HASDUK DALAM KANTONG

19 3 0
                                    

Namaku Syafa, Syafa Nur Laila lengkapya. Aku adalah seorang siswa kelas sebelas. Senin depan kelasku mendapat giliran untuk menjadi petugas upacara pada upacara bendera hari Senin. Aku dan teman-teman sangat tertarik dan bersemangat mempersiapkan segalanya untuk itu. Ada yang bertugas menjadi pengibar bendera, pemimpin pasukan, paduan suara, pembawa teks Pancasila, pembaca UUD 1945 dan juga pemimpin upacara. Aku ya sudah pasti menjadi paduan suara, yang selalu menyumbangkan suara merduku untuk negeri, hehehe.

Yusuf namanya, dia temanku yang mendapat tugas sebagai pemimpin upacara. Maklum saja dia dipilih oleh teman-teman sebagai pemimpin upacara, karena dia memiliki suara yang lantang dan dia sendiri mengikuti organisasi pramuka. Tidak heran jika teman-teman mempercayainya untuk memegang tugas itu. Yusuf sendiri memang memilih tugas itu, karena dia tidak akan bisa untuk bernyanyi bersama kami tim paduan suara yang sudah pasti didominasi oleh kaum wanita.

Pada hari Sabtu sebelumnya, kami sekelas melakukan latihan upacara di lapangan upacara sekolah kami. Semua siswa berada pada posisinya masing-masing. Menjalankan tugasnya masing-masing. Begitupun dengan aku dan Yusuf, juga berada pada posisi di mana kami bertugas. Kami sekelas latihan dengan semangatnya, agar mencapai hasil yang maksimal untuk upacara esok Senin. Yah, setidaknya tidak memalukan lah.

Setiap kali latihan tak henti-hentinya aku memandangi Yusuf. Wajahnya Tampan. Meski tak putih. Kulitnya sawo matang namun terlalu matang sehingga sangat manis untuk pandang. Ya, aku menyukai Yusuf. Seorang siswa sederhana yang tak henti-hentinya kukagumi. Dia tidak neko-neko. Hidupnya selalu apa adanya, tak ada yang dibuat-buat. Aku selalu menyukainya. Yusuf selalu baik padaku, namun Yusuf memang orang yang baik. Ia selalu baik kepada siapa saja. Tapi atas kebaikannya, akhirnya aku baper. Aku mengira bahwa Yusuf juga menyukaiku.

Latihan dilakukan pada sore hari setelah waktu pelajaran selesai. Di tengah waktu latihan yang berlangsung, rintik hujanpun sedikit demi sedikit mulai turun. Perlahan membasahi wajah tampan Yusuf yang sedari tadi kupandang. Tampannya tak luntur meski telah telah tersapu oleh air hujan. Untungnya sih hujan tak turun dengan deras. Hanya gerimis saja waktu itu, sehingga kami sekelas tetap melangsungkan latihan itu.

Tanpa kusangka, Yusuf menghampiriku, dan perlahan melepaskan hasduk yang melingkar di lehernya. Aku bingung dengan apa yang akan lakukan Yusuf. Ternyata ia memberikan hasduk itu kepadaku, dan aku masih bingung dengan hal itu.

"Syafa, titip hasduknya ya"

"kenapa?"

"Takut terkena air hujan, nanti basah"

"Oh begitu"

"Iya, titip ya"

"Oke"

Aku menerima hasduk itu dan melanjutkan latihan kami. Aku tak tahu apa maksud Yusuf mempercayakan hasduk kesayangannya itu padaku. Sebenarnya dia bisa meletakkan hasduknya pada teras sekolah agar tidak basah. Tapi ia malah menitipkannya padaku. Aku jadi merasa bagaimana gitu, agak sedikit baper. Aku menyimpan dengan baik hasduk itu, dan menyimpannya pada kantong bajuku, memastikan agar hasduknya tak basah.

Sepanjang latihan berlangsung, aku merasa bahagia, karena ada hasduk dari Yusuf dalam kantong bajuku. Tetap saja. Aku tak henti-hentinya curi-curi pandang untuk memandang wajah Yusuf. Hingga giliran Yusuf untuk berteriakpun tiba. Yusuf berteriak dengan lantangnya, dengan suara gagahnya Yusuf mampu mebuatku tak berkedip sekalipun. "Aku sangat kagum dengannya, selain baik, kalem, manis, dia juga tegas menjadi pemimpin. Sangat cocok menjadi imamku nanti." Gumamku dalam hati sambil terus memandanginya.

Tak terasa, latihanpun selesai. Itu artinya aku harus terpaksa mengikhlaskan hasduk dalam kantongku ini kembali kepada tuannya. Teman-teman yang bertugas menjadi paduan suara juga mulai bubar dan kembali ke kelas untuk mengambil tas masing-masing untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Namun tidak dengan diriku, aku berteduh sejenak di teras suatu kelas dekat tempat kami latihan. Aku duduk sendiri di sana, dengan menanti Yusuf. Memandanginya yang sedang membereskan sesuatu dengan petugas pengibar bendera.

Setelah selesai, Yusuf menghampiriku. Dia datang dengan wajah sedikit lelah karena sudah dengan serius latihan tadi. Pastinya ia telah mengorbankan suara merdu nan lantangnya untuk latihan tadi. Namun wajahnya tak berubah, dia tetap tampan dan membuatkau semakin terpesona. Dia jalan dengan santai tidak tergesa-gesa. Dia duduk disampingku. Menanyakan padaku.

"Mana hasudkku? Masih ada padamu kan?"

"Tentu"

"Kau menjaganya dengan baik?"

"Sudah pasti"

"Karena itu punyaku?"

"Oh tidak, karena sesuai pesanmu tadi agar tidak terkena oleh air hujan" Jawabku sambil tersenyum nakal. Yusuf tersenyum dan meninta hasduk itu dariku.

"Dasar kamu ya, bisa aja"

"Bisa apa?"

"Bisa bikin aku ketawa"

"Iya harus dong, kamu kan temen aku yang baik, jadi aku harus bikin kamu ketawa" Jawabku dengan pelan.

"Iya, ya udah sini mana hasduknya"

"Ini aku kasih buat kamu"

"Eh ngasih, emang ini punyaku"

"Iya emang ini punyamu, hehehe"

"Makasih ya udah dijagaian, kali ini hasduk aja ya yang dijagain, nanti kalau waktunya udah tiba kamu mau kan jagain aku dan anak-anakku?"

"Maksdunya?" Jawabku dengan sambil mengerutkan dahi.

"Ah udah deh kalau nggak ngerti, yuk balik ke kelas, ambil tas dan lalu pulang, udah pada pulang nih temen-temen"

"Sebentar, ini kan belum kelar, maksud kamu gimana sih?"

"Udah pikirin aja sendiri"

"Ih kamu nih ya"

Kamipun berjalan menuju kelas, berdua, hanya kami saja dengan rintik hujan yang membuat momen kami menjadi semakin mengesankan. Aku masih teringat dengan kata-kata yang diucapkan Yusuf tadi. Kira-kira serius nggak ya? Kira-kira apa maksudnya ya dia mengatakan itu padaku? Ah dia telah membuatku berkhayal, akupun jadi lupa kalau aku masih anak sekolah yang belum saatnya memikirkan seorang pendamping apalagi anak.

.

.

Ini cerpen pertamaku, semoga kalian menikmati setiap part dari momennya ya.

Terimakasih karena telah menjadi pembacaku.

Kalian juga bisa membaca puisi-puisiku di blog ya... 


Menerka MaknaWhere stories live. Discover now