Y

1.6K 118 6
                                    

Yang Jeongin, pemuda berusia 20 tahun yang duduk di bangku kuliah semester dua.

Parasnya yang tampan namun imut, membuatnya disukai semua orang. Tidak hanya itu, Jeongin adalah orang yang pintar, periang, membawa energi positif bagi siapa pun yang ada di sekitarnya, senyum yang indah serta matanya yang menyipit lucu saat ia tertawa. Namun, dibalik senyumnya, banyak luka yang ia pendam.

Brak brak brak!

Seseorang menggedor pintu kamarnya kencang "Jeongin! Bangun!" Masih menggedor pintu kamar dengan tidak sabar, sesekali menendang pintu itu dengan kakinya "Sialan! Kamu mendengarku tidak, hah! Cepat bangun dan jangan jadi orang pemalas! Pekerjaanmu masih banyak! Yang Jeongin!"

Tak lama pintu terbuka menampilkan Jeongin yang terlihat berantakan "Bagus kamu sudah bangun. Cepat buat sarapan! Aku sudah lapar" setelahnya orang itu pergi dari hadapan Jeongin, ia meringis sambil memegangi kepalanya yang pusing.

Jeongin baru tidur sekitar jam 2 pagi. Itu karena dia sulit tidur di malam hari. Pagi harinya ia mendengar suara ribut dari kakaknya yang tidak sabaran, kepalanya terasa pusing sebelah karena terkejut.

Sekedar info, Kim Seungmin adalah kakak tirinya. Dua tahun yang lalu ibunya menikah lagi dengan seorang pengusaha beranak satu. Awalnya, semua berjalan lancar sebelum ibunya pergi karena penyakit kista yang di idapnya. Setelah ibunya meninggal, Kakaknya semakin memperlakukan Jeongin semena-mena. Ayahnya? Ia tidak peduli, yang dipikirkan hanya kerja, kerja, dan kerja setelahnya baru Seungmin. Jeongin merasa seperti orang asing dirumahnya sendiri. Ia tetap menggunakan marga ibunya karena ia merasa bukan bagian dari keluarganya yang sekarang. Tapi tetap saja, Jeongin menyayangi ayah serta kakak tirinya itu. Seperti ini saja Jeongin sudah bersyukur.

Setelah sarapan sudah siap, Jeongin memanggil kakak dan ayahnya untuk sarapan bersama "ayah, hari ini aku mungkin akan pulang terlambat. Aku ada janji"

"Dengan kekasihmu?" Katanya, kemudian menyuapkan satu sendok sayur ke dalam mulutnya. Seungmin terkekeh kemudian mengangguk.

Jangan lupakan Jeongin yang masih berdiri disana layaknya seorang pembantu yang menunggu tuannya selesai makan. Ia tau siapa yang dibicarakan Seungmin. Itu karena, Jeongin mengenal seseorang yang berstatus kekasih Seungmin. Hwang Hyunjin namanya. Kakak kelasnya dulu di SMA. Jeongin dan Hyunjin cukup dekat, sampai pada akhirnya Jeongin memiliki rasa kepada Hyunjin. Namun Hyunjin menyukai kakaknya, Seungmin. Ia bisa apa?

"Aku selesai, aku berangkat dulu ya ayah" Seungmin beranjak dari duduknya, mengecup pipi sang ayah kemudian pergi meninggalkan rumah. Jeongin membereskan piring bekas Seungmin pakai. "Kamu masih kuliah Jeongin?" Tanya ayahnya

"Iya ayah" ayahnya terlihat membersihkan sekitaran mulutnya dengan tisu "kenapa tidak berhenti saja? Kamu tau kan biaya kuliah Seungmin saja sudah sangat mahal" Jeongin menunduk, ia tidak suka pembicaraan ini.

"Kamu juga baru semester awal bukan? Lebih bagus kalau berhe-" belum selesai bicara Jeongin sudah menyela "tidak ayah! Jeongin tidak mau berhenti kuliah. Ibu selalu bilang, kalau Jeongin harus tetap menuntut ilmu apapun yang terjadi" ayahnya terkekeh "kenapa kamu sangat keras kepala?"

"Karena aku ingin membanggakan ibu meskipun beliau sudah tiada. Aku akan jadi anak yang baik. Jika ayah tidak bisa membiayai kuliahku tak masalah. Biar aku yang membiayai sekolahku sendiri" tegas Jeongin

Ayahnya beranjak "terserah dirimu saja" dinginnya. Kemudian ia pergi meninggalkan Jeongin.

Jeongin terduduk "apa lagi ini?"




Tbc~

HurtingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang