"Rapihkan dan bersihkan ulang. Sekarang!"

Ten menggigit jarinya kala mendengar perintah Taeyong. Ia menghela nafasnya sebelum pada akhirnya berjalan untuk mengambil sebuah kain.

Selama ia membersihkan tumpukan kopi instan itu, beberapa kali menggerutu pelan. Ia berulang kali berpikir haruskah ia memberitahu siapa ia sebenarnya pada Taeyong, atau ia tak perlu memberitahunya sama sekali.

Berulang kali pula Ten mencoba mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya, tapi bibirnya seakan kelu kala ia ingin mengatakan bahwa dirinya adalah sosok Ten yang selalu bersama dengan Taeyong di sekolah. Memikirkan hal tersebut membuat Ten merasa semakin kesal.

Di balik masih kasir Taeyong yang tengah memperhatikan punggung Ten berulangkali mengibaskan tangannya, berusaha mengipasi wajahnya yang panas karena memerah.

TOUCH -TaeTen-حيث تعيش القصص. اكتشف الآن